Rujakan sambil ngobrol tentang EBP (Evidence Based Practice) |
Sebenarnya tidak
ada percakapan yang serius salama kami rujakan (baca: makan rujak), sebab kalau
terlalu serius, mangga terasa makin asam dan gula aren malah menjadi pahit. Di
arena rujakan, semacam ada ketentuan umum, isinya bercanda saja.
Malam ini, saya
tidak sedang membahas bahan candaan kami selama rujakan waktu itu. Sebab, bagi
kami itu sangat penting, tapi belum tentu buat Anda.
Saya sebenarnya
ingin menceritakan ulang percakapan di gazebo kampus waktu itu. Sialnya, sedari
tadi saya mencari foto yang mendukung, nihil. Saya malah temukan foto ketika
sedang rujakan. Maka, foto dan judulnya bertema rujakan, isi selanjutnya akan
membahas masalah lain.
***
Suatu pagi di
gazebo kampus, saya tidak sengaja duduk dengan perawat praktisi yang kebetulan
kuliah lagi. Awalnya kami bicara hal yang remeh-temeh, kemudian berlanjut
membahas hal yang lebih serius, tentang praktik keperawatan.
Lawan bicara
saya yang sudah lama bekerja di RS itu, mengeluhkan tentang kesenjangan antara
teori dan praktik dalam ilmu keperawatan.
"Kaka,
kalau kerja di RS itu, kadang apa yang sudah kita pelajari di kampus, sulit
diterapkan dengan tepat," katanya dengan serius.
Saya hanya
mengangguk, berusaha memahami sekaligus membayangkan seperti apa
"gap" itu terjadi.
Rekan diskusi
saya itu kemudian melanjutkan, dia bercerita pengalamannya tengang ujian
kredensial di RS tempatnya bekerja.
"Saya
pernah membantah salah satu pengujinya," katanya bersemangat, " masa
dia masih menggunakan format penilaiannya yang lama."
Dia menjelaskan,
dalam unsur penilaian itu, -kebetulan tentang perawatan luka, masih tertara
tentang penggunaan kapas lidi. Menurutnya, penggunaan kapas lidi sudah tidak
ada lagi dalam perawatan luka moderen. Makanya dia protes dan tidak mau diuji
saat itu.
Saya terus
mengangguk dan memasang wajah tercengang biar rekan bicara itu makin
bersemangat. Benar saja, kaluhan lain turut diceritakan. Semuanya menunjukan
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Selama
percakapan itu, saya tidak berani menilai mana yang benar dan salah. Tugas saya
cuma mendengar dan mengangguk. Kalau pun berpikir, saya tidak kemukaan saat
itu. Tapi dipendam dulu, hinggat saatnya akan tiba.
***
Setelah
percakapan di gazebo itu, aktivitas kembali pada rutinitas perkuliahan lagi.
Saya tidak mau menguras pikiran saya hanya untuk memikirkan "gap"
yang diceritakan rekan perawat di gazebo kampus.
Hingga pada
sebuah kesempatan kuliah, saya mendapatkan pencerahan tentang masalah tersebut.
Kebetulan sekali, hari itu dosen menjelaskan metode untuk mengurangi
"gap" dalam praktik di tatanan nyata.
Evidence Based
Practice (EBP), ini adalah metode terbaik yang bisa digunakan dalam menetapkan
standar operasional prosedur (SOP) di mana pun tempat berpraktik.
Melalui EBP,
kita bisa menentukan tindakan apa saja yang terbukti efektif di lingkungan
kerja yang bersangkutan.
Bila EBP ini
dipraktikkan dengan baik, maka bisa menghasilkan SOP yang unik dan efektif. SOP
disebut unik, karena disesuaikan dengan fasilitas dan SDM yang tersedia di
tempat tersebut. Bisa saja berbeda dengan fasilitas kesehatan (faskes), karena
sangat bergantung dengan ketersediaan fasilitas dan kapasitas SDM yang
dimiliki. Meski begitu, karena melewati proses EBP, SOP tersebut tentunya tetap
terbukti efektif menyelesaikan masalah pasien.
Jadi, sangat
keliru kalau misalnya sebuah faskes meniru secara utuh semua SOP dari faskes
yang lain. Memang kelihatannya sama, tapi karakter tiap faskes tentu berbeda,
sehingga tidak terlalu cocok.
Kalau
menggunakan dokumen dari faskes lain hanya sebagai dokumen pembanding atau
sebagai inspirasi awal saja, itu tidak masalah. Sedangkan untuk menentukan SOP
yang paling "compatible" di faskes tersebut, maka lakukan EBP yang
benar. Sebab, tidak mungkin SOP dari RS tipe A, cocok diterapkan di RS tipe C
misalnya.
Nah,
ngomong-ngomong soal EBP, memang tidak mudah juga. Tapi kalau dipelajari dengan
serius, maka akan memudahkan langkah selanjutnya.
Kebetulan
sekali, Prodi Magister dan Doktoral Keperawatan di Fak. Keperawatan Unair akan
mengadakan seminar tentang bagaimana menerjemahkan hasil riset ke dalam praktik
atau dasar pembuatan keputusan. Yah, seminar tidak jauh-jauh membicarakan
tentang EBP juga.
Kalau misalnya
Anda memiliki keresahan yang sama seperti rekan dalam percakapan di gazebo
tadi, mari kita selesaikan semuanya dalam diskusi ilmiah ini.
Segeralah
mengontak saya kalau berminat, nanti kita bisa belajar bersama dan
mendiskusikannya lebih mendalam. Saya tunggu kabarnya, ya...
0 Komentar