Membaca, Menulis, Merdeka!

Membaca, Menulis, Merdeka!
Peserta Bimtek Jurnalistik

Saya memulai tulisan ini sambil nikmati alunan musik. Ini pengalaman baru, berkat anjuran yang disampaikan Kak Rian Seong -seorang pelerja seni / pemusik- dalam bimbingan teknis menulis (Jurnalistik) dengan tema: literasi untuk kemerdekaan. Kegiatan yang diprakrasai oleh OMK St. Petrus - Tarus, bekerja sama dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT (MPC) dan Komunitas Secangkir Kopi (KSK) ini, berlangsung di Aula SDK St. Yosep Noelbaki pada hari ini (16/08/2017).

Menurut Kak Rian, musik itu bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan, peran musik itu sangat holistik, menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Musik mempengaruhi emosi manusia, dan itu tentu saja berdampak dalam kegiatan menulis.

Sebelumnya, ada pula beberapa pembicara lain. Pertama, Bapak Marianus Kleden, salah seorang anggota dewan paroki St. Petrus - Tarus sekaligus sebagai penulis di beberapa media nasional. Beliau membahas berbagai jenis tulisan di media massa seperti berita, feature, opini, dsb. Supaya mampu menulis, tidak ada teorinya. "Mulailah menggerakan tangan (menulis), maka otak ikut bergerak", tegasnya dengan meyakinkan.

Pemateri kedua -Kae Richarno Gusty- langsung mengajak seluruh peserta latihan menulis setelah memberi penegasan, " Menulis itu mulai dari diri sendiri; Mulai dari hal yang paling mudah; serta mulailah dari sekarang !". Memang konsep acaranya sengaja dibuat demikian, peserta dibimbing menulis, bukan dijejal berbagai teori penulisan.

Peserta diberikan tayangan sebuah video inspiratif, lalu diminta menulis apa saja (puisi, opini, dll) sesuai persepsi masing-masing. Sepuluh menit kemudian, setiap peserta diminta membaca tulisannya. Luar biasa, semua mampu membuat sebuah tulisan yang bermakna.

Selanjutnya, secara panel tiga pembicara membagikan trik dan motivasi menulis. Dimulai Bung El Ro Kapitan (Presiden KSK), kemudian Kae Rian Seong ( Wapres KSK) dan diakhiri Kak Robert Fahik (Novelis sekaligus wartawan dan editor MPC). Mereka senada, kalau setiap orang adalah penulis. Hanya dengan sedikit arahan, banyak latihan, semua bisa menjadi penulis yang baik.
Peserta dibimbing menulis puisi dan cerpen
Pernyataan Kae Rian yang sangat menarik: "Saya memiliki media atau majalah sendiri, dimana pimred-nya saya, wartawan-nya saya, editor-nya saya. Media itu bergenre Facebook". Karenanya, bukan sekedar ilusi, setiap kita adalah penulis.

Setelah rehat makan siang, kami lanjutkan dengan praktik menulis. Peserta dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama menulis opini, sedangkan satunya lagi menulis kreatif (puisi dan cerpen). Pembagian ini, disesuaikan minat masing-masing, mana yang paling mudah menurut peserta.

Setiap kelompok langsung dibimbing oleh mentor, para pembicata tadi. Peserta dibimbing satu per satu, hingga menghasilkan sebuah karya. Semua begembira karena diberi kesempatan yang sama. Karyanya diapresiasi dengan tetap memberi kritikan yang jujur dan konstruktif.

Saat sesi bimbingan, Kak Herman Efriyanto Tanouf -penyair NTT- juga banyak memberikan petunjuk menulis puisi. Dia juga menunjukkan bagaimana mendeklamasikan puisi secara baik. Buku kuduk merinding, saat dia membacakan beberapa puisi. Katanya, bila kamu merinding saat mendengar atau membaca puisi, itu berarti puisi yang baik.

Itulah gambaran secara umum kegiatan yang kami lakukan untuk mengisi hari kemerdekan RI yang ke-72. Kami tidak mau terlalu mainstream dengan gerak jalan, pameran, panjat pinang, dsb. Kami memaknai kemerdekaam sejati dengan berliterasi. Kita membaca, menulis, merdeka...!!!
Foto bersama setelah kegiatan berakhir
Cara merayakan dan mengisi kemerdekaan boleh berbeda
Tapi cinta dan cita kita masih sama
Bersama membangun nusa dan bangsa
Indonesia jaya, dengan kerja bersama....

Catatan: Tulisan ini diambil dari status Facebook tanggal 16 Agustus 2017 lalu.

Posting Komentar

0 Komentar