Sukses Beternak Babi

Mendengarkan cerita Ma Tentji tentang kisah sukse beternak babi
"Saya mampu membiayai anak hingga meraih gelar sarjana, hanya dengan beternak babi" itulah jawaban singkat nan lantang dari Ibu Agustentji Ndoen saat ditanyakan tentang manfaat yang dirasakan dari ternak babi.

***

Hari masih pagi, saya perhatikan arloji menunjukkan hampir pukul 08.00 saat tiba di parkiran Hotel Swiss Belin Kupang. Saya coba melengak-melengok, berusaha menemukan orang telah berjanji datang ke tempat yang sama. Belum terlihat. Saya coba menghubunginya via sms. 

"Lagi OTW", balasnya singkat.

Ternyata benar, tidak berselang lama dia muncul di lobby hotel. Sebelumnya telah datang juga teman yang lain. Kami bertiga sepakat masuk ke ruangan acara, meski satu anggota belum juga nongol. Menurut informasi, dia terlambat karena terjebak hujan dalam perjalanan ke hotel.

Kami disambut 3 orang panitia di depan pintu tempat acara berlangsung. Mereka menggunakan kaos hitam yang seragam, dan bertuliskan "care" pada salah satu sisinya.

"Silakan mengisi form registrasi" pinta mereka kompak.

Kami pun mengikuti petunjuk yang diberikan. Satu per satu menuliskan identitas diri pada form yang tersedia. Setelah rampung, kami dipersilakan masuk ke ruangan acara.

Mulai dari pintu masuk, mata kami langsung tertuju pada berbagai pajangan yang ada. Poster ukuran besar menghiasi kiri-kanan jalan hingga ke tempat duduk. Poster tersebut berisikan testimoni dari peternak babi di wilayah Kota dan Kabupaten Kupang. Semuanya berkisah tentang kesuksesan beternak babi.

Selain itu, ada pula berbagi poster dan leaflet yang berisi informasi tentang cara beternak babi mulai cara pemilihan bibit, cara membuat pakan, cara mencegah dang mengatasi berbagai penyaki yang sering menyerang babi, cara menjual dan membeli babi, hingga cara pengolahan daging babi. Pokoknya komplit.
Tim BAMPERS
Olimpiade Babi

Saya semakin penasaran dengan kegiatan yang akan kami ikuti dalam acara tersebut. Sebab, informasi yang kami dapat cuma tentang olimpiade babi. Meski belum tau secara jelas, kami memutuskan ikut karena terdengar unik sehingga membuat penasaran.

Belum pernah terpikirkan sebelumnya, kalau ada olimpiade babi. Biasanya cuma manusia yang mengadakan olimpiade. Bagaimana mungkin babi berolimpiade ?

Saya kira, ini hanya akan terjadi di NTT, khususnya Kota Kupang. Sebab, kalau dilaksanakan di daerah lain, saya yakin akan diprotes oleh ormas tertentu hingga dituntut untuk  dibubarkan. Tapi, ini NTT Propinsi ternak. Babi menjadi salah satu ternak andalannya. Setiap wilayah di NTT dipastikan memiliki babi.

Penutupan Program Kerja CARE International

Setelah tanya sana-sini, akhirnya semakin paham dengan acara konsep acara yang sementara diikuti. Ternayata, acara olimpiade babi merupakan rangkaian acara penutupan program kerja CARE International yang telah mendampingi kelompok peternak babi di Kota dan Kabupaten Kupang.

Acara tersebut dihadiri semua peternak babi yang telah didampingi oleh CARE International selama bertahun-tahun. Setelah peserta dianggap mandiri, program kerjanya pun diakhiri. Cerita sukses para peternak ingin disebarluaskan melalui acara tersebut. Kabarnya, selain olimpiade babi, akan ada pula workshop tentang cara beternak babi yang baik. Workshop tersebut dihadiri masyarakat yang berminat, pihak pemprov NTT, Kementrian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri dan lembaga lainnya.

