Jalan Pagi (3)*

Sepatu jogging yang rusak

(*Tulisan ini diambil dari Facebook tanggal 7 September 2017)

Pagi ini saya bangun dengan perasaan yang lebih segar. Kemarin, setelah melakukan perjalanan yang jauh, saya tidur lebih banyak. Pukul 14.00 saya tidur dan baru sadar pukul 18.00. Saya bangun, minum air, lalu makam malam. Sekitar pukul 19.30 saya kembali tidur. Masih capek.
Pagi ini, saya bangun pukul 04.45. Seperti biasa, langsung berdoa; minum air yang cukup; aktivitas rutin di kamar mandi/WC; lalu membuka gawai untuk melihat kabar-kabar terkini.
Saya sudah berpikir sejak bangun untuk melakukan jalan pagi, tapi belum tahu mau ke mana. Saya pun tidak terlalu memusingkan soal rencana itu, perhatian saya masih lebih banyak pada gawai.
Saya membuka facebook, banyak kabar baru dari teman-teman. Kabar tentang Saracen dan Jonru sudah berkurang. Saat ini orang sedang ramai (peduli) dengan bencana kemanusiaan yang terjadi di Rohingnya, serta ramai membagikan informasi tentang penerimaan PNS atau mungkin saat ini lebih tepat disebut ASN.
Mengenai Rohingnya, kita semua tentu ikut prihatin. Bukan berarti ikut-ikutan sang mantan yang sering 'prihatin' itu ya. Bukan. Ini soal rasa kemanusiaan. Tapi, saya kurang setuju bila kejadian itu dikaitkan dengan agama tertentu, lalu menyudutkan pemerintah kita sendiri, khususnya Pak Jokowi. Saya terkesan dengan sebuah meme seperti ini: "Kebakaran di rumah tetangga, kita membantunya dengan membakar rumah sendiri". Mikir, itulah yang menggambarkan reaksi orang-orang malah mencibir pemerintahnya sendiri, RI, padahal nyata-nyata sudah melakukan tindakan cepat.
Mengenai penerimaan ASN, semua sangat antusias. Saya kira masuk trending topic, sebab semua orang membagikan informasinya dengan gembira. Fenomena ini menunjukkan kalau kita semua masih mencintai NKRI. Bentuk cintanya ya dengan menjadi ASN, sehingga benar-benar bisa mengabdi pada bangsa dan negara. Mulia sekali. Saya tidak bisa telusuri, apakah orang-orang yang ikut atau sering mencibir pemerintah selama ini ikut menikmati euforia penerimaan ASN ini ? Hanya Tuhan yang tahu.
Sudah pukul 05.19, saya matikan gawai dan bersiap untuk jalan pagi. Saya juga tidak tahu mana yang tepat, sebab bilang disebut 'jalan' tapi ritmenya terlalu cepat, bila disebut 'lari' tapi tidak begitu kencang juga. Mungkin lebih tepatnya disebut jogging pagi. Meski begitu, judul saya tetap pertahankan: jalan pagi.
Saya mencari sepatu yang biasa saya gunakan untuk jogging. Memang sudah robek, tapi sebenarnya masih bisa digunakan. Saya temukan satu, bagian kiri. Satunya tidak kelihatan. Saya mengelilingi rumah, nihil. Saya menduga, anjing sudah membawanya jauh dari rumah, mungkin dia berpikir itu daging busuk. Dasar asssuuu....!!!
Sebenarnya saya sudah membeli sepatu jogging saat ke Surabaya kemarin. Tapi, karena masih baru, saya merasa sayang kalau digunakan saat ini. Masa sepatu baru hanya digunakan untuk lari-lari saja. Eman rasanya.
Perasaan seperti itu terbentuk, mungkin akibat pengalaman sebelumnya. Sepatu yang saya gunakan sebelumnya, awalnya merupakan sepatu yang biasa saya pakai untuk kuliah. Karena sudah lusuh, saya alihkan fungsinya sebagai sepatu jogging. Saya pakai hingga robek.
Setelah menimbang cukup lama, saya terpaksa memakai sepatu baru pagi ini. Masih belum tega sebenarnya. Tapi, bila itu tidak dilakukan, maka jogging terancam batal. Padahal, aktivitas itu sudah biasa saya lakukan, jauh sebelum 'Germas' (Gerakan masyarakat sehat) dicanangkan pemerintah. Melakukan aktivitas fisik (olahraga) minimal 30 menit sehari, bagi saya merupakan kewajiban. Sudah menjadi gaya hidup.
Karena menggunakan sepatu baru, saya tidak tega berjalan di sekitar rumah yang jalannya masih berbatu dan tanah putih. Saya lebih memilih jogging di Jalan Antonov, RSS Baumata.
Saya berpapasan dengan beberapa orang yang juga jalan pagi. Perkiraan saya, mereka sudah berumur di atas 50 tahun. Langkah atau gerakannya tidak begitu lincah. Itu menandakan kalau apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kebiasaan. Barangkali atas anjuran petugas kesehatan setelah diketahui megidap penyakit tertentu.
Olahraga itu baik. Mesti dibiasakan sejak dini, serta dilakukan secara konsisten hingga usia tua. Olahraga sekarang. Tidak perlu menungggu disuruh petugas kesehatan. Sebab, bila mereka sarankan seperti itu setelah melakukan pemeriksaan, itu tandanya kita kurang sehat. Kita pun merasa aktivitas itu sungguh menyiksa karena tidak terbiasa.
Olahraga bagi kita mungkin kesannya sangat sederhana. Tapi, bila tidak dibiasakan, olahraga bisa menjadi aktivitas yang rumit. Biasakan, biar tidak rumit.
Salam olahraga...

Posting Komentar

0 Komentar