Jalan Pagi (29)*

Jalan Pagi (29)
Foto di depan gambar St. Yohanes, di Gereja St. Yosef Pekerja- Penfui, Kupang
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 28 November 2017)

Baru kemarin hari minggu (26/11) saat #JalanPagi ke gereja saya pikirkan hal ini. Setiap kali ke gereja, kami selalu duduk di lokasi yang sama. Hanya beda kursi saja tiap minggunya. Tapi, areanya selalu sama: sisi kanan bagian belakang.
Kami memilih duduk area situ, tanpa mendiskusikan alasan-alasan sebelumnya, kenapa mesti duduk di sana ? Seturut kata hati saja. Setiap kali tiba di beranda gereja, kami selalu masuk lewat pintu kanan, lalu mencari kursi deretan belakang. Hal itu terjadi begitu saja dan telah berlangsung lama, termasuk saat Gibran belum lahir.
Kemarin saya baru perhatikan baik-baik, ada gambar dan tulisan "Yohanes" pada kaca jendela yang dekat dengan tempat kami duduk. Sudah pasti itu merupakan lukisan yang menggambarkan St. Yohanes.
Melihat gambar dan tulisan itu, saya kemudian mengingat lagi proses menentukan nama lengkapnya Gibran. Dia lahir tanggal 18 Mei. Pada hari yang sama, saya segera mencari kalender Katolik yang biasanya tertera peringatan santo dan santa pada tiap tanggalnya. Hari kelahiran Gibran merupakan hari memperingati St. Yohanes. Dengan demikian, dalam tradisi keluarga Katolik, nama anak yang lahir tanggal tersebut, mesti ada unsur nama Yohanes. Sehingga, Gibran pun kami beri nama lengkap: Yohanes Gibran Suhardin.
Setelah saya merenungi semuanya itu, lantas saya bertanya dalam benak, "Adakah hubungan kebiasaan kami duduk dekat gambar St. Yohanes dengan tanggal kelahiran anak kami, Gibran ?"
Saya masih ragu-ragu. Bisa jadi itu hanya kebetulan saja. Tapi sejak dulu saya percaya, setiap kejadian masa lalu mempengaruhi kondisi saat ini, dan apa yang dilakukan saat ini akan menentukan masa depan.
Semoga Gibran bisa meneladani St. Yohanes, Amin.

Posting Komentar

0 Komentar