Bersama ahli urut urat |
Setelah mengevaluasi beberapa tahun terakhir, saya
menyimpulkan, ada dua jenis gangguan tubuh yang saya alami tiap tahun.
Tanda dan gejalanya sama. Waktu serangannya
juga dalam rentang waktu yang sama. Antara bulan Juli-Agustus.
Gangguan pertama yang saya alami lokasinya
di kulit telapak tangan. Gejalanya terasa gatal sangat parah. Area kulit
telapak tangan tampak memerah, serta terlihat bintik-bintik kecil. Lama-lama,
bintik itu terkelupas. Apalagi bila terkena air, -khususnya saat mengucak
pakaian, kulit luarnya mengelupas.
Kulit yang terkelupas sedikit demi sedikit
itu terasa kasar bilang kondisinya kering. Saya agak was-was kalau bersalaman
dengan orang lain. Takut orang itu jijik dengan saya.
Sejauh yang saya perhatikan, apa yang saya
alami ini tidak menular ke orang lain. Buktinya, orang terdekat saya tidak
mengalamaminya. Cuma saya yang seperti itu, dan terjadi ketika musing angin
kencang-dingin-dan-kemarau seperti saat ini.
Proses kesembuhannya terjadi alamiah. Hanya
dibutuhkan sedikit rasa sabar, telapak tangan akan kembali mulus dengan kulit
baru. Biasanya, pertengahan Agustus, masalah kulit itu akan berakhir.
Masalah kedua adalah rasa seperti keseleo
pada kaki kanan. Anehnya, keluhan ini terjadi tanpa kejadian awal yang jelas
seperti terpeleset, terjatuh saat #JalanPagi misalnya, atau penyebab lain. Pokoknya tiba-tiba
saja terasa sakit.
Anehnya, sama seperti gejala kulit tangan
tadi, kaki saya juga terasa sakit hampir tiap tahun. Pada rentang waktu yang
sama. Lokasi nyerinya sama.
Gangguan kedua ini, biasanya saya atasi
dengan meminta bantuan beberapa tukang urut. Dari sekian tukang urut yang saya
kelilingi, ada satu yang paling mujarab.
Tabib yang manjur itu adalah Nana Rian.
Saya sebenarnya ragu dengan kemampuannya.
Dia sahabat dekat saya. Saya bisa tahu apa saja kemampuannya.
Saya akhirnya percaya gara-gara dia
menunjukkan mimik yang serius.
"Kae, saya ini ada mbeko
sedikit-sedikit juga e," katanya pada saat itu dengan sangat meyakinkan.
Saya pasrah saja. Dia perhatikan kaki yang
sakit itu. Kemudian dengan gaya tukang dukun profesional dia berkata,
"Ahh..., ini yang salah uratnya e. Gampang ini..."
Saat dia mulai menyentuh kaki yang
bermasalah itu, saya tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir. Jangan sampai
bukannya mengembalikan ke posisi semula, eh, malah bikin patah betulan.
Ketika saya menjerit keras, dia mengambil
air dingin satu gelas. Dia tiup di permukaan gelas, lalu mulutnya
berkomat-kamit, lalu meniup lagi.
"Ini..., minum sudah!"
"Hahahaha...., lu yang benar
saja?"
"Ta kae, percaya kaut..."
Saya akhirnya pasrah saja. Semenjak itu,
tiap sore dia datang mengurut. Bukan urut sih, hanya oles-oles dengan minyak
GPU saja.
Anehnya, seminggu kemudian kaki saya sehat
lagi. Entah benaran atau kebetulan, saya akhirnya percaya dengan jampi-jampinya
Nana Rian.
Tahun kedua, dia juga menjadi tabibnya.
Kali ini, tahun yang ketiga, dia tidak ada di
Kupang. Saya coba menelepon, tapi tidak diangkat. Sialan...
Terpaksa saya panggil salah seorang yang
mengaku-ngaku muridnya. Malam ini dia mengurut kaki, hanya saya agak ragu.
Apakah Nana Rian sudah mengajarkan ilmu urut pada muridnya ini?
(*Tulisan ini sebelumnya tayang di Facebook tanggal 17 Juli 2019)
0 Komentar