Jalan Pagi (11)*

Jalan Pagi (11)
Suasana jalan pagi
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 22 September 2017)

Saya memutuskan untuk tidak jogging atau jalan pagi terlalu jauh dari rumah hari ini. Rasanya, sudah terlalu sering ke luar cukup jauh. Padahal apa yang saya lakukan, bisa juga di sekitar rumah.
Sembari melepas lelah, saya perhatikan sekeliling rumah. Kotor, sampah berserakan oleh angin kencang dan juga ulah kucing / anjing. Waduh, saya baru menyadarinya. Selama ini terlalu sering melihat keluar, hingga urusan domestik terlupakan. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Benar-benar buta yang aneh.
Saya membuka sepatu, lalu meletakan di rak yang berlolasi di dapur. Hendak minum air, tidak ada gelas yang bersih. Piring dan senduk juga tidak terlihat lagi di rak. Saya menoleh ke wastafel, di sana sudah menumpuk barang dapur menunggu basuhan air.
Saya melepas baju yang basah oleh peluh. Saat mau meletakkan baju itu pada tempatnya, kembali mata saya terbelalak. Keranjang tempat pakian kotor sudah menggunung. Oh Tuhan, cobaan apa yang kau berikan se-pagi ini ?
Saya lemas melihatnya, lalu terduduk di ruang tengah sambil minum air menggunakan gelas air mineral bekas. Sehabis menandaskan segelas air, saya perhatikan sekitar. Banyak semut mengerumuni sisa-sisa makanan yang tercecer di lantai semalam. Tampak debu lantai juga semakin tebal. Sofa juga tampak kusam, karena debu yang menempel di kaki terjatuh di sana saat tidur-tiduran. Buku-buku berserakan. Seprei masih kusut. Kaca jendela semakin buram oleh debu. Laba-laba sudah membuat rumahnya.
Saya merasa ingin ke toilet. Air yang barusan saya minum langsung disaring di ginjal dan menjadi urin. Kamar mandi juga berwajah muram. Ubin lantai mulai kehilangan warna aslinya. Kloset juga mulai menguning, padahal aslinya berwarna biru. Di sana-sini ada pembungkus sabun, pasta gigi, shampo, dll berserakan. Saya cepat-cepat menuntaskan urusan di sana, secepat keinginan saya untuk berbenah.
Saya merenung sejenak. Saya terlalu banyak ke luar. Saya memperhatikan atau mengobservasi lingkungan luar, tapi lupa dengan rumah sendiri. Saya merasa bersalah dengan diri sendiri. Saya jarang merenungi diri sendiri. Saya jarang atau sulit mengevaluasi diri sendiri. Saya terlalu gemar mengomentari orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ah, terlalu banyak penyesalan yang bermunculan.
Saya bermeditasi sejenak, diakhiri dengan doa. Kemudian saya mulai berbenah. Membereskan rumah dan lingkungan sekitarnya. Saya tidak mungkin hanya berdoa, lalu berharap rumah bersih sekejap dengan sendirinya.
Saatnya berbenah diri juga. Tuhan, mohon tetap bimbing hamba-Mu yang lemah ini, Amin.

Posting Komentar

0 Komentar