Gibran's Daily Activity (4)*

Gibran's Daily Activity (4)
Tidur bersama Gibran
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 15 Oktober 2017)

Kami kadang khawatir menyaksikan Gibran memasukkan tangan atau apa saja yang digenggamnya ke dalam mulut. Memang kami tahu, itu hal yang lumrah pada bayi. Pakar perkembangan anak seperti Piaget (perkembangan kognitif) dan Sigmund Freud (perkembangan psikosexual anak) telah menjelaskan ciri bayi (usia 0-1 tahun) bahkan hingga 2 tahun, salah satunya yang paling khas adalah memasukkan atau menggerakkan apa saja ke dalam mulut. Aktivitas itu akan menimbulkan rasa nyaman aman, puas dan nikmat bagi mereka (Hidayat, 2009)
Pakar perkembangan anak lain yang kami jadikan sebagai konsultan pribadi, -Oma Sin di Pela-Lembor dan Oma Lin di Cancar- juga mengatakan hal yang sama. "Memang anak se-usia Gibran, pasti sering mengisap jari tangan. Bahkan, jari kaki juga bisa dimasukkan ke dalam mulut. Itu normal, tidak usah terlalu khawatir. Kamu juga dulu seperti itu", begitulah inti nasehat kedua pakar yang mungkin kepakarannya hanya diakui oleh saya dan istri. Mereka tempat bertanya bagi kami dalam merawat Gibran. Ilmu keperawatan yang kami pelajari, rasanya belum cukup meyakinkan. Tapi kalau kedua orang tua itu yang bicara, bahkan hal yang mungkin tipu pun, kami masih percaya.
Gibran memang terlihat asik bila memasukkan apa saja ke dalam mulutnya, kemudian dia mengisap, menggigit atau mengunyah meski belum bergigi. Bila diperhatikan dalam video yang kami unggah ini, Gibran merasa terganggu bila kami melarang atau menahan tangannya dimasukan ke dalam mulut. Dia tampak kesal, mengoceh sebagai bentuk protes, hingga bisa menangis. (Catatan: Videonya gagal diunggah, kuota dan jaringan internet tidak mendukung. Unggahan akan diulang kemudian).
Kami pun mulai memahami, hal itu tidak bisa dilarang lagi. Justru kalau dilarang, dia malah menjadi-jadi melakukannya. Hal yang lebih menakutkan, larangan itu akan menjadi pemicu gangguan perkembangannya. Jadi, dibiarkan saja. Asal tetap waspada agar apa yang dimasukkannya ke dalam mulut, bukanlah hal-hal yang berbahaya.
Kyle & Carman (2014), semakin meyakinkan kami dengan pernyataannya: "Mengisap ibu jari merupakan aktivitas menyamankan diri sendiri yang sehat. Bayi yang mengisap ibu jari atau empeng sering kali lebih mampu menenangkan diri mereka sendiri dibandingkan bayi yang tidak mengisap".
***
Tugas selanjutnya bagi saya dan istri adalah bagaimana memastikan aktivitas mengisap jari itu tetap aman bagi Gibran. Pernah ada ide untuk menggunakan empeng (benda yang mirip puting susu, terbuat dari plastik), agar Gibran tidak perlu mengisap jari lagi. Tapi, kami pun belum yakin dengan keamanan empeng tersebut. Jangan sampai empeng itu menjadi media masuknya bakteri ke dalam pencernaan bayi.
Ternyata dugaan kami ada benarnya. Penggunaan empeng bisa berbahaya bila tidak cermat menggunakannya. Penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan empeng berkaitan dengan kejadian otitis media (infeksi telinga tengah) dan higiene (kebersihan), karena empeng seringkali jatuh ke lantai (Marter & Agruss, 2007 dikutip Kyle & Carman, 2014).
Akhirnya kami membiarkan Gibran mengisap jari-jarinya saja. Kami yakin kalau pada tangannya hanya memiliki flora normal (mikroorganisme baik). Selain itu, tentu saja meknisme pertahanan tubuhnya bisa menyesuaikan dengan aktivitas normal tersebut. Berpikir positif, semuanya akan baik-baik saja.
Sebagai bentuk kewaspadaan lainnya, kami berusaha agar Gibran tidak sampai memasukkan kain, ujung baju, benda mainan ke mulut. Biar tangannya saja. Meski kadang-kadang kami telat. Lengah sedikit saja, tau-tau dia sedang asik mengisap kain pengalas tidurnya.
Selain itu, saya yang biasanya malas mandi, menjadi lebih rajin. Apalagi bila mau menggendong Gibran. Sebab, tangannya akan meraba atau menggenggam bagian tubuh saya, kemudian tidak lama berselang, dia memasukkan tangan ke dalam mulut. Bisa dibayangkan kalau saya tidak mandi, mikroorganisme jahat dari tubuh saya bisa berpindah ke dalam mulutnya hingga berefek buruk bagi pencernaannya. Ihh..., saya tidak tega membayangkannya.
***
Kehadiran Gibran, membuat saya dan istri belajar banyak hal. Setiap hari hampir selalu menemukan kejutan baru dari aktivitasnya. Kami menikmati proses tersebut dengan gembira. Kami bangga Gibran bisa mendidik kami lewat aksi-aksinya. Sementara kami, belum tentu mampu menjadi pendidik yang baik baginya. Kami hanya bisa berdoa dan berharap hal-hal yang baik saja. Tuhan maha baik. Selamat hari minggu...

Bahan bacaan: 
1. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika

2. Kyle, Terry & Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta: EGC

Posting Komentar

0 Komentar