Gibran's Daily Activity (16)*

Gibran's Daily Activity (16)
Gibran's family
(Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 13 Desember 2017)

Kau begitu mengantuk, sementara anakmu masih semangat bermain. Kau memejamkan mata, pura-pura tidur. Anakmu merangkak naik ke perut. Kau mulai khawatir anakmu jatuh. Kau picingkan mata, terlihat masih aman. Tapi kau tiba-tiba tersentak, mengangkat anakmu dari atas perut sambil menuding yang tidak perlu, "Kamu piss, ya?" Anakmu hanya tertawa, kamu bisa apa?
Kau memohon padanya agar sama-sama tidur. Sia-sia, dia belum bisa diajak kerjasama. Jam tidurnya tidak bisa diatur-atur. Waktu dan tempat dia tidur tidak bisa ditebak.
Kau terpaksa tetap terjaga memastikan anakmu tetap aman saat bermain. Saat bersamaan kau berpikir, apa yang terjadi kalau anakmu dijaga pembantu? Apakah dia bisa sesabar dirimu? Atau dia akan memberi anakmu obat tidur, supaya keduanya sama-sama tidur pulas. Kau merinding saat membayang hal itu, kemudian memeluk anakmu yang tidak berhenti mengoceh sejak tadi.
Sejago-jagonya kau bértahan, tetap lelah juga. Kau panggi istrimu, "Sayangg..!?" Tidak ada sahutan. Hanya terdengar bunyi piring dan senduk yang bersentuhan ringan dari dapur. Kau maklumi, mungkin sedang cuci piring.
Tidak lama berselang, kau panggil lagi, "Huuu.., Mamanya Gibran!??" Lagi-lagi tidak ada sahutan. Hanya terdengar bunyi air dari keran. Kau maklumi, mungkin sedang cuci pakaian.
Berapa menit kemudian, kau panggil lagi, "Huuu...Anik, su di mana neh?!" Tidak ada sahutan sama sekali, hanya terdengar gesekan di lantai. Kau maklumi, mungkin sedang sapu-pel.
Kali ini kau tidak sabaran lagi. "Oe Anik, mari sini dulu!" Istrimu datang, balas membentak, "Kenapa!? Kamu tidak lihat pekerjaan begini banyak???"
Kau diam dan mulai sadar, ternyata bukan dirimu saja yang sibuk bekerja. Kau sadar, sebuah pekerjaan bukan hanya berarti sibuk berangkat pagi-pagi; berburu ke mesin presensi; duduk-duduk tak produktif sambil menanti jam pulang; begitu tiba di rumah pura-pura mengeluh, "Ah, capek." Dengan begitu kau merasa begitu super. Kau merasa dirimu saja yang bekeja sedangkan yang lain tidak. Kamu merasa dirimu paling hebat sedangkan yang lain tidak.
Kamu diam. Lalu diam-diam memeluk anak dan istrimu. Kalian tertawa bersama. Aku risih melihatnya.

Posting Komentar

0 Komentar