Santu Klaus*


Santu Klaus
Saat berada di SMA St. Klaus-Kuwu, Ruteng
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 22 September 2017)

Kalau saja saya berada di Manggarai, sudah tentu esok Sabtu (23/9) akan mengunjungi lembah pendidikan St. Kalus di Kuwu - Ruteng. Menurut informasi yang sudah tersebar (ada undangan resminya), -kalau tidak yakin silakan tanya: Kornelis Harjo- esok itu ada pertemuan akbar alumni SMP-SMA St. Klaus di sana.
Kenapa ada pertemuan alumni atau untuk apa ???
Pertanyaan seperti itu sebaiknya panitia yang menjawab. Tapi, saya kira kita semua paham bagaimana sebaiknya relasi antara alumni dan alamamater. Alumni diibaratkan sebagai anak, sedangkan almamater sebagai ibu. Setelah cukup matang, alumni 'dilahirkan' almamater untuk lebih berkembang lagi di dunia luar. Bila anak itu sudah mapan, masa melupakan ibu ?
Begitulah kira-kira gambaran sederhananya. Sudah tentu, sebagai anak baik-baik, kita perlu pulang menjenguk ibu, membawa oleh-oleh kalau ada, kalau tidak adapun datang saja dulu. Kita memang dipanggil untuk berbuat sesuatu bagi almamater, tapi masih bingung, mau buat apa ?
Nah, supaya jelas, makanya ada pertemuan itu. Kehadiran kita semua menjadi penting. Mau apa dan bagaimana alumni Sankla ke depannya, sangat ditentukan hasil kesepakatan esok. Makanya harus hadir. Kami yang tinggal di luar pulau ini, terpaksa memantau lewat media sosial saja, sambil terus berdoa yang terbaik buat Sankla. Saya sudah mengirim utusan khusus, kami punya mantan ketua kelas 1D dulu, enu Rozytha Lewar.
Saya kira, tidak rugi kita tinggalkan aktivitas sejenak, sehari saja untuk berbakti pada alamater. Malahan, saya kira akan mendapatkan banyak manfaat. Ketemu teman, kakak kelas, adek kelas, guru-guru dan banyak lagi yang lain. Semuanya akan menambah koneksi pertemanan kita. Peluang untuk semakin sukses juga makin besar bila punya link yang banyak.
Apalagi alumni Sankla sudah sukses semuanya. Ukurannya sederhana: sudah kuliah, sudah kerja, sudah menikah, sudah memiliki anak, dll. Ada juga yang sukses menjadi rohaniawan/ti. Angkatan kami dulu yang sudah jadi pastor itu Tuang Garsa Bambang dan Virgilius Igith. Belum lagi yang lain yang tidak terdeteksi. Sudah sukses, tapi cuek dengan almamater, apa kata dunia ???
***
Bagi saya pribadi, Sankla itu bagian terbesar dalam hidup saya. Saya belajar banyak hal -tentang hidup- di sana. Siapa sangka, gadis cantik yang kemudian menjadi istri saya juga alumni sankla. Saya berencana, anak-anak saya juga akan disekolahkan di sana.
Banyak hal yang menyenangkan selama di sana. Tapi, mungkin saya akan tulis pada kesempatan lain. Satu pesan lagi buat teman-teman yang akan ketemuan besok, hati-hati bila bertemu mantan. Bukan takut akan CLBK-nya. Tapi, kadang-kadang mantan itu pura-pura tidak kenal kita lagi. Saya pernah mengalaminya, jadi mesti hati-hati. Sakitnya itu di sini, hehehe...

Posting Komentar

0 Komentar