Jalan Pagi (24)*

Jalan Pagi (24)
Penjual obat di pasar Oesapa-Kupang, NTT
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 10 November 2017)

"Ini bisa mengobati panu, kurap, gatal-gatal, ketombe dan masalah lainnya. Murah saja. Cara pakainya ada di bungkusan. Kalau bingung, bisa juga telepon nomor kami yang ada di sana"
Saat memarkir kendaraan, saya sudah mendengar jelas kalimat di atas lewat pengeras suara. Saya menduga, itu suara penjual obat yang biasa beroperasi di pasar-pasar.
Ternyata benar. Setelah sekian lama, akhirnya ketemu lagi dengan penjual obat di pasar, saat kemarin #JalanPagi ke Pasar Oesapa-Kupang.
Saya langsung mendekat ke sumber suara. Lapaknya kecil saja. Ada dua orang yang duduk di sana, seorang laki dan seorang wanita. Mungkin sepasang suami-istri, atau ibu-anak. Saya tidak menanyakan soal hubungan mereka karena memang tidak begitu penting untuk kita ketahui.
Perhatian saya fokus pada barang dagangan yang dipamerkan di lapaknya. Ada sekumpulan botol berukuran sedang; bungkusan plastik mika; potongan warna biru yang menyerupai sabun; akar-akar; dan berbagai jenis tumbuhan laut.
Saya perhatikan, lapak mereka cukup banyak menarik perhatian pengunjung pasar. Beberapa terlihat membeli obat yang mereka jual. Sementara saya hanya tertarik sekedar melihat saja.
Saya senang melihat penjual obat yang begitu fasih berbicara lewat pengeras suara. Mereka mampu berbicara cepat, lumayan jelas, jarang cadel dan percaya diri. Sesungguhnya mereka memiliki kemampuan 'public speaking' yang baik.
Setelah melihat beberapa saat, saya teringat kembali tujuan awal ke pasar. Saya harus segera membeli sayur dan kebutuhan lain sebelum sms dari rumah masuk, "Kenapa lama sekali ?"
***
Penjual obat itu mengingatkan saya peristiwa masa kecil. Di Pasar Lembor-Flores dulu, banyak penjual obat yang beroperasi setiap hari pasar (Selasa dan Jumad). Seingat saya, banyak sekali masyarakat yang mengerumuni mereka karena selain menjual obat-obatan, mereka juga menunjukkan atraksi sulap. Mungkin awalnya orang tertarik dengan sulap, lalu lama-lama menaruh minat juga pada obat yang mereka jual.
Kami orang lokal di sana menyebut mereka: "Tukang Ganda Obat". Nama itu mungkin diambil dari kata "Propaganda". Dalam KBBI versi aplikasi di laptop, propaganda berarti: Penerangan (paham, pendapat) yang BENAR atau SALAH, yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu (biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk).
Kata "Ganda" dalam bahasa Manggarai, sependek yang saya tahu mengandung 2 makna. Pertama, "Ganda" bisa berarti saling berbicara atau ngobrol. Kedua, "Ganda" juga berarti sedang membual.
Kedua makna tersebut bisa dibedakan dari kalimat dan intonasi pengucapannya. Misalnya seperti ini:
1. Ami bao ganda agu Kraeng Bupati (Kami tadi berbicara dengan Bapak Bupati)
2. Aeh...ganda de kreng e..!? (Ah, kamu membual saja).

Bagaimana, sudah paham makna kata propaganda atau ganda ? Selanjutnya, silakan berpikir sendiri ya, apa yang sebaiknya dilakukan bila menemukan orang seperti itu. Kata Cak Lontong, kita mesti selalu #Mikir.
Saat ini, tukang ganda obat itu mungkin jarang terlihat lagi di pasar. Mereka juga mengalami 'shifting', berpindah ke media online atau media sosial untuk melakukan propaganda. #Mikir dan cerdaslah membaca setiap informasi.
***
Pernah suatu ketika saya menyaksikan "Tukang Ganda Obat" di Pasar Lembor. Saat itu saya masih kecil, ikut ke pasar bersama bapak.
Bapa saya sebenarnya orang yang tidak suka melihat tukang ganda obat itu. Hal itu saya bisa simpulkan dari sekian banyaknya larangan buat kami, salah satunya adalah larangan melihat mereka.
Tapi, entah ada mimpi apa pada malam sebelumnya. Hari itu ia menarik tangan saya ke kerumunan tukang ganda obat.
Saya masih ingat baik, selain melakukan pertunjukkan sulap, saat itu mereka menjual bubuk pembersih noda di pakaian (semacam deterjen).
Pertunjukkan mereka memang ajaib. Baju putih mereka gosokan pada getah nangka. Baju putih itu ternoda. Lalu dimasukkan dalam rendaman yang berisi bubuk ajaib tadi. Hanya dengan mengucak lembut saja, seluruh nodanya yang hilang.
Saya terkesima. Saya perhatikan bapak juga begitu antusias. Dia membuka dompet dan membeli cukup banyak. Kami pun pulang dengan perasaan gembira.
Dalam perjalanan pulang, bapak berpesan agar jangan memberitahu ibu/mama apa yang kami sudah lakukan tadi. Beliau bilang, biar mama terkejut baju-baju putih kita yang terkena noda jambu mente/jambu monyet bisa putih lagi. Saya mengangguk dan bertekat menjaga rahasia ini. (Maaf bapak, hari ini rahasia kita itu terpaksa saya tulis).
Yah, di kampung kami memang mengandalkan jambu mente sebagai salah satu komoditasnya. Bila musim panen tiba, kami sekeluarga ikut bekerja tanpa terkecuali. Baju kami tidak luput dari percikan getah jambu mente yang menyisakan noda abadi. Noda itu tidak bisa hilang dengan deterjen biasa.
Setiba di rumah, bapak langsung mengajak saya untuk mencoba bubuk ajaib yang kami beli di tukang ganda obat tadi. Kami ke kamar mandi dan mempraktikan sesuai petunjuk yang kami perhatikan secara seksama di pasar.
Beberapa menit kemudian, bapak mengucak baju-baju itu. Saat yang mendebarkan tiba, bapak mengangkat baju itu tinggi-tinggi, dan....nodanya masih ada. Tidak ada noda yang luntur sedikit pun dengan bubuk kampret tadi.
Saya ada ide dan memberi usul pada bapak. Bubuk itu mungkin berkasiat bila digunakan sambil berbicara persis penjualnya di pasar. Saat di pasar, saya masih ingat, penjual mengucak bajunya sambil bebicara banyak tentang khasiat bubuk tersebut.
Bapak tampak berpikir sejenak, lalu tersenyum. Mungkin dia bangga dengan ide saya, anaknya yang lumayan cerdas ini. Beliaupun ikuti apa yang saya usulkan. Beliau mengucak baju sambil berbicara persis tukang ganda obat. Sesekali saya menyengir geli. Saya lakukan sembunyi-sembunyi, takut dimarahinya.
Beberapa menit kemudian, kami melihat hasilnya. Nodanya tetap abadai. Saya tertawa terbahak-bahak. Bapak marah-marah. Saya semakin terbahak sambil berlari agak jauh. Takut telinga saya dijewer.
Bapak saya terkenal galak, tapi kadang-kadang lucu juga. Ah bapak, saya sangat rindu berada dekatmu. I love you...

Posting Komentar

0 Komentar