![]() |
Kegiatan Google News Initiative untuk mengurangi berita hoaks |
Bila Anda
termasuk aktivis media sosial, pasti familiar sekali dengan foto para artis
yang diubah oleh oknum tertentu sehingga pada bajunya terdapat tulisan atau
lebih tepatnya hastag yang cukup heboh akhir-akhir ini, yaitu: #2019GantiPresiden.
Foto itu didampingi juga dengan foto aslinya, yang tidak ada tulisan seperti
itu. Aslinya beda sekali.
Orang yang
membagikan foto itu mau menyampaikan kepada pengguna medsos kalau foto yang
sempat viral dengan hastag tadi, hanyalah sebuah berita bohonh alias hoaks.
Lewat bantuan tools atau aplikasi yang ada, kita bisa membedakan foto atau
berita yang hoaks atau tidak.
Apa yang kami
pelajari selama dua hari bersama AJI Indonesia dan Google News Initiative,
salah satunya persis seperti kasus di atas. Foto-foto yang pernah upload di
media online, kemudian ada yang berusaha mengubahnya kemudian diupload lagi,
bisa kita bedakan mana yang asli hanya dengan beberapa langkah saja. Ada
beberapa tool yang bisa kita pakai untuk memverifikasi foto atau media
informasi lainnya.
Untuk mengecek
foto, kita bisa menggunakan fasilitas Google yang bernama: Reverse Image
Search. Foto yang kita ingin cek dimasukkan ke aplikasi, kemudian klik. Tidak
lama kemudian akan muncul berbagai informasi yang berkaitan dengan gambar
tersebut. Selanjutnya kita menganalisa, mana gambar yang terupload lebih lama.
Bila teridentifikasi, itulah gambar yang asli.
Tidak hanya itu,
masih banyak aplikasi yang kami pelajari selama 2 hari (19-20 Mei 2018) di Naka
Hotel Kupang. Semua yang kami pelajari sangat bermanfaat untuk memastikan
apakah sebuah berita, foto, dan video itu benar-benar asli atau hanyalah hoaks
belaka?
Aplikasinya
sangat banyak, seiring dengan banyaknya variasi hoaks yang pernah diciptakan
orang-orang di luar sana. Saya tidak akan menjelaskan semua aplikasi tersebut satu
per satu. Saya hanya memberika gambaran atau petunjuk sederhana, bagimana kita
bisa membuat jejak digital yang baik.
Pertama, saring
dulu sebelum sharing. Anda tidak mesti mengetahui semua tools yang bermanfaat
memverifikasi berita hoaks. Tidak usah. Itu akan berat. Biar para jurnalis dari
media mainstream saja yang melakukan itu. Anda tidak udah khawatir. Selama ini,
perusahaan Google telah memberikan dedikasi yang baik bagi para jurnalis untuk
melacak kebenaran suatu isu. Hasil pelacakan itu tentu saja akan ditulis dan
dimuat pada media tempatnya bekerja. Dengan demikian, Anda cukup membaca media
mainstream yang sudah diyakini kredibilitasnya, pasti tidak akan tertipu hoaks.
Kedua, gunakan
medsos atau perangkat online yang kita miliki secara bijak. Maksudnya, kita
gunakan untuk keperluan pekerjaan saja. Bukan untuk menfitnah atau menipu orang
lain. Bila itu dilakukan, suatu saat jejak Anda akan terdeteksi dan tentunya
harus diproses secara hukum.
Ketiga, dunia
maya itu sama saja dengan dunia nyata, perlu adanya etika dalam pergaulan. Jaga
nama baik kita sendiri. Hormati orang lain seperti kita mengharapkan
penghormatan orang lain.
Keempat, mohon
maaf belum bisa saya lanjutkan lagi. Saya mau istirahat dulu, esok-esok baru
dilanjut. Salam buat semuanya...
0 Komentar