Melawan Tipu-Tipu

Mengkritisi apa yang dibaca agar terhindar dari hoax
Hoax alias tipu-tipu menjadi tema perbincangan yang hangat akhir-akhir ini. Banyak upaya atau rencana aksi untuk melawan hoax tersebut. Diantaranya yang saya saksikan berupa kampanye atau deklarasi anti hoax di kota-kota besar. Saya belum tahu apa tindakan yang lebih detail agar terhindar hoax ini.
Bagi saya, hoax itu bukan barang baru. Hoax sudah ada sejak zaman dahulu hingga masa kini. Sulit rasanya kita menghilangkan hoax, karena perilaku tiap orang sulit kita kontrol. Sulit pula dikaji apa saja yang membuat orang mau katakan hal yang tidak jujur. Apakah sekedar iseng atau ada maksud jahat ???
Karena sulitnya mengontrol aliran hoax, maka hal yang harus diperbaiki adalah daya kritis kita dalam membaca berbagai isu di media sosial atau dalam kehidupan nyata. Bagaimana caranya ?
Mudah saja. Setiap menerima informasi baru, tidak usah buru-buru mengambil keputusan. Renungkan dulu informasinya, apakah sesuai dengan akal sehat. Lalu, cek sumber informasi. Cari tahu rekam jejak pembawa informasi, apakah dari orang atau lembaga yang terjamin integritasnya. Setelah yakin benar, barulah kita mengambil tindakan sesuai informasi tersebut.
Pengalaman saya, jika ingin membaca berita online terkini, tinggal klik Kompas.com. Selain berita di sana, hal lain yang saya temukan di internet diabaikan saja. Kompas adalah media yang berbadan hukum yang jelas dan integritas mereka dalam dunia jurnalisme tidak perlu diragukan lagi. Bisa juga dari kanal yang lain asalkan sumbernya dari media yang terpercaya.
Selain itu, sudah tentu saya tidak percaya. Mau pake judul dan gambar bombastis pun, tidak perlu dibaca ! Apalagi berita dari website yang menggunakan domain gratisan 'blogspot', kurang terkontrol keakuratannya.
Bukankah kita sering mendapat SMS menang undian dari Bank. Link website yang mereka tulis, pasti menggunakan domain gratisan 'blogspot' atau 'wordpress", dsb.
Saya juga sering memperhatikan, banyak sekali teman teman facebook membagikan berita tentang penerimaan PNS atau ASN. Judulnya mengatakan kabar tersebut dari kemenpan. Tapi, kalau diperhatikan domainya, menggunakan 'blogspot' juga. Logikanya, mana mungkin kemenpan membuat website dengan domain gratisan ? #Mikir
Begitu pula dengan informasi kesehatan, banyak sekali informasi sesatnya. Misalnya saja, saya pernah melihat di website abal-abal juga, terdapat gambar daun yang belum saya kenal namanya, lalu ditulis: "Hanya dengan daun ini, penderita gagal ginjal tidak perlu cuci darah". Hello ? Anda sehat saat menulis dan menyebarkan informasi itu.
Jika gagal ginjal telah lanjut, sulit sekali selnya bisa diperbaiki seperti semula secara medis. Kecuali kalau ginjalnya diganti yang baru atau disebut sebagai transplantasi. Jika tidak, penanganannya dilakukan dengan cuci darah atau hemodialisis.
Bukannya tidak percaya dengan ramuan herbal. Kalau ramuan herbal itu hasil penelitian dan dinyatakan efektif menyembuhkan gagal ginjal, pasti website kementrian kesehatan akan mengabarkannya. Bukannya dari media dengan domain 'blogspot' seperti milik saya ini. Domain gratisan, sehingga keabsahannya perlu dipertanyakan. Patut dicurigai kalau sumbernya dari sana. Kita perlu cek kepada orang yang kita percaya, tentu saja yang ahli pada bidangnya.
Jadinya, kebiasaan berpikir cerdas kitalah yang perlu dilatih, diperbaiki dan ditingkatkan terus. Tipu-tipu atau hoax sulit dikontrol dan selalu ada sepanjang waktu. Hal yang bisa kita kontrol adalah kecerdasan menyaring informasi dari berbagai media yang ada.
Kalau belum cerdas juga, coba makan kipas angin. Karena minum tolak angin saja, belum cukup mempan sebagai pertanda orang pintar.

(Diambil dari catatan Facebook tgl 23 Feb 2017)

Posting Komentar

0 Komentar