Selain peternak, hadir pula beberapa kelompok anak muda yang ingin berpartisipasi dalam olimpiade babi. Setiap kelompok berjumlah 4 orang sesuai ketentuan. Kami berempat yang telah diceritakan di awal tadi, menjadi satu tim dengan nama: Bampers.
Tim Bampers in action...
Cerita  Sukses Ibu Tentji Beternak Babi

Sebelum olimpiade dimulai, setiap tim diberi kesempatan mencari mentor atau guru. Tidak sulit, karena  mentor yang dimaksudkan adalah peternak babi yang telah sukses tadi. Kami pun mulai berkenalan untuk melakukan pendekatan.

Tim kami (Bampers) secara kebetulan bertemu dengan Ibu Agustentji Ndoen. Baliau lebih senang dipanggil Ma Tentji. Kami cepat sekali akrab karena beliau sangat responsif dan bersemangat. Kesempatan ini kami gunakan untuk menanyakan seluk-beluk beternak babi.

Ma Tentji pun mulai bercerita. Kami mendengarkan dengan seksama. Kami tidak ingin melewati setiap kisah yang menarik sekaligus memotivasi.
Profil Ma Tentji dalam poster pameran
"Sebelum mendapat dampingan dari CARE International, saya sudah beternak babi. Hanya, cuman satu atau dua ekor dan masih menggunakan metode tradisional. Makanannya hanya sisa makanan atau daun-daunan, tidak pernah memperhatikan pakan serta  kesehatan ternak. Pokoknya asal ternak saja".

Kami mengangguk-anggukan kepala sepala beliau berkisah. Ma Tentji semakin semangat meneruskan ceritanya.

"Saya masih ingat, pernah dulu semua babi yang saya pelihara terpaksa dijual untuk biayai anak kuliah. Kemudian saya beristirahat sebentar, tidak pelihara babi lagi. Tidak lama kemudian, saya mendapat informasi dari kantor desa, akan ada pelatihan cara ternak babi yang difasilitasi oleh Care International. Saya sangat berminat dan memutuskan untuk ikut. Namun, sempat terhalang karena tidak memenuhi syarat. Peraturan utama yang mengikuti pelatihan atau pendampingan adalah orang memiliki ternak babi".

"Terus, bagaiamana caranya sehingga Ma Tentji bisa ikut" tanya kami hampir bersamaan.

"Saya terpaksa berhutang. Saat itu saya pinjam uang sekitar 2 juta rupiah. Uang tersebut saya belikan satu bali pejantan dan 2 babi betina. Tiga bulan kemudian, dua babi betina beranak. Ada 10 yang bertahan hidup. Setelah berusia 1 bulan, anak babi itu dijual dengan harga 1,5 juta per ekor. Uang hasil penjulan pertama digunakan membayar hutang, menambah babi betina dan membuat kandang babi yang lebih permanen".

Kami semua berdecak kagum. Ma Tentji terus bercerita.

"Singkat cerita, babi yang saya pelihara terus berkembang. Pernah suatu ketika saya sudah kehabisan uang. Mau membeli pakan babi saja sudah susah. Saya pun berdoa, kiranya ada yang membeli anak babi yang saat berjumlah sekitar 70-an ekor. Hanya berselang satu hari, ada petugas dari dinas peternakan mencari bibit babi. Mereka berminat membeli anak babi milik saya. Pada saat itulah saya merasakan pengalaman yang tidak terlupakan. Bayangkan, saya memperoleh uang 90-an juta rupiah tunai".

"Wah, manfaatnya sangat luar biasa ya, Mas ?" salah seorang anggota Bampers berkomentar.

"Waduh, sangat membantu sekali. Saya mampu membiayai anak hingga meraih gelar sarjana, hanya dengan beternak babi. Kebutuhan babi saat acara adat juga tidak kesusahan.Kerja sante-sante sa, dapat doi yang lumayan banyak. Saya sangat berterima kasih dengan pendampingan dari Care International. Mereka tidak memberi kami bantuan material. Mereka memberi kami ilmu dan semangat berjuang. Itulah yang membuat kami bertahan hingga sekarang".

Rangkaian cerita sukses Ma Tentji masih sangat panjang. Cukup itu yang saya ceritakan ulang di sini. Intinya, peternak babi ini sangat bersyukur telah mendapat pendampingan pendidikan dari CARE International. Ma Tentji berpendapat, bantuan ilmu dan keterampilan lebih berguna dibanding hanya sekedar memberi bantuan material. Bantuan barang bisa saja habis, tapi kalau ilmu akan kekal selamanya.

Posting Komentar

0 Komentar