Guru Akan Datang, Ketika Murid Sudah Siap

Mencari Sang Guru
Hari ini, kita kembali merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Kita patut bersyukur, hingga saat ini proses penataan pendidikan terus dilakukan secara serius. Memang, masih ada ketimpangan padai kondisi tertentu. Paling tidak, secara umum setiap orang mendapatkan hak untuk mengenyam pendidikan.

Momen berbahagia ini sangat cocok untuk merefleksi dunia pendidikan kita saat ini. Hasil refleksi itu dijadikan panduan langkah selanjutnya.

Setiap orang bisa saja memiliki refleksi yang berbeda-beda. Saya pun ingin memberikan pandangan pribadi mengenai pendidikan di Indonesia, khususnya mengenai perayaan Hardiknas.

Sebagaimana kita ketahui, perayaan Hardiknas sangat erat kaitannya dengan Tokoh Pendidikan Bangsa Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Tidak heran bila pidato pejabat atau tulisan yang bertemakan Hardiknas, selalu mengedepankan pemikiran beliau sebagai inspirasi utama.

Hal yang paling sering disinggung adalah konsep patrap triloka yang menjadi pedoman seorang guru dalam mengabdi, yaitu: Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun karsa/kemauan/semangat), dan Tut wuri handayani (dari belakang mendukung).

Saya yakin, kita semua meyakini kalau konsep tersebut tak akan lekang oleh waktu. Selalu relevan dari waktu ke waktu, sehingga tidak salah pula jika digaungkan terus-menerus.

Tapi, mungkin karena itulah makanya selalu guru yang selalu dibebani sebagai penentu keberhasilan pembelajaran. Guru jarang dipuji. Kalau anak didiknya kurang baik, pasti diberondong dengan pertanyan, "Gurunya buat apa saja ?". Intinya, seolah-olah guru itu menentukan baik dan buruknya seorang anak didik.

Benar, guru harus menjadi teladan, bersama membangun semangat serta mendorong anak didik agar sukses. Tapi, kalau tidak didukung subsitem lain termasuk murid itu sendiri, multahil bisa tercapai.

Murid Harus Siap

Percuma guru bersemangat jika muridnya tidak siap belajar. Ciri tidak siap belajar bisa dilihat dari perilakunya. Sering datang terlambat atau bolos, malas mengerjakan PR, tidak bergairah belajar, asal hadir dalam kelas tapi tidak melakukan apa-apa, dan sebagainya.

Saya pernah mengalami periode tidak siap belajar itu dalam rentang waktu yang cukup lama. Sejak pendidikan dasar hingga tamat SMA, saya masih merasa bersekolah itu hanya untuk memenuhi keinginan orang tua saja. Perasaan ingin belajar atau siap belajar, tidak ada sama sekali. Saya bersekolah agar tidak dimarahi orang tua dan keluarga.

Memasuki masa kuliah, secara perlahan saya mulai mengerti esensi dari belajar. Kebiasaan membaca buku telah bukakan pikiran saya. Ternyata, untuk mengetahui suatu hal, kita harus aktif menemukannya sendiri. Tidak cukup bila hanya dikabarkan oleh orang lain.

Karena itu, saya semakin rajin menghadiri perkuliahan untuk dapatkan informasi yang belum diketahui lengkap. Saya rajin membuka buku untuk membuktikan setiap pernyataan orang termasuk pernyataan para pendidik. Saya rajin mengikuti seminar untuk tahu perkembangan yang terbaru. Saya bersemangat mengerjakan tugas agar semakin paham dengan konsep yang tengah dipelajari dan seterusnya. Intinya, saya menerapakan metode student centered learning. 

Itulah gambaran umum mengenai konsep yang murid yang siap. Setiap murid mesti menyadari tujuannya hadir dalam suatu jenjang pendidikan. Murid harus menyadari apa yang menjadi tugasnya. Murid harus benar-benar siap.

Ada pepatah kuno, "Guru akan datang ketika murid sudah siap". Perpaduan antara murid yang siap dengan guru yang menerapkan patrap triloka di atas, tentunya menghasilkan hal yang baik.

Murid yang siap juga memungkinkan untuk bertemu banyak guru (tidak terbatas guru formal). Di lingkungan ada begitu banyak guru kehidupan. Kita bisa belajar dengan siapa saja dan di mana saja. Kuncinya, kita sebagai murid harus siap dan ada kemauan untuk belajar.

Ada baiknya momen Hardiknas kali ini, tidak hanya pandai mengoreksi sistem pendidikan dan guru-guru. Cobalah kita sebagai murid atau orang tau murid bertanya dalam diri sendiri, "Sudahkah siap belajar ?". Tunjukkan kepada dunia kalau kita merupakan murid yang siap. Murid yang siap tidak akan kekurangan guru.

Sekali lagi, jadilah murid yang siap....

Posting Komentar

0 Komentar