Sayuran Rakat

Panen Kangkung
Kangkung, sayuran paling rakat (baca: dijangkau semua lapisan masyarakat). Bahkan di kampung saya, kita cukup melempar batangnya di tanah yang berair (sawah), dia akan tumbuh subur dan merambat ke mana-mana. Hasilnya sangat melimpah, sehingga jarang sekali orang membelinya. Tidak sulit dan tidak mengeluarkan biaya kalau hanya sekedar ingin makan kangkung.

Tapi, ini di Kupang. Ceritanya sudah lain. Tanah yang ukurannya tidak seberapa, lebih banyak didiami batu karang. Jangankan sayur, rumput saja kadang malas tumbuh di sana.

Untungnya saya sempat belajar sama ahli pertanian lahan kering, lewat kegiatan #KupangBatanam. Beliau telah membuktikan, meski halaman rumah sangat sempit, tetap bisa dimanfaatkan buat tanam sayur. Banyak teknik yang bisa dicoba, salah satunya dengan memanfaatkan botol bekas air minum sebagai media tanam.

Saya pun ikut mencoba. Awalnya tetangga heran melihat saya setiap pagi mengumpulkan botol bekas lalu memodifikasinya menjadi media tanam. Begitu tahu botol tersebut digunakan buat tanam sayur, mereka mengomentari begini: "Percuma kaka, nanti kita tanam untuk kambing sa...".

"Tanaman belum ada, kok sudah takut sama kambing. Belum tentu kambing suka sama sayur yang kita tanam".

Itu saja yang saya pikirkan saat itu, sehingga tetap menanam meski banyak tanggapan negatif. Perlahan tapi pasti, apa yang saya tanam, puji Tuhan bertumbuh dengan baik. Kabar baiknya lagi, meski banyak kambing liar yang berkeliaran di sekitar kompleks rumah, tidak satu pun yang makan sayuran tersebut.

Tetangga mulai heran dan menyeletuk, "Wuih, jangan sampai kaka pakai leu-leu (magic) makanya kambing hanya lewat saja".

Saya hanya ketawa saja membalas komentar seperti itu. Sesekali saya mengiyakan saja dengan nada guyon, "Itu leu-leu dari Manggarai, super keras pung".

Kemarin, saya lakukan panen kangkung perdana. Memang, saya lupa bertanya sama ahli pertanian, saat umur berapa kangkung sebaiknya dipanen. Karena situasi sudah terjepit, mau makan tapi tidak ada sayur, terpaksa kangkung yang masih tampak muda belia itu saya panen. Setelah diolah sedemikan rupa, rasanya..., masih seperti sayur kangkung juga, hehehe.

Peristiwa kangkung yang remeh temeh ini, terdapat pelajaran yang bisa kita renungkan. Apa pun usaha yang sedang kita lakukan, pasti dikomèntari oleh orang sekeliling. Ada yang positif, tapi biasanya lebih didominasi suara negatif.

Itu sudah menjadi sesuatu yang lumrah dalam hidup. Ibarat kalau itu penyakit, sudah tidak ada obatnya lagi. Komentar negatif selalu mewabah di mana-mana.

Kalau tidak bisa diobati, maka biarkan saja. Tidak usah fokus pada apa yang tidak bisa kita atasi. Fokus saja pada apa yang bisa kendalikan. Apa itu ?

Tetap meyakini apa yang telah pikirkan matang-matang. Komentar orang tetap kita dengar sambil tersenyum. Filter baik-baik. Ambil yang positif, abaikan komentar negatif. Selanjutnya yakini, selalu berpikir positif kalau apa yang kita usahakan akan membawa hasil yang baik. Niscaya akan berhasil.

Buat pembuktian terbalik, sehingga apa yang dikomentari orang -bernada negatif- itu salah. Buktikan apa yang kita yakini bisa terwujud. Begitu good people...

Oke, Oce.... Saya Dhopink, salam kangkung...

Posting Komentar

0 Komentar