![]() |
Jalan pagi bersama Gibran |
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 7 Oktober 2017)
Sekian lama saya #JalanPagi sendiri. Hari ini saya mengajak Gibran dan ibunya. Prosesnya lumayan alot. Dari semalam saya sudah mengingatkan istri, supaya bangun pagi. Paling lambat 05.30. Sebab, bila lewat dari jam tersebut, bukan jalan pagi lagi namanya.
Pukul 05.00 saya membangunkan istri. Mudah saja, tinggal dicubit sedikit, sudah terbangun. Gibran masih terlelap. Inilah tantangannya. Tidak tega membangunkan Gibran dengan cara mencubit. Maka kami gunakan cara yang paling lembut.
Saya dan istri berbicara agak keras. Kami memanggil nama Gibran, berulang-ulang kali. Gibran tetap bergeming. Waduh, terpaksa kami cubit juga pipinya, tapi agak lembut. Dia menggeliat beberapa saat. Kami lega. Eh, dia tertidur lagi.
Kami bicara makin keras, menyanyi dengan suara keras, sambil menepuk badannya. Nah, barulah Gibran membuka matanya. Kami segera memandikannya dan siap jalan pagi bersama.
Niat awalnya, kami akan ke area CFD Kupang. Saat hendak berangkat, saya kesulitan menyimpan stroller (kereta dorong-nya) Gibran di sepeda motor. Setelah dipaksakan, akhirnya bisa, tapi kaki saya dibiarkan tergantung bebas. Kaki saya tidak bisa bersandar pada pedal sebagaimana biasanya. Karena situasi yang kurang nyaman, rencana berubah, kami jalan pagi di sekitar Bandara El Tari saja.
Oh iya, stroller yang dipakai Gibran ini, sudah lama saya impikan. Jauh sebelumnya dia lahir. Saya ceritakan impian itu sama kakak paling sulung. Saya bilang sama Ä·akak, ingin rasanya bisa kayak David Beckham, mendorong anaknya menggunakan stroller sambil jalan-jalan. Impian itu terwujud hari ini. Stroller-nya mirip seperti yang saya impikan, tapi orang yang mendorong, tentu saja beda jauh dengan Beckham. Terima kasih, Kak Ellyn.
Saya senang sekali bisa jalan pagi bersama Gibran. Sedini mungkin dia mesti tahun bagian dunia yang lain. Sedini mungkin dia mesti memahami, kalau hidup di dunia ini tidak abadi. Karenanya perlu berjalan, supaya banyak melihat hal baru; banyak berkenalan dengan orang baru; menjadi lebih berarti.
Saya perhatihan wajah polosnya. Nampaknya dia senang juga. Dia duduk dengan santai, tenang sekali. Hanya bola matanya yang tampak liar. Melirik ke kiri dan kanan. Dia melihat ada orang-orang yang jogging, bersepeda,atau sekedar berjalan. Dia juga melihat pesawat terbang yang datang dan pergi dari bandara. Mungkin dia belum paham benar, tapi kami yakin, pemamdangan seperti itu perlu dia lihat sejak dini.
Saya bersemangat mendorong stroller-nya. Hingga akhirnya Gibran terlelap. Ah, entah dia bermimpi apa saat seperti itu ??? Bermimpi saja Nak, tidak ada yang membatasinya...., apalagi bermimpi itu masih gratis, hehehe...
0 Komentar