Guru Menulis, Kini Asal Tulis*

Guru Menulis, Kini Asal Tulis
Cuplikan e-mail pelatihan kepenulisan dari Jonru

(* Tulisan ini diambil dari catatan di dinding Facebook tanggal 31 Agustus 2017)
Lagi-lagi Jonru jadi perbincangan warga net selepas dia menghadiri, berbicara atau berdebat di acara ILC TV One kemarin.
Saya tidak meyaksikannya secara lengkap. Tapi, dari beberapa postingan Fb warga net lainnya, bisa diketahui, banyak yang menyayangkan sikap atau pernyataan Jonru yang sarat kontroversi.
Misalnya, saat Pak Akbar Faisal menanyakan kebenaran postingan Jonru tentang status orang tua Pak Jokowi, dia mengakui itu dengan lantang. Namun, saat dikatakan isi postingan itu menghina Pak Jokowi, dia mengelak dengan gelagapan. "Itu benar saya yang menulis, tapi saya tidak menghina", kira-kira begitu inti ucapannya.
Pernyataan atau jawaban Jonru terhadap pertanyaan Pak Faisal menunjukkan kalau dia hanya tulis tapi tidak memikirkan isinya apa, menghina atau tidak, dia tidak menjelaskan. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun.
Pusing, kan ???
***
Saya sejak lama menyimpan rahasia ini. Pernah berpikir untuk dijadikan topik tulisan sejak dulu, tapi segera saya batalkan. Malu rasanya. Tapi, bila disimpan terus juga tidak baik, bayangan tentangnya selalu mengganggu.
Begini ceritanya...
Tahun 2013, tepatnya bulan Agustus saya hijrah ke Surabaya. Melihat geliat literasi di kota itu, saya ikut terpengaruh. Saat itu saya ingin sekali memiliki blog sehingga bisa berlatih menulis secara rutin.
Saya wujudkan impian tersebut secara otodidak. Saya manfaatkan fasilitas internet untuk membuat blog gratisan, serta mencari informasi tentang cara menulis yang baik.
Sigkat cerita, saya akhirnya mengenal seorang yang bernama Jonru Ginting lewat akun media sosialnya (facebook dan website). Saya tertarik mengikuti postingan beliau karena isinya tentang motivasi dan teknik menulis.
Saya daftarkan e-mail saya pada layanan berlangganan pada websitenya. Setiap hari, bahkan seperti jadwal minum obat 3 kali sehari, saya mendapat e-mail darinya.
Isinya berupa ajakan Jonru untuk mengikuti sekolah menulis online yang diselenggarakannya. Awalnya gratis (seperti SMO yang tertera pada skrinsut), kemudian pada edisi selanjutnya mesti membayar. Saya hanya ikut layanan gratis tersebut, "Pintar menulis dalam 9 minggu".
Meski tidak ikut kursus menulis yang berbayar, tiap hari saya memdapat e-mail yang selalu mewarkan hal yang sama. Saya abaikan saja.
Tidak berselang lama, dia menginformasikan mengenai bukunya tentang cara menjadi penulis hebat. Lagi-lagi saya dikirimi e-mail, supaya ikut membeli bukunya. Saya abaikan saja saat itu.
Selanjutnya dia menginformasikan layanan baru, yaitu menerbitkan buku secara mudah. Tidak banyak syarat tulisan agar layak diterbitkan sebagai buku. Apapun yang kita tulis, asal memiliki uang, kita bisa menerbitkan buku lewat bantuannya. Lagi-lagi saya abaikan, sebab memang tidak memiliki naskah serta kere.
Tahun 2014, menjelang pilkada dia menjadi relawan salah satu partai. Semenjak itu, e-mail tentang menulis - menjual buku - menerbitkan buku sudah sepi. Beliau fokus menjadi relawan partai. Facebooknya selalu menulis tentang partai yang diikutinya sambil sesekali memberi kritik (juga celaan atau fitnah) terhadap partai lain.
Puncaknya saat Pak Jokowi dipilih atau ditetapkan sebagai calon presiden. Saya amati, tulisannya selalu mengulas kelemahan Pak Jokowi. Celakanya, banyak informasi yang tidak benar atau hanya berupa fitnahan. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali dia menjelekkan Pak Jokowi.
Sebagai pendukung Jokowi, saya langsung berhenti mengikuti akun facebooknya. Meski sakit hati, saya tidak mengomentari tulisannya. Lebih baik hindari saja akun yang bernada negatif seperti itu.
Beberapa saat, saya terhindar dari tulisannya yang -bagi saya- kurang bermanfaat. Eh, ada lagi warga net lain yang membagikan tulisannya dengan berbagai komentar. Semenjak saat itu, Jonru makin populer di medsos (facebook).
Usaha saya untuk menghindari tulisannya selalu gagal. Sebab, selain tulisannya dibagikan warga net yang lain, ada juga yang menulis atau membahas tentang dia. Misalnya dari akun Bang Denny siregar, Mbak Nilluh Djelantik, FP KataKita, dll., kita bisa mendapatkan informasi terbaru tentang Jonru. Kabarnya, saat ini dia beralih menjadi penjual sprei dan bisnis sedekah. (Benar dan tidaknnya informasi tersebut, perlu cek lagi).
***
Mengamati perubahan-perubahan pekerjaan yang dilakukan Jonru di atas, saya menilai dia hanya berupaya 'cari makan'. Bila satu usaha tidak segera mendatangkan hasil, tentunya segera hijrah pada hal lain yang lebih menjanjikan. Tidak peduli itu baik atau buruk menurut pandangan banyak orang, tetap dijalani saja demi bertahan hidup. Tidak ada yang salah, sangat manusiawi.
Saat ini saya menyesal, kenapa tidak ikuti kursus menulis online yang berbayar saat itu ?; Mengapa tidak membeli beberapa bukunya ? ; Atau kenapa tidak ikut menerbitkan buku lewat jasa penerbitannya ?
Andaikan itu saya lakukan -begitu pula warga net- lainnya, mungkin dia tidak berubah menjadi penulis genre negatif seperti sekarang, khususnya tentang Pak Jokowi dan sistem pemerintahannya.
Mestinya dia tetap menjadi guru menulis yang hebat, sehingga generasi bangsa berpeluang menjadi penulis hebat. Tulisan mereka pun positif dan menginspirasi banyak orang.
Andaikan waktu bisa diundur lagi. Ah, sudahlah. Guru menulis itu, kini asal tulis. Dia tidak peduli pada isinya.
Bila Anda membaca tulisan saya lalu merasa tidak bermanfaat, jangan heran, saya pernah berguru padanya. Aduhhhh....

Posting Komentar

0 Komentar