![]() |
Melihat pemandangan dari tempat tinggi |
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 20 September 2017)
Setelah jogging mengitari kompleks perumahan Baumata Permai, saya meneruskan aktivitas jalan pagi menuju puncak sebuah bukit. Di sana, ada satu gedung bertingkat yang belum selesai dikerjakan. Beruntung sudah ada tangga, sehingga saya bisa ke lantai paling atas.
Puji Tuhan, indah sekali. Berada di ketinggian memungkinkan kita bisa melihat semua pemandangan dari segala sisi. Saat menoleh ke timur, terlihat mentari mulai bergeliat dari balik gunung. Semburat cahaya kuning-keemasannya menenangkan dan menghangatkan hati. Cahaya menawarkan banyak pengharapan yang baik.
Di sisi barat, terlihat gedung-gedung di pusat Kota Kupang. Lebih jauh lagi, kita bisa melihat birunya lautan. Saya mulai menebak, di mana pelabuhan Bolok dan mana pelabuhan Tenau. Di sana, samar-sama juga terlihat pulau Semau.
Menoleh ke utara, saya menikmati landasan pacu Bandara El Tari Kupang. Terlihat pesawat yang landing dan yang sedang take off. Pagi seperti ini memang lebih banyak pesawat yang pergi. Saya merenung, hidup kadang seperti bandara, ada yang datang dan ada yang pergi. Meski begitu, dia tetap ada, berdiri tegak. Selain bandara, atap rumah di perumahan baumata permai juga membentuk komposisi yang sedap dipandang.
Ke selatan, saya melihat hutan yang memang tidak begitu lebat. Sumber air Baumata sudah tentu berasal dari sana. Semoga pohonnya semakin bertambah, sebab Kupang semakin panas dan semakin kekurangan air. Selain manfaat yang besar itu, pemandangan itu juga menentramkan batin.
***
Sambil menikmati keindahan itu, saya mulai merenung, berusaha mengendalikan pikiran yang agak liar. Banyak sekali gambaran-gambaran yang muncul di pikiran. Saya kendalikan dan fokus merenung apa yang saya dengar dari radio saat jalan pagi hari ini.
Hari ini, saya mendengarkan Aa Gym lagi. Beliau mengisahkan tentang Nabi Muhammad saat masa kecilnya. Menurut Aa Gym, Muhammad kecil sudah tidak memiliki Ayah sejak bayi. Lalu, saat berusia 5 tahun, ibunya meninggal juga. Dia yatim piatu sejak masa kecil.
Saat usia 7 tahun, Muhammad kecil sudah mandiri. Dia sudah bisa pelihara atau mengembalakan kambing. Kemudian saat berusia 12 tahun, beliau sudah merantau dan berdagang.
Meski tampan dan kaya, dia tidak dikenal dengan label seperti itu. Orang-orang mengenalnya sebagai orang yang kredibel. Orang yang jujur. Pikiran, perkataan dan perbuatannya sejalan.
Kisah Muhammad kecil itu, meyakinkan kita kalau latar belakang kehidupan yang susah, tidak menjadi alasan untuk tidak sukses. Dia sejak kecil sudah yatim piatu, tapi tidak menyerah. Malah bisa berupaya keras hingga menjadi pribadi unggul.
Dia juga mandiri, mau bekerja keras supaya tidak bergantung pada orang lain. Dia mau pelihara kambing sejak masih belia. Kemudian berani merantau serta berdagang. Beliau sukses dan dipercaya banyak orang, berkat kejujurannya. Dia dikenal sebagai orang yang kredibel. Tidak salah bila dia menjadi pemimpin dan diikuti banyak ummat.
Kisahnya 11-12 dengan Nabi Isa, serta nabi-nabi lain. Mereka sosok teladan yang sudah tidak terbantahkan. Hanya saja, pengikutnya kurang mengilhami keteladan yang mereka sudah contohkan dalam hidup. Lebih buruknya lagi, bukan berusaha belajar hal baik dari mereka, para pengikut malah saling bertengkar. Tidak lagi mencontohkan mereka. Termasuk saya juga. Jadi, tulisan ini sebenarnya peringatan akan daku.
Hari ini, ada 4 poin penting yang perlu diingat baik-baik. Pertama, tidak usah terlalu risau dengan latar belakang kita, sebab semuanya bisa sukses. Kedua, bila mau sukses, harus belajar mandiri sejak kecil. Merantaulah supaya belajar banyak hal. Ketiga, apapun yanh dilakukan mesti dilandasi kejujuran. Dan keempat, tetap jalan pagi...
0 Komentar