Puisi Kemerdekaan

Puisi Kemerdekaan
Komunitas Secangkir Kopi (KSK) Kupang
Saya jarang menikmati puisi. Satu-satunya puisi yang saya baca tuntas bahkan pernah dihafal adalah 'Menyesal'. Puisi itu waijb dihafal saat SD dulu. Bila tidak, maka guru akan memberi sangsi atau nilai yang pas-pasan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Saya susah menghafalnya. Itulah yang membuat saya frustasi. Kadang saya ingin berlari dari sekolah (bolos) bila guru menagabarkan kalau setiap siswa mendeklamasikan tanpa teks. Pengalaman buruk itu membuat saya tidak tertarik membaca atau memaknai puisi.

Setelah sekian lama tidak peduli dengan puisi, tanpa sengaja saya bertemu dengan salah seorang penyair NTT. Saya langsung terpesona saat dia tampìl mendeklamsikan (musikalisasi) puisi. Buku kuduk saya merinding saat mendengarnya. Saat itu saya sadar, ternyata puisi bisa menyentuh perasaan terdalam seseorang.

Saya bertanya sama ahlinya, mudahkah membuat puisi ? Dia menjawab, mudah saja. Tulis saja apa yang dipikirkan; dirasakan, dilihat; didengar; dikecap; dan dibaui. Gunakan pilihan kata yang pas, agar terdengar indah. Sesederhana itu.

Saya mengorek lebih jauh sama ahlinya, Kak Herman Efriyanto Tanouf dan Kak Robert Fahik, saat bimtek menulis 'Literasi untuk Kemerdekaan' kemarin (16/08/2017) di Noelbaki.

Keduanya menjelaskan secara teknis menulis puisi. Kedengarannya gampang, tapi begitu mau menulis, bingung dimulai dengan kata atau kalimat apa. Mengatasi kebutuan itu, keduanya memiliki cara yang cukup membantu.

Kami diminta menulis nama panggilan masing-masing di kertas. Misalnya, saya menulis: SAVER. Nah, setiap huruf dari nama tersebut dipisahkan satu per satu, sehingga setiap huruf, menjadi huruf pertama setap bait puisi. Biar tidak semakin bingung, perhatikan contoh berikut ini. Ingat, apa yang saya contohkan ini masih jauh dari kriteria sebuah puisi. Toh, ini hanya latihan. Maklumi saja. Anggap saja ini puisi-puisian.

***

(S)udah lama kita deklarasi merdeka
Tapi apakah benar ?, aku bertanya
Hari-hari ku hanya diam
Tak berguna seperti kerupuk melempem


(A)nak-anak riang gembira bermain
Nelayan garang melawan ombak lautan
Tukang susun-menyusun bata
Sementara aku, bisa apa ?


(V)ena lambat mengalirkan darah
Aku pun merasa semakin lemah
Apakah cukup menulis puisi
Cara mengisi kemerdekaan ini ?


(E)ngkau bertanya lagi sudahkah merdeka ?
Jujur saja, muak aku mendengarnya
Lakukan saja apa yang kau suka
Sesederhana itu kita sudah merdeka


(R)eaksi kita boleh berbeda
Tapi cinta dan cita masih sama
Bersama membangun nusa - bangsa
Indonesia jaya, dengan kerja bersama.

***
Selamat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-72. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Tuhan memberkati...

Posting Komentar

0 Komentar