![]() |
Salah satu destinasi pariwisata di Flores |
Dua hari terakhir, media massa berturut-turut
memberitakan kasus pemerkosaan bule Prancis di L.Bajo oleh pemandu wisatanya.
Hampir semua media memberitakannya, dari tingkat lokal, nasional dan
internasional. Semua warga dunia tahu.
Sebagai warga Manggarai Barat, saya turut geram dengan
pelaku pemerkosaan itu. "Nana e, eme beret apa hitu, som kawe wina, ko ngo
one lokalisasi keta eme toe keta taong ga." (Saudara, kalau sudah tidak bisa menahan hasrat, lebih baik segera cari istri, atau ke tempat lokalisasi saja kalau memang sudah tidak tahan lagi).
Saya memang tidak begitu paham soal pariwisata, tapi
sering mendengar diskusi-diskusi pelaku atau penyedia jasa pariwisata di
L.Bajo.
Dari apa yang pernah saya dengar itu, bisa disimpulkan
kalau wisatawan (khususnya asing) tertarik ke L.Bajo, bukan hanya karena ada
hewan langka kebanggaan kita bersama, Komodo. Mereka (wisatawan) justru lebih
senang menikmati pantai yang bersih dan indah, serta pemandangan bawa laut
(diving) yang terkenal indah. Mengunjungi Komodo itu hanya jadi pilihan kedua.
Itulah sebabnya pemerhati pariwisata itu sangat konsen dengan masalah
kebersihan laut. Jangan buang sampah sembarangan ke laut dan jangan lakukan bom
ikan.
Itu yang saya dengar dulu. Saat ini, mungkin perlu
ditambah lagi. Potensi kita bukan hanya pantai yang indah dan bersih,
lingkungan bawah laut yang masih perawan, dan Komodo. Hal paling utama justru
pada masalah keramahtamahan kita sebagai tuan rumah. Kita semua harus
memastikan semua tamu dilayani dengan baik, buat mereka nyaman selama berlibur
di daerah kita.
Tour Guide atau pemandu wisata itu duta Manggarai Barat;
Duta NTT; Duta Indonesia di mata wisatawan asing. Kalau pemandu wisata
melakukan hal yang mencoreng, maka bangsa kitalah yang tercoreng.
"Begitu kah Nana, tolong koe...."(Begitu kah, tolong disadari....)
Mestinya kita bersyukur, daerah kita menjadi harapan
pariwisata saat ini dan masa depan. Pemerintah telah mengelontorkan banyak dana
ke sana. Fasilitas dibuat bagus, infrastruktur dibangun di mana-mana agar
daerah kita makin cantik; makin diminati wisatawan dari seluruh dunia.
Kita baru saja berbangga, pemain sepak bola Belanda
(Robben) berlibur di L.Bajo. Dia datang, semua media memberitakannya. Semua
dunia tahu. Kabar itu bisa membuat warga di dunia lain tertarik juga ke daerah
kita. Ingat, salah satu sumber pendapatan daerah dan bangsa kita itu dari
sektor pariwisata.
Lalu, tiba-tiba berita pemerkosaan terhadap turis asing
melambung. Semua warga dunia tahu. Mereka bisa saja membuat stereotipe: Orang
Mabar itu cabul; orang NTT itu kasar; orang Indonesia banyak pemerkosa, dsb.
Dampak lanjutannya, orang akan enggan lagi berkunjung ke daerah kita. Sepi. Dan
pendapatan daerah kita bisa menurun. Satu orang yang buat, semua orang kena
dampaknya.
Beruntung pemerintah cepat merespon masalah ini. Yah,
minimal memberi image yang baik bagi korban khususnya, serta wisatawan lain
pada umumnya. Tadi saya membaca berita, Kepala Dinas Pariwisata Prov. NTT
meminta maaf pada korban dan keluarga.
Kita tahu, minta maaf memang tidak sebanding dengan
dampak yang diterima si korban. Dia seorang gadis yang masih memiliki masa
depan yang panjang. Dia pasti sangat terpukul, hilang harapan, bahkan bisa
mengalami depresi. Semoga dia mendapat penanganan yang terbaik. Kami semua
meminta maaf sebesar-besarnya.
Saya sangat
ingin menemui pelaku pemerkosaan itu. Bila bertemu, saya ingin toki sedikit di
dia punya dahi, terus bilang: "Ya'e me..."
0 Komentar