![]() |
Hidup ini indah, kenapa harus cepat putus asa? |
Seorang pemuda yang hendak bunuh
diri, dipergoki tetangga-tetangganya.
Seutas tali
telah terikat di sebatang pohon. Pemuda itu berdiri di atas sebuah kursi, tepat
di bawah tali tersebut. Tinggal ujungnya dikalungkan di leher, lalu kursi itu
dijatuhkan, maka tali itu akan menjepit leher, menutup aliran darah dan
pernapasan. Kalau tidak segera dicegah, pastinya mati.
Orang-orang
memohon kepada pemuda itu agar membatalkan niatnya.
"Tolong
tenang, saudara..., tenang..."
"Hei,
kalian jangan mendekat! Biarkan saya mati. Saya lelah tinggal di negeri
ini," pemuda itu tampaknya tidak bisa diajak kompromi lagi.
Tentangga-tetangganya
terus memohon. Sekelompok orang terus memohon kepada pemuda agar mau
membatalkan niat bunuh dirinya.
Pemuda itu tetap
saja menolak permohonan mereka. Dia terus ancang-ancang mengalungkan tali
ketika para tetangganya itu semakin mendekat.
"Heiii...,
jangan mendekat! Biarkan saya mati...," teriaknya lagi.
"Kenapa kau
ingin mati cepat, saudara?" Seorang bapak yang menggunakan kau
belang-belang bertanya dengan mimik wajah yang bingung.
"Saya sudah
capek tinggal di negeri ini. Jalanannya rusak. Kita miskin, tidak ada makanan
yang bisa dimakan. Tidak ada listrik. Tidak ada pekerjaan. Kemudian pemerintah
menganggap kita paling pemalas. Lebih baik mati saja," katanya sambil
menangis sesenggukan. Dia mau mengalungkan tali ke leher, tapi urung karena
para tetangga terus memohon untuk membatalkannya.
Rupanya, selain
kelompok tetangga yang terus memohon di hadapan pemuda yang hendak mengakhiri
hidupnya itu, ada tiga orang pemuda lain yang mengendap-endap dari arah
belakang pemuda malang itu. Ketika perhatiannya tersita pada sekelompok
tetangga yang terus memohon, tiga orang yang datang dari belakang langsung
menyergapnya, kemudian mengangkat jauh-jauh dari tali yang akan megerat
lehernya.
Semua orang
lega. Pemuda yang mau bunuh diri itu kini telah berada dalam situasi yang aman.
Orang-orang langsung mengelilingi lebih dekat.
Seorang bapak
berbaju belang-belang dan yang pernah menanyakan alasan bunuh diri sebelumnya,
tanpa lama-lama langsung menampar pemuda yang berencana bunuh diri itu sambil
mengumpat, "Kenapa kau mau mati, hah?"
Seorang ibu
dalam kerumunan para tetangga itu kaget. Dia tidak suka dengan tindakan bapak
berbaju belang-belang barusan. Makanya dia mencerca, "Hei, kenapa tampar
dia lagi?"
"Betul,
kenapa dia malah dipukul?" Seorang tetangga lain ikut memprotes.
Bapak baju
belang-belang itu menoleh ke arah para tetangga itu.
"Hei, kamu
dengar tadi bilang apa?" Katanya dengan nada keras, "dia mau mati
karena hidupnya susah. Dia tidak pernah pikir, kalau kita semua di sini orang
susah semuanya. Kalau dia tadi mati, itu artinya dia membiarkan kita menderita
sendirian."
Para tetangga
mengangguk perlahan. Mereka mulai sepakat dengan alur pikiran bapak berbaju
belang-belang itu.
"Makanya
saya tempelang dia," lanjut bapak berbaju belang-belang, "supaya dia
sadar, dan jangan mati dulu. Biar sama-sama menderita dulu di negeri ini. Tidak
boleh buru-buru mati."
***
Cerita di atas
diadaptasi dari video komedi Mark Angel Comedy. Meski kental dengan unsur
komedi, saya pikir pesannya juga sangat kuat. Makanya saya tulis di sini.
Yah, kalau pun
hidup kita susah, masih banyak tersedia sarana hiburan, misalnya dengan
menonton video komedi. Atau menikmati senja hari hari di Kupang dengan segelas
kopi dan kudapan ala kadarnya. Nikmati saja...
0 Komentar