Malam itu, hati
saya gelisah tidak karuan. Pasalnya, jauh sebelum datang ke Larantuka-Flores
Timur, saya sudah membeli tiket pulang ke Kupang. Teman-teman pengurus Agupena
(Asosiasi Guru Penulis Indonesia) cabang Flotim yang mengundang saya untuk
menghadari acara puncak hari lahir Agupena ke-12 tingkat nasional pada tanggal
28 Novermber 2018 terus membujuk untuk ikut bersama mereka dalam kegiatan yang
dinamakan “Tur Literasi” ke Pulau Adonara. Mereka juga meyakinkan kalau
perjalanan ini akan mengasyikan karena mengunjungi salah satu lokasi wisata
eksotik miliknya Adonara-Flotim.
Saya hanya
mengangguk tidak yakin. Mata terus memperhatikan layar HP, berusaha mengubah
jadwal pesawat yang kadung dibeli. Ternyata proses mengubah jadwal pesawat agak
rumit, butuh waktu yang lama. Padahal saya harus memutuskan sesegera mungkin.
Saya cek harga
tiket hari berikutnya, ternyata relatif murah. Ah, selagi berada di Flotim,
kenapa tidak menggunakan kesempatan sebaik mungkin untuk menelusuri lokasi
wisata terbaik di sana?
Saya membeli
tiket baru dan segera memberi kabar ke kru Agupena Flotim kalau saya bisa ikut
bersama mereka dalam tur literasi. Mereka senang mendengarnya. Tur literasi sudah
menjadi agenda rutin Agupena Flotim. Mereka mengunjungi satu desa ke desa
lainnya untuk mendukung kegiatan literasi warga setempat seperti: membagikan
buku gratis yang mereka peroleh dari para donatur dari seluruh Indonesia,
memotivasi anak-anak untuk rajin membaca dan berani berlatih menulis,
memberikan pelatihan menulis, melaksanakan berbagai lomba, dan kegiatan
lainnya.
Tur Literasi dengan Sepeda Motor |
***
Hari Kamis
(29/11) pagi, cuaca Kota Reinha Rosari kurang bersahabat. Di luar sedang hujan
deras. Kami pikir masih pukul 05.00, ternyata sudah hampir jam 08.00, matahari bersembunyi
di balik awan gelap. Kami tidak banyak bicara, tapi raut wajah menunjukkan
kegelisahan yang hakiki.
Perlahan hujan
mulai berhenti. Kurang lebih 30 menit kemudian, cuaca cepat sekali berubah
menjadi lebih cerah. Tanpa berlama-lama lagi, kami langsung memulai tur
literasi. Kami menggunakan sepeda motor menuju pelabuhan Larantuka. Saya bersyukur
bisa membonceng di sepeda motor Ketua Agupena Flores Timur, Pak Maksimus Masan
Kian, S.Pd. Selain karena lebih nyaman, Pak Maksi selalu menerangkan setiap
tempat yang kami lewati. Saya hanya memancingnya dengan satu-dua pertanyaan
saja. Selebihnya dia aktif menjelaskan banyak hal tanpa perlu ditanya.
Itulah hebatnya
orang yang gemar berliterasi. Mereka memiliki banyak pengetahuan dan informasi
hasil membaca buku atau pun wawancara dengan tokoh masyarakat setempat. Informasi
yang mereka sampaikan tentu saja lebih akurat dan tanpa kehilangan daya tariknya.
Dari pelabuhan
Larantuka, kami harus menyeberang ke pelabuhan Tobilota-Adonara. Biaya sewa
perahu motor relatif murah. Tiap orang hanya dikenakan biaya 5 ribu rupiah. Bila
membawa sepeda motor, harus ditambah lagi sebanyak 20 ribu rupiah.
Tiba di
Tobilota, kami membelok ke kiri, menjelajah Jalan Trans Adonara. Pak Maksi
menjelaskan kalau daerah yang kami lewati itu merupakan daerah Adonara Barat. Pemandangan
di sisi kiri-kanan jalan sangat menakjubkan. Bila menoleh ke kiri, kita melihat
laut dan Kota Larantuka makin mengecil. Saat menoleh ke Kanan, kita melihat
banyak bukit dan hutan.
Semakin jauh
kami berjalan, suasana mulai berbeda. Kali ini kiri-kanan jalan terasa seperti
hutan pisang dan pohon kelapa. Pak Maksi menjelaskan kalau kedua pohon itu
menjadi komoditi andalan masyarakat di sana.
Berjalan jauh
dengan sepeda motor, rasanya capai juga. Kami beberapa kali berhenti. Kami melepas
lelah sejenak di Desa Kolilanang, Kecamatan Adonara. Kemudian jalan lagi. Tiba di
Desa Mangaaleng, Kecamatan Kelubagolit, beberapa teman mengusulkan untuk
foto-foto terlebih dahulu. Tentu saja semuanya setuju.
