HUT PPNI di Tengah Pandemi Covid-19*

HUT PPNI di Tengah Pandemi Covid-19
Ikut merayakan HUT PPNI bersama Perawat Jatim


Selamat HUT PPNI yang ke-46 buat seluruh Perawat Indonesia. Terima kasih buat pelayanan tulus yang telah Anda lakukan di setiap tatanan fasilitas kesehatan. Tetap semangat, jangan pernah lelah merawat bangsa. Meskipun, kita sama-sama tahu, penghargaan yang sepantasnya belum diterima secara merata.

Kemarin sore, kita semua barangkali menyaksikan konferensi pers dari Tim Penanganan Covid-19 dari Kemenkes RI. Di bagaian akhir sesi, ketiga klien yang dinyatakan sembuh diberi kesempatan berbicara; membagikan testimoni selama mereka didiagnosis Covid-19 dan selama perawatan berlangsung.

Ibu yang berbicara pertama, --sambil mengatur suaranya yang setengah menangis; matanya juga hampir tidak bisa membendung air mata-- beliau langsung memberi apresiasi kepada semua petugas yang merawat mereka 24 jam.

"Kalau bisa, pemerintah tolong beri perhatian khusus buat mereka," begitu kurang lebih permohonan sang Ibu, sebagai rasa syukur dan hormat kepada nakes yang salah satunya adalah perawat.

Sebagai perawat, saya bangga sekali mendengarnya. Barangkali saat situasi sulit seperti ini, ketika peran perawat begitu nyata mengabdikan diri di garda terdepan untuk merawat dan meyehatkan bangsanya, sekiranya mata semua orang makin terbuka. Makin mengerti. Bahwa perawat adalah salah satu tulang punggung sistem kesehatan nasional kita.

Jauh sebelum kasus Covid-19 ini, Majelis Kesehatan Dunia yang dikoordinasi WHO, telah dengan sadar menetapkan 2020 sebagai tahun perayaan khusus untuk perawat dan bidan di seluruh dunia (2020 International Year of The Nurse dan The Midwife).

Perayaan khusus tersebut merupakan bentuk pengakuan peran penting kedua profesi kesehatan tersebut.

Perawat dan bidan telah diakui memiliki peran besar untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak; program imunisasi bisa berjalan; promosi kesehatan yang membantu selamatkan banyak jiwa; perawatan bagi lansia; dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi klien yang menerima perawatan di hampir selama tatanan layanan kesehatan.

Jumlah perawat dan bidan yang mencapai 50% dari total keseluruhan tenaga kesehatan lainnya, membuat kedua profesi ini kuat. Potensi yang besar ini, kalau dimaksimalkan lagi dengan memberi dukungan yang baik, pasti semakin memberi manfaat kepada khalayak lebih luas.

Bagi WHO, perawat dan bidan merupakan modal utama untuk memastikan program Universal Health Coverage (UHC); di mana semua orang di muka bumi ini harus dipastikan bisa mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa ada hambatan ekonomi maupun hambatan lainnya.

Perkiraan WHO, dunia masih membutuhkan sekitar 9 juta perawat dan bidan lagi untuk memenuhi target UHC pada tahun 2030 kelak.

Masih ragu dengan peran perawat dalam sistem pelayanan kesehatan?

Selama pandemi Covid-19, perawat dan nakes lainnya semakin mendapat perhatian. Mereka orang yang terdepan berhadapan dengan virus yang membuat peradangan paru-paru tersebut.

Bagaimana tidak, semua orang yang diperkirakan terinfeksi, pasti akan berkumpul di rumah sakit. Mereka akan dilayani perawat. Meski upaya menggunakan alat pelindung diri sudah digalakkan sejak awal, tetap saja ada yang jebol dan akhirnya ikut terinfeksi.

Sebuah studi epidemiologi yang dilakukan oleh lembaga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, melaporkan banyak staf medis yang ikut terdampak.

Penelitian dilakukan di Provinsi Hubei, di mana staf medis tersebut tidak punya riwayat perjalanan ke Wuhan (pusat awal munculnya coronavirus).

Setelah kurang lebih 14 hari mereka memberi pelayanan kepada pasien, mulai muncul gejala yang sama, menyerupai pasien terinfeksi Covid-19.

Total tenaga medis yang menujukkan gejala terinfeksi ada 3.019 orang, tapi yang terkonfrimasi positif berjumlah 1.716 orang. Data tersebut merupakan penggabungan dari 422 tempat pelayanan kesehatan (RS). Kabar baiknya, sebagian besar kembali sembuh. Ada 5 orang yang meninggal dunia.

Belajar dari hasil studi tersebut, kita sebagai nakes perlu ekstra waspada ketika melayani klien. Pastikan alat pelindung diri telah siap dan terpakai dengan baik selama menjalankan tugas.

Selain itu, bagi masyatakat awam juga bisa membantu dengan bekerja sama yang baik untuk mengurangi transmisi yang tidak perlu.

Caranya mudah. Pertama, ikuti dulu saran pemerintah untuk lebih banyak di rumah selama 2 minggu ini. Memang ini berat, tapi sebisa mungkin kita patuhi.

Seandainya selama masa pembatasan aktivitas ini Anda menunjukkan gejala demam, batuk, nyeri otot (badan terasa sakit), dan tanda lainnya; coba kontak dulu nomor RS rujukan atau pusat bantuan di daerah masing-masing. Misalnya, di Surabaya ada call center 112 untuk situasi emergensi apa saja.

Kita upayakan telepon ke pusat bantuan terlebih dahulu, untuk memastikan di mana saja RS yang bisa didatangi untuk masalah Covid-19. Selain itu, pemberitahuan awal ini memungkin Anda untuk dijemput ambulans khusus. Kalau Anda langsung pergi dengan alat transportasi umum, malah makin menyebarkan virus.

Pihak RS juga akan lebih siap menerima dan merawat Anda, termasuk persiapan ruangan isolasi khusus.

Kembali lagi pada rekan sejawat perawat. Risiko perkejaan kita memang sangat mudah terjangkit virus baru ini. Terima kasih Anda tetap setia, berdedikasi pada pada pelayanan sesuai sumpah profesi yang mulia.

Hari ini, 17 Maret 2020, merupakan hari bahagia buat perawat Indonesia. Tema HUT Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang diusung juga terasa relevan dengan situasi saat ini, "Perawat Kuat, Masyarakat Sehat."

Semoga kita, Perawat Indonesia, diberikan kekuatan yang lebih, sehingga bisa bersama-sama masyarakat melewati masa sulit ini.

Terima kasih buat semua perawat Indonesia. Semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkati usaha kalian. Amin...

(*Tulisan ini sebelumnya tayang di Facebook tanggal 17 Maret 2020)


 

 


Posting Komentar

0 Komentar