![]() |
Anjing yang berebutan pampers bekas |
(*Tulisan ini diambil dari catatan Facebook tanggal 9 September 2017)
Satu sisi, saya menyenangi anjing bila itu peliharaan sendiri. Dia mengenal kita dengan baik. Saat tiba di rumah, kita disambutnya dengan antusias. Dia dekati kita, berusaha menjilat-jilat tangan sambil ekornya dikibas-kibas. Mungkin itulah cara mereka menyapa atau menyambut orang yang mereka senangi. Mungkin lho ya. Sebab, siapa yang bisa menyelami pikiran anjing, selain mereka sendiri ?
Sisi lain, saya sangat membenci anjing bila itu milik tetangga. Saya sangat terganggu bila sedang lewat, dia menyalak atau menggonggong keras. Selain menakutkan, suara gonggongan seolah-olah memberi pesan kepada khalayak, bahwa sedang lewat seseorang yang sangat berbahaya.
Belum lagi saya begitu terganggu dengan keyakinan beberapa orang. Teman saya pernah berkata, kalau anjing mereka menggonggong orang asing secara keras dalam waktu yang cukup lama, itu menandakan orang asing itu punya niat yang jahat.
Pernah satu kali saya digonggong anjing teman tadi. Saya digonggong sembari seolah-olah menyerang, hendak menggigit. Teman saya memperhatikan saya penuh curiga. Saya mungkin pucat saat itu. Saya takut bercampur malu. Padahal, bila mengingat atau mempercayai apa yang diceritakan teman sebelumnya, saya tidak punya niat butuk sama sekali. Lasssuuu..., eh, dasar asssuuu...!!!
Selain itu, saat jalan pagi ini, ada hal lain yang saya benci dari anjing. Saya memperhatikan 2 ekor anjing sedang memperebutkan sesuatu. Segera saya foto, hasilnya seperti foto pertama. Pada foto, kedua anjing itu sudah terpisah agak jauh. Padahal, sebelumnya mereka menggigit bersama benda putih itu. Sial, saya tidak cepat menangkap moment tersebut.
Saat mereka sadar saya mendekat, keduanya berlari agak jauh. Saya dekati benda putih yang mereka rebutkan. Saya perhatikan, bentuknya seperti celana dalam yang terbuat dari plastik dan kapas. Bagian dalam tampak menggumpal sesuatu yang berwarna kuning. Saya kira, kita semua tahu itu apa. Itu adalah pampers atau popok dengan isinya. Perhatikan foto kedua.
![]() |
Pamper bekas yang dibuang sembarangan |
Untuk diketahui, TKP-nya hanya berjarak tidak lebih 2 meter dari rumah warga. Biasanya, anjing-anjing itu bisa mendekatkan lagi poisisi benda putih itu hingga ke teras rumah. Bahkan bisa dibawa masuk ke rumah.
Untuk diketahui lagi, kejadian ini terjadi di Kota Provinsi. Tepatnya di sebuah kompleks perumahan yang ditinggali oleh orang-orang berpendidikan tinggi. Saya kira semua tahu akan pentingnya sanitasi yang baik bagi kesehatan dirinya serta lingkungan.
Semua rumah pasti memiliki WC. Itu sudah pasti. Ini bukan di kampung yang kadang sulit menemukan WC yang baik. Meski sudah ada WC, keberadaan atau penggunaan pampers menjadi fungsi toilet menjadi tidak berguna. Mestinya buangan (Bab/bak) itu disalurkan atau dibuang ke septictank atau lubang khusus yang aman bagi lingkungan. Bila menggunakan pampers, kemudian setelahnya dibuang sembarangan, rasanya itu seperti kita ada toilet, tapi saat bab/bak kita langsung buang ke samping rumah, ke ruang terbuka.
Mungkin ada yang beralasan, pampers itu kan untuk anak kecil (baby) saja. Iya, buangan itu, mau milik anak-anak maupun orang dewasa, sama-sama menjadi sarang kuman. Setelah anjing berhasil mendekatkan pampers bekas itu ke rumah, maka lalat atau kecoa ikut berkerumun di sana. Kedua pembawa kuman (vektor) itu kemudian hinggap pada makanan kita. Lalu anak-anak kita makan dengan lahap. Tidak lama setelahnya, anak muntah dan diare. Bingung dengan situasi tersebut, lalu mulai mencurigai sembarangan, anak sakit pasti disuanggi (guna-guna) oleh orang yang biasa jogging di depan rumah. Kemarin saat dia lewat, anjing menggonggong kencang. Pasti dia ada niat buruk, makanya anak sakit.
Memang saya akui, menggunakan pampers itu sangat praktis. Kita tidak perlu susah payah mengganti celana bila anak kita pub atau piss. Atau bila mereka pub/piss, basahnya tidak tembus ke luar. Tapi, bila setelah menggunakannya kita buang begitu saja tanpa memikirkan lingkungan, maka sebaiknya kita berpikir kembali.
Saya baru saja memiliki seorang anak laki-laki yang gantengnya minta ampun. Mirip bapanya. Anak yang biasa kami panggil Gibran ini, sering saya larang bila ibunya menggunakan pampers. Gara-gara hal remeh-temeh ini, kami sering berselisih paham. Saya tidak mau anak saya ketergantungan dengan pampers. Selain menghabiskan biaya yang cukup besar, efek bagi lingkungan juga cukup besar. Tidak baik untuk kesehatan lingkungan.
Saya hanya menginjinkan Gibran menggunakan pampers bila ada acara keluar seperti ke gereja. Itu pun setelah perdebatan cukup panjang dengan istri. Setibanya di rumah, langsung dilepas. Jika ada isinya (pub), segera cuci bekas pub-nya di toilet, lalu keringkan di tempat yang tidak bisa dijangkau anjing. Bila sudah kering, maka pampers itu segera dibakar. Kalau dibuang begitu saja, tanah tidak bisa mengurainya. Pengelolan sampah di kota ini belum baik. Kita akalin sebisanya. Sesederhana itu.
****
Saya terkejut saat ada lagi anjing tetangga yang menggonggong. Keras sekali, seperti sedang membentak. Pintu rumah terbuka, seorang bapak yang hanya menggunakan singlet putih dengan celana sepaha, keluar dan menatap saya dengan tatapan curiga. Saya menunduk, lagi-lagi mengingat cerita teman. Di kota ini banyak anjing.
0 Komentar