Dari sana, kami
singgah di sebuah taman baca masyarakat yang diberi nama: Asah Koda, terletak di
Dear Lambunga, Kecamatan Kelubagolit. Pengelolanya seorang siswi SMA bernama Rona
Bantel. Menurut ceritanya, taman baca itu dibuat oleh mahasiswa/i dari Jogja yang
melaksanakan KKN di desa mereka. Masalah yang dialami saat ini, anak-anak
kurang minat membaca lantaran buku-buku yang tersedia kebanyakan untuk orang
dewasa. Mereka sangat membutuhkan buku-buku anak seperti komik.
Dari sana, kami
melaju ke Kecamatan Witihama. Di sana ada rumah seorang guru anggota Agupena
Flotim. Sudah diingatkan sejak lama, keluarganya telah menyiapkan santapan
siang buat kami semua.
Sajian yang
terhidang di meja merupakan makanan khas Adonara. Ada nasi merah dan jagung
titi yang diolah menjadi makanan pengganti nasi, ada sayur daun singkong yang
ditumis bersama pepaya muda, daging ayam yang dibalut parutan kelapa, ikan
teri, sambal tomat dan kerupuk yang digantikan dengan jagung titi goreng. Kami menyantap
sangat lahap. Selain karena masakannya enak, perjalanan yang jauh membuat kami
sangat lapar.
Dari Witihama,
kami melewati jalanan menurun menuju pantai Mekko yang terletak di Desa Pledo,
Kecamatan Witihama, Kab. Flores Timur. Kondisi jalannya sangat memadai,
sehingga bisa tiba lebih cepat dan terasa nyaman di atas sadel sepeda motor.
Tempat wisata Mekko
dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat, khususnya anak-anak muda. Tidak
heran bila nama kelompok usahnya adalah: Bangkit Muda-Mudi Mekko. Sesaat setelah
membaca nama kelompok tersebut, saya teringat dengan tagline yang selalu didengungkan pemerintah Provinsi NTT saat ini:
NTT bangkit, NTT sejahtera. Jadi, sama-sama ada semangat “bangkit” di sana.
Salah satu upaya
agar NTT cepat bangkit, Pemprov menetapkan sektor pariwisata penggerak
utamanya. Keeksotisan destinasi wisata Mekko tentunya menjadi salah satu penunjang
dari program utama pemerintah tesebut.
Berdasarkan penjelasan
pengurus Bangkit Muda-Mudi Mekko yang telah mereka buatkan dalam brosur yang
menarik, di sana menawarkan pengalaman yang menarik tentang keindahan kawasan
perairan Mekko. Wisatawan dibawa mengunjungi Pulau Pasir Putih, Kolam Renang
Laut Raksasa, Ekosistem Hutan Mangrove, dan satu titik lokasi snorkeling.
Bila ingin
menjelajah lebih jauh dan lebih banyak, sebenarnya ada 14 destinasi yang
eksotis di sekitar Mekko diantaranya Pulau Pasir Putih, Pulau Watopeni
Kecil/Pulau Madikki, Pulau Watu Peni Besar, Karang Buko Pulau, Bungeng Madikki,
Toroh Ana Sikeroaang, Pulau Keroko/Pulau Kokosape, Pam’pa, Sunang, Lao Kubor 1,
Lao Kubor 2, Puteh Toroh 1, Puteh Toroh 2, dan Palekko.
Sore itu kami
hanya menjelajahi dua lokasi saja menggunakan perahu motor. Pertama, kami singgah
di Pulau Watu Peni Besar. Di sana, kami tidak bisa berbuat banyak karena
pantainya terdiri dari batu-batu. Kami hanya foto sebentar, kemudian bertolak
lagi ke Pulau Pasir Putih Mekko. Inilah destinasi paling favorit. Pasir putih
yang seukuran lapangan badminton itu berada di tengah laut. Biasanya pasir
putih itu letaknya di pinggir pantai. Ini malah muncul di tengah laut. Di sekitar
tempat itulah lokasi paling baik untuk berenang atau sekedar berendam dalam air
laut.
Hari makin sore,
kami buru-buru pulang karena harus kembali ke Kota Larantuka. Kami pulang
dengan rasa lega di dada. Puas. Pengorbanan melewati atau membuang satu tiket
pesawat, lalu perjalan panjang Larantuka-Witihama (P/P), semuanya terbayar
dengan keindahan Mekko yang memukau.
Oh iya, bila
Anda ingin merasakan pengalaman Mekko yang memukau itu, silakan menghubungi
nomor HP berikut: Bakri Lolo Wajo (Ketua): 081339772296; M. Said (Pemandu
Wisata): 081236106453; atau kirim pesan ke alamat surat elektronik: mekkobm3@gmail.com. Selamat menikmati
berjuta destinasi wisata eksotis di Nusa Tenggara Timur.
#exotic_NTT
#lombablog_exoticNTT
#destinasiwisata_NTT
(Keterangan: Semua gambar yang digunakan dalam tulisan ini merupakan dokumentasi Agupena cabang Flores Timur).
(Keterangan: Semua gambar yang digunakan dalam tulisan ini merupakan dokumentasi Agupena cabang Flores Timur).
0 Komentar