Jalan Pagi Lagi


Jalan Pagi
Suasana pagi di seputaran RSS Baumata

Gibran, anak kami yang berusia 3 tahun itu, pernah pegang-pegang perut saya sambil bertanya, "Bapa, di sini ada adek?"

Saya agak kaget, entah siapa yang mengenalkan konsep tentang perut yang melebar itu identik dengan hamil.

Saya tidak terlalu persoalakan tentang "adeknya" itu, tapi soal perut yang melebar, tentu saja mengganggu pikiran saya pada akhirnya.

Saya memang menyadari, sudah 3 bulan lebih saya absen melakukan #JalanPagi. 

Padahal, sebelumnya saya begitu rajin. Tiap pagi melakukan olahraga ringan seperti jogging selama kurang lebih 30 menit.

Bukannya saya sudah tidak termotivasi lagi, masalahnya justru karena hal yang sangat remeh-temeh.

Akhir bulan Maret lalu, saya memutuskan pulang dari Surabaya menuju Kupang.

Saat itu masih masa-masa awal pandemi Covid-19, semua orang dianjurkan untuk melakukan aktivitas di rumah. Termasuk perkuliahan kami.

Saat memutuskan pulang, saya agak buru-buru. Tidak sempat memikirkan berbagai kemungkinan lain. Intinya bisa pulang secepatnya saja.

Saya menggunakan maskapai penerbangan LA. Ya, karena itu yang paling murah. Kekurangannya, saya hanya boleh menenteng satu tas ke dalam kabin.

Tas itu mestinya berisi pakaian, tapi karena ingat Gibran dan Mamanya yang selalu mengharapkan oleh-oleh, saya isi tas itu hanya dengan rambutan dan beberapa permainan anak.

Saya nyaris tidak membawa pakaian apa-apa, kecuali yang melekat di badan saat itu.

Saya berpikir, pandemi SARS-CoV-2 ini akan cepat berlalu. Tidak lama lagi, saya akan kembali ke Surabaya.

Selama di Kupang, saya agak kesulitan melakukan #JalanPagi karena tidak memiliki persediaan celana pendek olahraga. 

Padahal, saya punya koleksi celana olahraga lumayan banyak, tapi semuanya di Surabaya. Di Kupang hanya tersisa satu. Itupun sudah sering dipakai istri, sehingga tetangga dekat kami sudah hafal betul siapa pemiliknya saat ini. Apalagi warnanya merah muda.

Sebenarnya saya bisa saja membeli lagi di Kupang, tapi karena mau mencegah penyebaran Corona, saya memutuskan untuk batalkan saja. Bukankah sebaiknya kita #DiRumahSaja?

Saya berpikir, toh, ini tidak akan lama. Tidak apa-apa kalau istirahat selama satu-dua minggu saja.

Apa yang terjadi selanjutnya malah di luar perkiraan, saya makin melupakan kebiasaan ini: #JalanPagi.

Beberapa teman yang sudah tahu kebiasaan itu sempat bertanya, "Hae, tidak jalan pagi lagi, kah?"

Seminggu terakhir ini saya merenung lagi, dan berpikir sebaiknya turun ke jalan lagi.

Sejak minggu lalu, saya mulai merayu istri untuk segera cari dan belikan celana pendek olahraga yang murah saja, tapi tetap nyaman dipakai.

Entah betul atau tidak, dia kesulitan menemukannya. Satu waktu dia beralasan toko pakaian sudah tutup. Saat lain dia mengaku takut Corona kalau harus ke supermarket.

Nah, barangkali Anda adalah salah satu penjual pakaian secara daring, tolong kabarkan kalau ada jualan celana pendek olahraga, ya?

Hari ini, saya sudah mulai #JalanPagi lagi. Ada satu celana warna pink yang bisa dipakai laki-laki maupun perempuan.

Selama ini, celana itu lebih sering dipakai istri. Saya kemudian mengambil alih, sampai mendapatkan celana pendek olahraga yang cocok.

Kebiasaan olahraga masih menjadi bagian yang sangat penting, apalagi wabah Covid-19 ini belum benar-benar pergi.

Saya kira kita semua sudah tahu, laporan kasus secara nasional terus meningkat dari hari ke hari.

Di Jawa, kasusnya terus meningkat. Sebaliknya, kita di NTT tampaknya lebih adem-ayem. Kalaupun ada kasus yang terlapor, palingan hanya satu-dua saja. Tidak banyak.

Apakah itu berarti di NTT sudah aman?

Saya tidak bisa pastikan, namum timbul banyak kecurigaan.

Begini, kita sudah tahulah, di Jawa itu sudah sangat maju peradapannya. Mereka punya SDM dan fasilitas yang mumpuni untuk urusan kesehatan atau dalam urusan apapun.

Mestinya, dengan memiliki fasilitas dan kapasitas yang baik, masalah Corona itu cepat teratasi.

Sebaliknya, kita di NTT yang memiliki keterbatasan  sarana, secara logika, mestinya akan muncul banyak kasus.

Faktanya malah berbeda. Kita di NTT kasusnya lebih rendah, sedangkan di Jawa meningkat terus.

Kalau hal itu memang berdasarkan fakta, syukur dan Puji Tuhan. Tapi, kalau itu terjadi karena di kita tidak memberlakukan pemeriksaan yang masif seperti di Jawa, maka dipastikan akan terjadi fenomena gunung es. Jumlah yang terlapor sedikit, sedangkan yang lainnya masih misteri.

Wabah corona ini belum jelas kapan berakhirnya. Kita terus waspada kalau mau aman. Tetap patuhi protokol kesehatan, ditambah dengan olahraga ringan seperti #JalanPagi supaya tetap fit dan joss.

Salah #JalanPagi, salam sehat buat kita semua...


Posting Komentar

0 Komentar