Jalan Pagi (34)

Jalan Pagi (34)
Salam #JalanPagi


Selama #JalanPagi hari ini, saya menemukan banyak pertumbuhan baru di kiri-kanan jalan.
Setiap musim hujan, yang jelas banyak pertumbuhan rumput liar dan tunas pohon. Kupang terlihat lebih hijau dibandingkan saat musim kemarau. Perbedaannya sangat terasa.
Di antara rumput-rumput liar itu, tumbuh juga banyak baliho para politisi dan bendera-bendera partai politik. Yah, selain musim hujan, saat ini kita juga sedang dilanda musim yang hadir 5 tahun sekali itu.
Beberapa politisi mulai tampil dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengucapkan selamat natal dan tahun baru lewat baliho. Para calon gubernur juga demikian. Mereka tersenyum beku di sana, berusaha menyakini para pembaca dengan bahasa tubuh tertentu yang disertai slogan-slogan yang meyakinkan.
Gayanya bermacam-macam. Semuanya mencitrakan kebaikan. Ada yang tersenyum simpul, ada pula yang tersenyum lebar. Tatapan matanya sangat lembut, seolah sedang memeperhatikan kita yang jalan-jalan. Kadang saya merasa malu melajukan kendaraan di hadapan baliho itu. Saya merasa "diperhatikan" betul-betul.
Ada yang mengangkat lengan ke langit dengan tangan terbuka, ada pula yang mengepalkan tangan. Seolah mau mengatakan, "Ayo semangat!" Mungkin juga mau menunjukkan kalau dirinya paling energik.
Benar dan tidaknya pencitraan itu tentu saja tidak bisa kita klarifikasi pada baliho itu. Rekam jejak tetaplah menjadi pertimbangan utama bagi pemilih nanti.
Semuanya itu lumrah saja. Hanya saking banyaknya baliho itu, pemandangan di sekitar jalan tampak lebih romol dan agak mengganggu konsentrasi dan lapang pandang pengendara. Barangkali perangkat negara yang bertugas mengatur iklan-iklan itu bisa menata lebih baik lagi.
Pertumbuhan lain yang telihat adalah, lapak penjual sarapan makin banyak. Hal ini menunjukkan orang makin sadar akan pentingnya sarapan. Tapi, hal yang sama juga menunjukkan semakin banyak orang yang tidak sarapan di rumah. Tidak sempat masak, kah?
Di pasar, pertumbuhan pedagang juga makin bertambah. Tampak didominasi ibu-ibu dari desa yang duduk menanti para pembeli hasil tanaman dari kebun sendiri. Mungkin mereka akan duduk lebih lama. Sebab kebanyakan orang kota sudah sarapan nasi bungkus yang jarang menggunakan sayur. Biasanya hanya nasi kuning, mie dan telur atau jenis lauk lainnya.
Setiba di rumah, saya menceritakan apa-apa yang menarik selama perjalanan ke pasar. Satu hal yang tidak saya lupa kabarkan, sebentar lagi kita akan dangdutan ria. Penyanyi dangdut dari ibu kota akan memeriahkan deklarasi pasangan calon gubernur.
"Siapa yang mau datang?", orang rumah bertanya.
"Itu, artis yang jago goyang gergaji. Mana gergaji bapak? Siap-siap memang"
"Hmmm...gergaji su karatan. Diam-diam di rumah!"
"@#$&*%£¥₩"

Posting Komentar

0 Komentar