Natal yang Bikin Bingung*

(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 11 Desember 2017)

Bapa bingung saat Mama meminta uang belanja. “Belum gajian, kenapa selalu minta?”
“Hmmm, terus kita makan apa?” balas mama. “Makan dulu yang ada, apa adanya,” pinta bapa.

Bapa pusing meski sudah terima gaji. Sebagian diserahkan ke mama, uang makan sebulan; sebagian menyicil hutang koperasi, pinjaman saat natal tahun lalu. “Pa, mama tidak bisa beli gaun baru, kah ?” Belum sempat menjawab, adik juga ikut merajuk, “Pa, beta mau baju natal baru.”
Bapa pening saat tetangganya menawarkan kalender, “Ini dari gereja, cari dana untuk kegiatan natal,” terangnya. “Kami sudah ada kalender. Lagian di hp dan laptop sudah ada kalender," mama coba menolak dengan halus. “Ini untuk gereja,” ulangnya sekali lagi. Bapa memainkan mimik wajah dan kedipan mata. Mama segera ke kamar sebentar, lalu kembali membayar kalender. “Jangan harap makan ikan bulan ini,” mama memberi pengumuman setelah tamu pulang.
Bapa linglung saat terbangun dari tidur dengan paksa. Ada seseorang yang menggedor pintu berkali-kali. Pintu terbuka, seorang ibu menenteng sekantong makanan, “Pak, kami ada jual rantangan dari gereja, buat tambahan dana acara natal.” Bapa menolak dengan halus hingga ibu itu angkat kaki. “Ibu itu mengaku jual rantangan dari gereja, tapi saya tidak pernah melihatnya selama ke gereja,” bapa menjawab pertanyaan mama sembari meringkuk lagi di tempat tidur. Mama mendengarkan dengan ekpresi yang paling malas.
Bapa bimbang saat tetangganya yang lain datang menawarkan ‘leis babi’ (menawarkan orang membeli daging sebelum babinya dipotong) saat malam natal nanti. Tanpa minta persetujuan atau memberi tanda, Mama putuskan mengambil 1 kumpul. Saat tetangga pergi Bapa mengomel, “Kenapa mama mengambil keputusan tanpa tanyakan saya?” Mama jawab tanpa menoleh, “Toh, itu juga kebutuhan kita. Natal itu juga identik dengan makan daging babi." Bapa terus bersungut-sungut tidak jelas. Mama bergeming, kukuh pada pendiriannya.
Bapa makin bingung, kenapa konsep natal ala-ala sinterklas itu tidak pernah terjadi? Saat mengharapkan hadirnya sinterklas, saat yang sama orang lain menganggap kita sebagai sinterklas. Natal yang bikin bingung.
Bapa baru terlihat senang saat melihat tulisan di media sosialnya, “Haram mengucapkan selamat natal.” Ini baru betul, pikirnya dalam benak. Semestinya semua orang mengikuti Haram, mengucapkan selamat natal jauh-jauh hari sebelumnya. “Terima kasih Haram,” tulisnya mengomentari tulisan itu.
Natal yang Bikin Bingung
Bukan pohon Natal
(Catatan: Bapa kira ini juga pohon natal. Beliau makin bingung saja)

Posting Komentar

0 Komentar