Gaspar*

Gaspar
Buku 24 jam bersama Gaspar
(*Tulisan ini diambil dari catatan facebook tanggal 19 November 2017)

Akhir pekan yang basah ini, paling cocok dinikmati dengan membaca novel. Sejak kemarin hingga hari ini, novel "24 Jam Bersama Gaspar" bisa kelar dibaca juga setelah dipendam cukup lama.
Novel ini saya beli bulan september lalu sewaktu bertugas ke Surabaya. Awalnya saya hanya memburu kumpulan cerpen dan novel karya Mas Puthut EA, kepala suku Mojok.
Saya tertarik mengambil novel itu -selain karya Mas Puthut-, dengan dua alasan utama. Pertama, novel karya Sabda Armando itu juga diterbitkan Buku Mojok, serta diberi label: Pemenang unggulan sayembara novel DKK 2016. Jadi, saa tidak ragukan kualitasnya.
Kedua, judul novel itu menggunakan nama "Gaspar". Nama itu mengingatkan pada salah seorang bupati dari daerah saya berasal, di Manggarai-Flores. Selain itu, teman-teman saya juga banyak yang bernama Gaspar. Bagi saya, nama itu NTT banget. Makanya saya menduga kalau novel itu karya penulis NTT. Setelah membaca dari halaman awal hinga akhir, ternyata dugaan itu keliru.
***
Novel ini mengisahkan tentang Gaspar yang terobsesi memiliki kotak hitam yang konon mendatang rejeki bagi pemiliknya. Kotak itu dia lihat di toko emas milik Wan Ali. Gaspar penasaran dengan isi kotak tersebut, tapi Wan Ali tidak mau membukanya. Timbulah niat Gaspar untuk mendeteksi atau tepatnya mencuri kotak hitam itu.
Gaspar tidak menjalankan misinya sendiri. Awalnya hanya berdua dengan Cortazar, sepeda motor yang dia anggap bukan sepeda motor, tapi telah menjadi sahabat sejati. Motor itu diyakini memiliki jiwa yang mengerti dengan dirinya.
Bersama Cortazar, dia mencari orang-orang yang dianggap bisa membantu melaksanakan misi tersebut.
Singkat cerita, Gaspar dan Cortazar pun menemukan orang yang bisa bekerjasama. Mereka adalah Afif, Yadi, Bu Tati, Njet dan Kik. Mereka mau ikut bergabung, bukan hanya untuk menjalankan misi Gaspar. Masing-masing mereka memiliki tujuan berbeda, namun sasarannya pada tokoh yang sama, Wan Ali.
Proses Gaspar bertemu dengan orang-orang yang menjadi bagian timnya sangat menarik. Setiap kisahnya mengandung ketegangan atau konflik tersendiri. Itulah yang membuat kita penasaran dan tidak mau menunda baca hingga tuntas.
Selain itu, penataan alur ceritanya dibuat tidak biasa. Antara sebab (proses mencuri kotak hitam) dan akibat (urusan dengan polisi) disajikan sedikit demi sedikit secara berurutan. Saya pusing bagaimana menjelaskannya. Semoga Anda bisa paham nanti.
Kisahnya diawali perkenalan tokoh Gaspar, lalu tiba-tiba kita dipotong dengan skrip wawancara seorang polisi dan seorang saksi atau pelaku perampokan itu.
Skrip wawancara itu terpotong lagi oleh lanjutan cerita bagian awal tadi. Kita seperti membaca 2 kisah yang berbeda dan tidak berhubungan dalam sebuah buku. Saya mengira itu salah cetak dan hendak menghubungi penerbit.
Tapi, pengalaman membaca novel Puthut EA yang berjudul: "Seorang laki-laki yang keluar dari rumah", membuat saya paham maksud penataan seperti itu. Dalam novel Puthut itu, antara Bab genap dan Bab ganjil, awalnya kita mengira cerita itu berbeda dan tidak berhubungan. Setelah selesai membaca, kita akhirnya paham kalau cerita itu berhubungan. Cara bercerita seperti jugalah yang digunakan dalam novel Sanda Armando.
Saya bisa memahami bila gayanya sama, toh mereka sama-sama "lahir" dari Buku Mojok. Cara penyajian cerita seperti itu, saya kira unik dan belum banyak digunakan.
Ah, saya akhirnya bingung sendiri dengan penjelasan ini. Satu hal yang pasti, Anda akan memahami dengan baik bila membacanya sendiri. Buku ini cocok dibaca saat musim hujan seperti ini. Dinginnya suasana akan dihangatkan cerita detektif yang sarat dengan rasa penasaran. Impas...
Satu lagi...
Dari Gaspar kita belajar bagaimana memanfaatkan waktu 24 jam secara efektif, salah satunya dengan merampok seperti mereka, hehehe...

Posting Komentar

0 Komentar