Loe Betawi, Aku Manggarai*


Loe Betawi, Aku Manggarai
Buku-buku bekas yang dibeli di Pasar Senen Jakarta

Kemarin, setelah mengikuti acara utama di Golden Boutiqe Hotel Angkasa-Jakarta Pusat, saya berniat mencari tempat jual buku-buku bekas (murah).

Kebiasaan ini telah dimulai saat kuliah di Surabaya dulu. Di sana, saya sering mencari buku di pasar Blauran dan Kampung Ilmu, Surabaya.

Saya mencari tempat yang kira-kira sama di google. Dapatlah tempat terdekat, yaitu di Pasar Buku Kwitang. Saya segera order grab dan meluncur ke sana. Dalam perjalanan, pengemudi grab ini menyarankan saya ke pasar Senen saja kalau mau mencari buku-buku bekas. Saya pun mengikuti sarannya.

Bentuk penjualannya tidak beda jauh dengan tempat yang sering saya kunjungi di Surabaya dulu. Mereka menjual buku-buku bekas dan buku baru, tapi dengan kualitas cetak yang kurang bermutu. Entah KW tingkat berapa? Yah..,KW tingkat kelurahan!

Meski sering mencari barang-barang murah, tentu saja saya menghindari tindakan melanggar hak cipta. Saya tidak berminat membeli buku bajakan. Saya hanya membeli buku asli, hanya memang bekas pakai, sudah agak lusuh tapi tetap mudah atau bagus saat membacanya.

Saya berkeliling dari satu lapak ke lapak lain. Tiap kali mereka bertanya, "Cari buku apa, bang?" Saya selalu menyebut nama buku langka zaman dulu yang berjudul Mengarang itu Gampang, ditulis oleh Arswendo Atmiwiloto. Buku itu sulit sekali didapat. Saya tanyakan semua di lapak yang ada, tidak ada yang punya.

Biar tidak jalan percuma, saya tetap membali 5 buah buku yang lumayan menarik dan penting.
Pertama, buku "Creative Writing" milik A.S. Lakasana. Beliau ini penulis cerpen paling produktif di website lakonhidup.com, sebuah web yang mendokumentasi semua cerpen yang dimuat di koran minggu. Saya yakin, buku teknik menulia kreatif ini cukup membantu saya yang berangan-angan menjadi penulis.

Kedua, masih buku tulisan A.S Laksana, buku kumpulan cerpen yang berjudul, "Murjangkung: Cinta yang dungu dan hantu-hantu." Buku ini saya anggap sebagai contoh atau praktik dari teori dari buku creative writing tadi.

Ketiga, Novel karya salah seorang Sastrawan NTT, Opa Gerson Poyk, yang berjudul "Nyoman Sulastri." Ini juga bisa dianggap sebagai contoh dari craetive writing tadi.

Keempat, novel berbahasa Inggris yang berjudul "The Marriage Merger," ditulis penulis Amerika, Jennifer Probst. Buku ini saya beli atas saran orang-orang yang telah mahir berbahasa Inggris. Katanya, bila ingin mampu berbahasa Inggris, bacalah berbagai sumber bacaan berbahasa Inggris yang disukai. Saya kira novel ini cukup menarik untuk tujuan tersebut.

Kelima, sebuah roman sejarah dan kebudayaan: Loe Betawi, Aku Manggarai. Bagi saya, buku yang ditulis Vincentcius J Boekan ini, sangat cocok buat saya. Buku ini ditulis oleh orang Manggarai dan mengisahkan tentang orang Manggarai yang tinggal/merantau di Jakarta (Betawi). Sebagai orang Manggarai yang sedang berada di Jakarta (Betawi), tentu saja saya tertarik membelinya.

Saat membeli buku itu, saya bisikan sama mbak-mbak yang ada di foto, "Loe Betawi, Aku Manggarai. Ayo..."

"Ayo apaan, bang?"

"Ayo..aaa....yooo...," mulut saya tiba-tiba kaku

(*Tulisan ini sebelumnya tayang di Facebook bulan Februari 2018)

Posting Komentar

0 Komentar