![]() |
Saya bersama Gibran |
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 9 Oktober 2017)
Dalam suatu wawancara yang beredar di Youtube, Pak Sapardi Djoko Damono mengakui peran Mas Ari dan Mbak Reda dalam mempopulerkan puisinya. Kurang lebih beliau mengatakan begini, "Puisi-puisi saya dikenal banyak orang setelah dinyanyikan atau musikalisasi oleh Ari-Reda. Tanpa mereka, puisi itu hanya menghiasi kertas yang tidak dibaca bahkan tidak disentuh orang".
Saya pun sepakat dengan Pak Sapardi. Duet Ari-Reda sangat memukau. Perpaduan antara suara sopran dan tenor yang serasi, dipadu dengan petikan gitar yang nyaring, membuat saya atau pun pendengar yang lain merasa nyaman mendengarnya. Teduh. Menyenangkan sekaligus menenangkan. Singkatnya, sependek yang saya kenal, merekalah pelaku musikalisasi puisi terbaik di Indonesia.
Dari mereka, saya pun mengenal banyak puisi Pak Sapardi, khususnya yang paling favorit, "Aku ingin". Sejak mendengar pertama kali, saya langsung jatuh cinta. Segera saya unduh, lalu mendengarnya berulang-ulang. Beberapa kali saya nyanyikan saat menggendog Gibran. Dia tampak tenang, lalu tidak lama kemudian terlelap. Saya merasa, lagu atau puisi itu mengandung daya 'magis', membuat orang terhipnotis, larut dalam alunan musik serta syair yang penuh makna.
Video yang saya bagikan ini (https://www.facebook.com/dhopink.suhardin/videos/1959316694095472/), menunjukkan bagaimana saya nyanyikan "Aku ingin" secara 'live' untuk Gibran. Lirik atau syairnya sudah saya hafal baik. Hanya, cara menyanyikannya yang tidak bisa saya tiru atau ikuti dengan baik. Bila Ari-Reda mendengar apa yang saya nyanyikan ini, mungkin mereka akan menangis Cina (sesenggukan). Sedih, karena mereka gagal mengajari cara menyanyi yang baik kepada anak-anak bangsa.
Tapi, bila melihat respon Gibran setiap kali saya nyanyikan, -dia tenang, tampak khusuk mendengarkan- itulah yang memaksa saya tetap bernyanyi. Saya sekarang berani bernyanyi karena sudah ada pendengarnya, yaitu Gibran. Saya merasa dihargai. Dia orang pertama yang mau mendengar dengan sungguh saat saya menyanyi.
Saya menduga, itu ada hubungannya dengan apa yang saya lakukan saat dia (Gibran) masih dalam kandungan ibunya. Tiap hari, saya berbicara. Tampaknya agak tidak waras, masa bicara pada rahim yang tidak merespon apa-apa ?
Saya tetap lakukan tiap hari, bicara dan bernyanyi sebisanya. Itu saya rajin lakukan sesuai anjuran atau informasi yang dibaca. Janin mampu mendengar dan merekam karakter suara tersebut. Bila terbiasa, tentunya suara itu menjadi agen penenang buatnya.
Mungkin gara-gara itulah makanya sekarang Gibran selalu khusuk setiap mendengar saya bernyanyi. Semenjak tahu akan hal tersebut, saya pun terpaksa menghafal banyak lagu-lagu. Semuanya saya nyanyikan kepada fans tunggal saya, Si Gibran.
Jangan kaget bila suatu saat saya tampil di panggung, di hadapan Anda sekalian. Saya akan tetap bernyanyi, meski kalian mesti menutup mata dan telinga. Saya yakin Gibran akan katakan, "Bagus sekali, Bapa...".
Gibran...,good boy..!
0 Komentar