![]() |
Buku dan Kaos dari sahabat literasi, Bung Ares Faujian |
Biasanya orang yang diminta memberikan "endosement" pada buku atau media apapun adalah tokoh yang berpengaruh. Kalau tidak, maka apa yang ditulisnya tidak memberi dampak apa-apa.
Saya lumayan
kaget ketika berapa bulan lalu, seorang yang saya sebut sebagai teman-literasi,
Pak Ares Faujian,
meminta saya memberikan komentar singkat pada bukunya.
Saya merasa diri
kurang pantas. Saya bukan seorang yang punya pengaruh besar. Kalau pun saya
bisa menulis komentar, belum tentu ada dampaknya bagi (calon) pembaca.
Pada sisi lain,
saya juga tidak tega dengan orang yang sudah menyampaikan permintaan. Ya sudah,
saya ikuti saja, meski masih diliputi rasa kurang percaya diri.
Hari ini, ketika
bungkusan yang dikirim Pak Ares saya buka, rasanya senang dan bangga sekali.
Saya senang mendapatkan bahan bacaan baru dan baju kaus baru berkualitas. Saya
juga bangga, ketika membuka halaman yang ketiga, ada foto dan komentar saya
yang berdampingan dengan Ketua Agupena Flotim, Ama Maksimus Masan Kian.
![]() |
Turut memberi testimoni pada buku sahabat literasi |
Kalau Ama Maksi,
memang sudah sepantasnya beliau memberikan "endorsement." Beliau
salah satu tokoh gerakan literasi yang paling getol mengampanyekan kegiatan
membaca dan menulis di wilayah tempat tinggalnya. Apalagi di sekolah tempat
dirinya bekerja, tidak perlu diragukan lagi.
Saya perlu
menyinggung tentang Ama Maksi dalam tulisan ini, sebab atas inisiatif beliau
dan rekan-rekannya, maka antara saya dan Pak Ares bisa bertemu, kemudian
berteman/berelasi dengan baik.
***
Saya pertama
kali berkenalan dengan Pak Ares ketika menghadiri acara Hari Lahir (HarLah)
Agupena tahun 2018 yang diselenggarakan di Kab. Flores Timur-NTT.
Saya ingat
betul, ketika saya sedang berdiri di depan aula menunggu acara Workshop Media
Pembelajaran yang Kreatif dimulai, saya perhatikan ada dua orang yang baru
tiba. Setelah bersalaman, salah satunya adalah Pak Ares bersama rekan
sedaerahnya, Pak Bismi Belitong.
Semenjak itu,
kami saling berbagi cerita. Kemudian bertukar nomor hp. Lalu tanya akun media
sosial. Dan pertemanan itu makin terasa erat.
Keesokan harinya
kami bertemu lagi pada acara puncak Harlah Agupena. Kami berbincang lagi. Waktu
itu Pak Ares yang saya perhatikan selalu diapiti rekannya Pak Bismi, bercerita
tentang kegiatan Agupena di daerah mereka, di Bangka Belitung atau Belitong.
Salah satunya yang saya ingat, mereka yang tergabung dalam Agupena Belitong
sering menulis di koran lokal yang beredar di Negeri Laskar Pelangi itu.
Malam harinya,
kami bertemu lagi dalam jamuan makan yang difasilitasi Agupena Flotim di
bilangan taman kota Larantuka.
Hari berikutnya
lagi, kami sama-sama diajak Agupena Flotim berplesiran ke Adonara, tujuan
utamanya di Pantai Mekko. Kami hampir seharian di sana.
Ketika malamnya
kami tiba lagi di Larantuka, Ama Maksi memfasilitasi kami menginap di salah
satu penginapan dalam kota Reinha.
Esoknya, kami
sama-sama lagi berangkat ke bandara. Kami menumpang pesawat yang sama dari
Larantuka hingga tiba di Bandara Eltari Kupang.
Kami akhirnya
berpisah di Bandara Eltari. Saya kembali ke rumah dan siap-siap masuk kerja
lagi, sementara Pak Ares dan Pak Bismi menunggu penerbangan selanjutnya ke kota
asal mereka.
Pertemuan selama
kurang lebih 3 hari itulah yang mengawali kerja bersejarah ini. Kami memang
berpisah secara fisik di Bandara Eltari, tapi, sebetulnya kami tetap
berkomunikasi lebih intens di media soial.
Saat saya mulai
berjualan buku, dia ikut menanggapi secara positif. Begitu juga saat dia
berencana menerbitkan buku, kami beberapa kali berdiskusi. Kami saling
menyemangati. Dan akhirnya, saya bisa melihat wujud bukunya, lengkap dengan
cendera mata baju kaus "Kompas Negeri Laskar Pelangi: Mengenal Destinasi
Wisata dan Geopark Pulau Belitung."
Isi bukunya
sudah saya baca sejak lama. Saya pikir sudah sangat lengkap dan menarik untuk
dibaca. Khususnya bagi orang yang suka berwisata. Kalau ada niat berpergian ke
Negeri Laskar Pelangi, sebaiknya membaca buku yang ditulis langsung putra
daerahnya ini.
Menurut saya,
kualitas cetakan bukunya juga sangat baik. Bila dibandingkan dengan buku saya (#JalanPagi), buku tulisan Pak Ares ini masih setingkat di atasnya.
Begitu pula
dengan baju kausnya. Saya harus akui, kualitas baju kaus buatan alumnus
Universitas Negeri Yogyakarta itu berada satu level di atas baju kaus
JalanPagi.
Saya belum
tanya, berapa harga jual buku dan baju kaus sebagus itu. Saya dapat gratis
soalnya, hehehehe...
***
Saya suka sekali
bermimpi (menetapkan sebuah impian). Beberapa kali telah terbukti, impian saya
sudah terwujud. Saat ini, saya juga bermimpi, suatu saat akan berjalan-jalan di
Negeri Laskar Pelangi. Kapankah itu? Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Terima kasih
banyak, Pak Ares. Sukses selalu...
0 Komentar