Praktik Baik Mendiskusikan Buku

Praktik Baik Mendiskusikan Buku
Kelas Baca Petra tentang Mengelola Diskusi Buku

Entah sejak kapan saya tidak sengaja membaca notula diskusi buku Klub Buku Petra, Ruteng yang ditulis dengan baik oleh nutulisnya, Kaka Maria Pankratia. Sebuah tulisan narasi-deskripsi yang runut, lengkap dengan gambaran suasananya, sehingga terkesan sangat hidup dalam kepala pembaca, setidaknya bagi saya.

Tanpa perlu repot-repot ke Ruteng, kita tetap bisa merasakan nuansa diskusi buku tersebut. Itulah kenapa sejak pengalaman pertama membacanya, saya selalu menantikan laporan kegiatan sesi selanjutnya. 

Selama proses membaca itu, saya kadang membayangkan bagaimana kerja sang nutulis merangkum pendapat para pembahas, kemudian menuliskannya secara proporsional, sehingga pendapat mereka terakomodasi dalam laporan singkat sekitar 1000-2000 kata.

Saya menyimpan rasa penasaran sejak lama, hingga berapa minggu yang lalu, lembaga bacapetra.co menyelenggarakan kelas yang membahas khusus tentang proses diskusi buku.

Saya pikir mereka pantas melakukannya, karena sudah terbukti konsisten melakukan lebih dari satu tahun. Ka Maria menyampaikan, hingga saat kelas itu dilaksanakan, mereka telah mendiskusikan sebanyak 17 buku.

Kelas berlangsung secara daring, dengan memanfaatkan aplikasi Zoom. Pesertanya sangat terbatas, hanya untuk 15 orang yang setidaknya memiliki frekuensi yang sama: suka membaca dan mengulas isi buku. Sebagaian besar peserta tentu saja orang NTT, tapi ada juga yang berdomisili di Jakarta dan daerah lain, sehingga memperkaya perpektif dan pengalaman belajar.

Kak Maria mengawali kelas dengan menjelaskan secara umum kegiatan yang biasa dijalani oleh anggota klub. Ada bagian perencanaan menentukan buku apa yang akan dibahas; pengadaan atau pemesanan buku; proses membaca; diskusi; dan pasca-diskusi berupa laporan kegiatan yang diterbitkan di website.

Mereka telah bersepakat hanya membahas buku fiksi; lebih sering novel dan sesekali kumpulan cerpen. Buku yang mereka bahas juga tidak boleh kaleng-kaleng, kriteria minimalnya, buku itu pernah menang kontestasi bergengsi seperti sayembara novel DKJ dan lembaga bereputasi lain. Kabar baiknya, kalau novel yang ditulis orang NTT, semua kriteria minimal tersebut akan diabaikan.

Setelah menetapkan buku apa yang akan dibahas, selanjutnya ada yang bertugas memesan buku. Biasanya tugas berat ini dilakukan dr. Ronal sebagai pemimpin mereka di Yayasan Klub Baca Petra.

Kita semua tahu, memesan buku dari NTT itu tidak mudah. Ongkos kirim kadang lebih mahal dari harga bukunya.

Yayasan Klub Baca Petra menanggung semua urusan ribet tersebut, sehingga anggota klub bisa mendapatkan buku dengan harga terjangkau di Kota Ruteng. Bahkan katanya bisa lebih murah dari harga normal. Misalnya, di pasaran buku berharga 65 ribu rupiah, anggoa klub bisa mendapatkannya dengan harga 50 ribu rupiah saja.

Buku bagus sudah tersedia. Anggota klub yang biasanya tidak banyak, --jumlahnya juga tidak pasti karena bisa berubah-ubah tiap bulan-- selanjutnya membaca hingga tuntas sambil menuliskan catatan seperlunya untuk kebutuhan diskusi.

Sebagai pembahas buku cerita, paling tidak anggota klub memahami kriteria sebuah cerita yang baik itu seperti apa. Mereka semua telah dibekali dengan pertanyaan penuntun, sehingga apa yang dibahas akan fokus dan mempunyai kriteria penilaian yang sama.

Selama proses diskusi berlangsung, Kak Maria yang bertugas sebagai pustakawati sekaligus salah satu redaktur bacapetra.co, juga bertugas sebagai notulis yang merekam jalannya diskusi.

Inilah bagian yang saya tunggu-tunggu, karena lumayan terkesan dengan apa yang notulis lakukan sehingga menghasilkan laporan yang baik.

Kak Maria mengaku, pada awal-awalnya dulu, dia merekam kegiatan tersebut dengan mencatat secara langsung. Tapi, hal itu sangat memberatkan, karena bagaimanapun juga,  belum ada orang yang memiliki kemampuan menulis cepat yang menyerupai kecepatan bicara.

Selanjutnya kegiatan notulis itu dibantu dengan alat perekam. Meski sudah terlihat mudah, tapi metode ini jutru menyisakan pekerjaan pasca-diskusi yang lebih panjang dan butuh ketabahan.

Kak Maria harus mendengarkan ulang hasil rekaman itu, kemudian menuliskan transkripnya secara lengkap. Iya, dia menulis di kertas HVS, buka langsung mengetik di laptop. 

Saya mulai merasakan berat sekali tugas sang notulis.

Setelah menulis, Kak Maria membaca ulang lagi sampai menemukan kesamaan atau perbedaan tiap pembahas. Setelah itu baru ditulis dalam bentuk laporan yang terstruktur sebagaimana termuat di website selama ini.

Hasil tulisan draft pertama, masih didiskusikan lagi dengan pemimpin redaksi, Kae Armin Bell. Kemudian direvisi lagi hingga layak tampil di website dan dibaca publik luas.

Nah, apa yang dilakukan notulis itu sudah termasuk bagian dari kegiatan pasca-diskusi.

Setelah Kak Maria memberi materi pengantar, sesi diskusi berlangsung seru. Setiap membahas satu topik, selalu diselingi candaan yang membuat suasana lebih cair dan antara peserta dengan penyelenggara makin akrab.

Kae Armin Bell dan dr. Ronal, selain memberikan informasi dan pendapat yanh bernas, keduanya juga sangat rileks dan pandai bergurau dalam takaran yang pas.

Dari proses diskusi itu, saya akhirnya tahu, di Rote ada orang yang punya niat mengadakan diskusi buku juga tapi kesulitan menghimpun rekan-rekan sehobi. 

Kami juga mendengarkan seperti apa geliat kegiatan literasi di Maumere di bawah naungan Komunitas Kahe.

Begitu pula kegiatan komunitas lain di Jakarta dan daerah lain. Termasuk saya juga agak kaget, ternyata di Kupang tempat saya tinggal salam ini, ada yang namanya Kedai Buku.

Kelas itu pada akhirnya bersepakat untuk melanjutkan dengan kegiatan diskusi buku secara daring pada minggu atau bulan yang akan datang. Anggap saja sesi praktik dari kursus singkat itu.

Rencananya kami pakai cerpen yang sudah terbit di media massa daring sehingga bisa diakses semua orang. 

Seperti urutan kegiatan di klub Baca Petra selama ini, kami juga akan menjalani proses yang sama: menentukan bahan bacaan, membaca, berdiskusi dan menuliskan hasilnya.

Nantikan saja kisah selanjutnya...

Posting Komentar

0 Komentar