Catatan Tambahan tentang Najwa*


Catatan Tambahan tentang Najwa
Catatan Najwa (Diambil dari FB Najwa Shihab)

(*Tulisan ini diambil dari catatan di Facebook tanggal 1 September 2017)
Semenjak Mbak Najwa mengumumkan akan akhiri program Mata Najwa, banyak komentar dan pertanyaan dari penggemarnya. Mengapa acara baik seperti itu dihentikan ?; Apa karena paksaan pemilik media ?; Lalu, setelah ini Mbak Najwa akan melakukan ?; Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Mbak Najwa berusaha menjawab semua pertanyaan itu pada berbagai kesempatan. Puncaknya kemarin malam, saat episode terakhir Mata Najwa dengan judul, "Catatan Tanpa Titik".
Saya menonton episode terakhir itu hingga tuntas. Konsep acaranya menarik. Kalau biasanya Mbak Najwa mewawancarai narasumber dengan tatapan mata khas-nya, kemarin giliran dia yang diwawancarai oleh beberapa artis dan anak Presiden Jokowi, Gibran yang 'biasa saja' itu.
Satu kata kunci yang saya simpulkan dari jawaban Mbak Nana, dia ingin melangkah lebih jauh lagi. Naik kelas lagi, meskipun bidang yang digelutinya nanti masih seputaran dunia jurnalis. Katanya dia sudah candu dengan profesi tersebut.
***
Bagi saya, ada pesan lain yang ingin Mbak Nana sampaikan kepada semua pemirsanya. Memang tidak secara lugas dia katakan, tapi secara tersirat kita bisa memahami pesan itu. Itulah makanya saya membuat catatan tambahan tentang Najwa saat ini.
Begini, lewat acara Mata Najwa, saya kira kita semua sepakat kalau Mbak Nana sangat sukses menjalankannya. Acaranya selalu menarik dan mendapat pujian oleh sebagian besar penonton.
Sebagai jurnalis, memiliki acara tv dengan nama sendiri, bagi saya itu merupakan pencapaian tertinggi. Selain itu, Mbak Nana juga merupakan bagian dari pimpinan redaksi di metro tv.
Mbak Nana sedang berada pada 'puncak' kejayaan, eh, kok malah mau berhenti. Aneh kan ?
Cara berpikir kita orang yang biasa-biasa ini, pasti sangat sesalkan dengan keputusan Mbak Nana. "Sudah hidup enak-enak, malah mau berhenti. Belum tentu pekerjaan lain nanti lebih menjanjikan", kira-kira begitulah yang kita pikirkan.
Nah, justru itulah bedanya Mbak Nana yang luar biasa dengan kita yang biasa-biasa saja. Selain dia ingin meningkatkan kemampuan dirinya, sebetulnya yang paling penting, dia memberi kesempatan pada generasi yang akan datang.
Coba bayangkan. Andaikan dia tidak berhenti, bagaimana nasib jurnalis lain yang bekerja di Metro Tv ? Apakah Clarissa Nau hanya mentok jadi jadi reporter lapangan ? Apakah Andini Effendy hanya memandu acara Prime Time News saja ?
Barangkali setelah Mata Najwa berakhir, bisa saja ada acara dengan nama Andini tadi, atau menggunakan nama presenter yang lain. Mereka (Metro Tv) memiliki banyak presenter handal, menarik untuk ditonton dan kualitasnya tidak kalah jauh juga dengan Mbak Nana.
Mereka tentunya diberi kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan dirinya pada bidang jurnalis. Tentunya mereka bersyukur memiliki senior yang tahu diri seperti Mbak Nana; yang mau memberi kesempatan kepada yang lain. Sebab, kalau Mbak Nana tidak mau berhenti, kayaknya tidak orang yang berani memberhentikannya.
Nah, kebesaran hati Mbak Nana itulah yang perlu kita jadi sebagai 'catatan tambahan' dari peristiwa tersebut. Sebagaimana Najwa, kita juga jangan terlalu mabuk kekuasaan hingga lupa memberi estafet kepada generasi mendatang.
Banyak diantara kita yang mengeluhkan buruknya generasi muda saat ini. Tapi, mereka tidak pernah berpikir, apalagi sadar, untuk memberi kesempatan yang baik kepada yang muda tadi.
Malahan berusaha menghambat 'pertumbuhan' generasi muda biar tidak menjadi saingannya. Itu lagi yang berbahaya, saat menganggap partner sebagai saingan, bukannya sebagai mitra yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Nah, coba renungkan, sejauhmana kita telah memberi kesempatan kepada yang lain sambil membimbingnya untuk 'bertumbuh' ?

Posting Komentar

0 Komentar