Jalan Pagi (17)*

Jalan Pagi (17)
Pak Rian (Wapres KSK) dan Pak Gusty (Pemimpin umum MPC NTT)
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 20 Oktober 2017)

#JalanPagi episode 17 ini cukup spesial. Pertama, saya menyertakan tokoh-tokoh penting dalam cerita. Kedua, baru kali ini saya menulis #JalanPagi dari kejadian yang telah lewat sehari. Biasanya langsung menulis setelah melakukan aktivitas #JalanPagi. Saya harus tulis meski agak telat, karena ini penting, seperti alasan pada poin pertama.
Kemarin (19/10/2017), saya melakukan #JalanPagi ke Pondok Diskusi Secangkir Kopi (PDSK). Bermula dari pesan singkat dari Pimpinan Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT, -Kae Richarno Gusty-, yang intinya mengajak minum kopi bersama.
Saya segera cek jadwal, lalu batalkan semuanya meski agak penting. Bagi saya, bertemu-minum kopi-diskusi bersama Kae Gusty dan rekan-rekan di PDSK lebih penting lagi. Mereka pegiat literasi. Selain menginspirasi anak-anak sekolah (muda) berliterasi yang diikat dalam mimpi besar, "Menuju Generasi Emas NTT Tahun 2050", mereka juga mempraktikan dengan baik bagaimana berliterasi yang baik. Contoh atau panutan yang baik dalam berliterasi.
Pegiat literasi tentunya berwawasan luas. Makanya, bila ada kejadian yang sedang hangat di republik ini, pasti diulas secara mendalam, sehingga bisa diprediksi segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Singkatnya, meminjam istilah yang Kae Gusty biasa katakan kepada kami, "Berliterasi membuat kita mampu 'membaca tanda-tanda zaman'". Itulah alasan mengapa saya lebih memilih ingin mendengar atau berdiskusi dengan mereka di PDSK.
Selain itu, di sana kita bisa tertawa lepas. Hampir semuanya humoris, dan joke yang mereka sampaikan, selain menggelitik juga terkesan cerdas. Saya suka tertawa. Tertawa yang terbahak-bahak. Mungkin istilah "kids zaman now"-nya: ngakak.
***
Saya merasakan suasana yang lengang saat masuk ke parkiran PDSK. Saya arahkan pandangan ke panggung diskusi, sepi. Tampak kursinya berdebu, lama tidak dibersihkan dan tidak digunakan. Muram seperti orang yang sedang dilanda rindu dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, "Kalian ke mana saja ?"
Saya tidak tega membanyangkan hal itu terlalu lama. Saya segera masuk ke ruang redaksi MPC NTT, bertemu dangan Kae Gusty, dkk. Kami bersalaman, bertukar kabar, dengan sedikit basa-basi. Tidak lama kemudian, kopi dengan penganan pisang molen sudah tersedia di meja. Diskusi makin hangat.
Banyak hal yang kami diskusikan. Mulai dari istilah pribumi yang sengaja dihidupkan kembali oleh Gubernur Anies hingga persoalan rumah tangga sebagai 'Papa Muda', bagaimana mengurus anak. Yah, termasuk urus istri juga. Meski sebenarnya istri yang lebih banyak mengurusi suaminya.
Ada hal yang cukup serius kami bicarakan, soal semangat gerakan dari Komunitas Secangkir Kopi (KSK), Kupang. Kebetulan, pada saat yang sama, Kae Rian Seong selaku Wapres KSK hadir ke pondok. Guru Seni Budaya itu selalu responsif kalau berbicara atau melakukan aksi berliterasi.
Berdasarkan evaluasi Kae Rian, KSK kini ibarat secangkir kopi yang telah dingin. Sebentar lagi ada yang datang membuang dengan ampas-ampasnya, lalu membersihkan semuanya dari cangkir. Nantinya, yang tersisa hanyalah cangkir-cangkir kosong yang digantung. Cuman sebagai hiasan tanpa manfaat.
Saya mengamini hal tersebut. Saya juga merasa, kopi dalam cangkir tidak hanya dingin, tapi sudah membeku. Mau diminum tidak bisa, mai dibuang pun agak susah. Kopi itu hanya terlihat ada, tapi sebenarnya dia tidak ada. Hampa. Tidak bergairah.
Kae Gusty punya cara pandang yang berbeda. Baginya, kopi yang dingin itu hal yang wajar. Bila kita mau hangatkan atau panaskan lagi, nyalakan saja api di tungku. Api dan tungku itu ibaratnya jiwa atau spirit kita. Kalau mau kopi di KSK selalu hangat, nyalakan api semangat dalam jiwa kita sebagai pelakunya. Bagaimana, masih siap dan mau menikmati kopi hangat di KSK ?
Kae Rian mengangguk mantap, "Tentu, itu harus Kae".
Saya juga mengatakan hal yang sama, serta meyakini anggota KSK yang lain selalu siap menghangatkan kopinya lagi. Saat itu juga, kami segera konsepkan gerakan yang tidak lama lagi dilaksanakan. Siap, 86..!!!
Saya salut dengan semangat yang ditularkan oleh Kae Gusty. Kopi saya yang membeku, kini sudah mencair, bahkan kian menghangat. Beliau hebat dan selalu menginspirasi. Bila ditelusuri sejarahnya, KSK terbentuk atas ide beliau. Jika kemudian ada anggota yang semangat kendor, beliau tahu benar cara penanganannya. Ciri pemimpin yang baik.
***
Baiklah kawan, mari kita minum kopi dan siap #JalanPagi hari ini. Semoga perjalanan hari ini membawa kita pada hidup yang semakin baik, semakin sehat, semakin sejahtera. Katakan Amin-Like-Komentar-Bagikan bagi yang mendoakan hal yang sama.
Colek Presiden KSK Bung El Ro Kapitan, dan para menteri: Yan Usnabu KastiakHerman Efriyanto Tanouf, dkk.

Posting Komentar

0 Komentar