![]() |
Foto bersama setelah wisuda Akper Maranatha Kupang |
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 29 Oktober 2017)
Saat acara syukuran dan pelepasan lulusan Akper dan Stikes Maranatha beberapa waktu lalu, pendeta yang memimpin ibadah menyingung persoalan mabuk dalam khotbahnya. Bolehkan kita mabuk ?
Pendeta bercerita, kalau dulu pernah ada jemaat yang bertanya padanya, "Bapa, kami boleh minum tuak, ko ?"
Kira-kira begitulah pertanyaan beberapa orang kepada pendeta tersebut. Sang pendeta tidak segera menjawab, dia berpikir sejenak. Kalau dikatakan tidak boleh minum anggur/tuak, jemaat itu akan menunjukkan kalau di Alkitab justru Yesus dulu sering minum anggur. Kalau dibolehkan minum tuak, bagaimana nasib para jemaat itu nanti bila tidak terkontrol ?
Pada akhirnya, pendeta hanya mengisahkan cerita tentang awal mula tumbuhan anggur ada. Cerita ini, meski tidak tertulis dalam alkitab, sudah menjadi kisah yang diyaniki secara turun temurun.
Dikisahkan, ketika air bah telah surut, Nabi Nuh menanam anggur dekat dengan bahteranya yang telah kandas. Hari pertama, anggur itu disiram dengan darah domba. Hari kedua, anggur itu disiram dengan darah singa. Hari ketiga dengan darah monyet, dan hari keempat dengan darah babi.
Bila kita hanya minum anggur/tuak satu sloki, itu sejumlah dengan darah domba. Kita biasa melakukannya dalam perjamuan kudus. Itu yang dianjurkan dan kita semakin diberkati.
Bila minum dua sloki, itu sejumlah darah singa. Kita pun semakin bertenaga dan bersemangat seperti singa. Biasanya hal ini dipraktikkan oleh orang tua zaman dulu, sebelum bekerja mereka menenggak 2 sloki tuak, sehingga mereka makin bersemangat bekerja di kebun.
Bila minum tiga sloki, itu sejumlah darah monyet. Tipikal monyet, sering bergelantungan atau bergoyang-goyang di kayu. Peminum jenis ini menunjukkan gejala yang sama, yaitu: jalannya oleng atau miring, dan pikirannya seperti bergoyang-goyang. Pada tipe ini juga, orang miskin pun sudah mulai mengaku kaya raya, merasa seperti orang hebat, dsb. Tidak jarang juga, tipe mabuk jenis ini sering terjadi perkelahian atau pemukulan terhadap istri, dsb.
Bila minum empat sloki, itu sejumlah darah babi. Kebiasaan babi itu makan, minum, berak, kencing, muntah, tidur, dan aktivitas lainnya terjadi pada satu tempat. Begitulah ciri peminum jenis ini, bisa berperilaku atau berefek mirip babi.
Pendeta hanya mengisahkan demikian, lalu memberikan pilihan bebas kepada jemaat yang bertanya. Jadi, silakan memilih, mau seperti domba / singa / monyet / babi ?
Susu saja, yang disebut-sebut sebagai minuman bergizi, bila diminum lebih dari dua gelas, rasanya membuat mual dan muntah. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
0 Komentar