Gibran's Daily Activity (1)*


Gibran's Daily Activity (1)
Gibran coba membaca buku
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 29 September 2017)

Hampir seminggu, saya merasakan hidup yang lengkap. Lengkap dalam konteks komposisi keluarga kecil: ada saya sebagai suami, ada istri, dan ada anak Si Gibran. Kami tinggal bersama dalam satu rumah mungil. Sederhana tapi menyenangkan.
Tentu saja banyak kebiasaan yang berubah. Saya tetap melakukan aktivitas #JalanPagi, tapi saat ini tidak jauh-jauh dari rumah. Takut sewaktu-waktu saya dibutuhkan untuk membantu istri dalam mengurus keperluan bayi yang berusia 4 bulanan ini. Bedanya, setelah jalan pagi saya tidak bisa berleha-leha dan menulis catatan di facebook yang agak panjang. Saya mesti segera mandi, lalu bermain bersama Gibran supaya ibunya bisa melakukan aktivitas domestik rumah tangga yang lain. Meski saya kurang rajin dan kurang terampil bekerja, saya tetap berusaha membantu sebisanya.
Selama bermain bersama Gibran, saya berusaha jauhkan gajet dari tangan. Awalnya agak berat bagi saya yang sudah ketagihan main gajet, tapi setelah dipaksakan, ternyata bisa juga.
Saya belum banyak memiliki referensi bagaimana sebaiknya memberi stimulus yang baik kepada bayi berusia 4 bulan. Saya lakukan berdasarkan naluri saja. Kadang menyanyi sambil tepuk tangan; mengajaknya berbicara; peluk-peluk dan cium; membacakan cerita; menggendongnya sambil menyanyi pelan, dan sebagainya.
Selama berinteraksi, saya tidak pedulikan respon dari Gibran. Misalnya saat saya mengajaknya bicara atau membacakan cerita, meskipun dia hanya mengeluarkan bahasa planet (auw, auw, auw), saya tetap teruskan saja. Saya menganggap dia memahami apa yang saya maksudkan.
Saya semakin bahagia jika apa yang saya lakukan itu membuatnya tertidur. Pernah satu kali dia tertidur setelah saya membacakan satu cerita. Meski baru sekali, saya senang bukan main. Saya pun segera memesan buku cerita secara onlen, biar nanti lebih sering berekperimen dengan aktivitas membaca cerita ini.
Gibran juga tertidur bila saya mendekapnya di dada, begerak atau goyang perlahan, sambil menyanyikan puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono. Saya memiliki video musikalisasi puisi tersebut. Saya hidupkan musiknya, lalu ikut bernyanyi. Selama ini, sudah 2 kali Gibran tertidur dalam dekapan saya setelah dinyanyikan puisi tersebut. Ini mungkin hanya kebetulan saja, tapi saya sangat bahagia menyaksikannya.
Saya juga memiliki koleksi majalah anak "Book of Hope" yang diperoleh secara gratis dari teman-teman Komunitas Secangkir Kopi (KSK) Kupang. Bila saya kesulitan mengakses cerita secara onlen, maka buku itulah yang saya bacakan. Kemarin saat saya membacakan buat Gibran, kedua tangannya berusaha menggapai buku yang saya pegang tidak jauh dari tempatnya berbaring. Gerakan tangannya seolah-olah mau mengatakan kalau ia ingin membaca buku sendiri.
Menyadari responnya tersebut, saya coba berikan buku kecil itu. Saya sangat terkesima saat dia memegang buku itu seperti orang yang sedang membaca. Saya senang sekali, lalu mengabadikan momen itu di kamera ponsel. Hasilnya seperti foto yang saya upload sekarang. Meski tidak berlangsung lama, saya tetap senang sekali. Saya makin yakin, Gibran memang harus dibiasakan "bermain" dengan buku.
Ahh..., banyak sekali kejutan. Banyak sekali hal baru yang dipelajari. Saya tidak tahu apa saya bisa menjadi pendampingnya yang baik. Tapi saya tidak begitu risau. Ada ibunya yang akan membenah bila saya kurang baik atau kurang tepat mendidiknya. Itulah mengapa saya senang melihat ibunya Gibran.

Posting Komentar

0 Komentar