Kenapa Komunitas Secangkir Kopi Semakin 'gila' ?

Kenapa Komunitas Secangkir Kopi Semakin 'gila' ?
Kegiatan Membaca Buku di CFD Kota Kupang oleh KSK

Informasi tentang kegiatan membaca gratis di arena Car Free Day (CFD) Eltari - Kupang hari ini (19/8/2017) yang diprakarsai oleh Komunitas Secangkir Kopi, sudah banyak ditulis. Berbagai ulasan menarik bertebaran di dinding facebook anggota komunitas.

Hemat saya, ada hal menarik yang luput dibahas atau ditulis. Kenapa para punggawa KSK mau melakukan kegiatan 'gila' tersebut ? Bangun subuh sekitar pukul 05.00, kemudian berkumpul di pondok KSK, mengambil buku-buku yang hendak dipajang, kemudian bergerak mencari lokasi strategis di arena CFD.

Setelah menentukan lokasi terbaik, kami bentangkan sebuah karpet. Di situlah kami pajangkan berbagai buku bacaan. Setelah cukup tertata, kami pun membaca sambil sesekali mempersilakan pengunjung yang tertarik ikut membaca. Kami juga membagikan buku bacaan gratis khusus untuk anak-anak, sesuai kategori buku yang tersedia.

Sekali lagi, untuk apa kegiatan seperti itu dilakukan ? Apa para anggota KSK kurang kerjaan ? Apa mereka mau mencari panggung untuk narsis ? Apa mereka sekedar pamer-pamer saja ?

Stop !!! Sebelum Anda semakin keliru berpikir, biar saya jelaskan motivasi dìbalik aksi tersebut. Penjelasan ini bermaksud untuk menekan berbagai anggapan negatif yang kurang beralasan.

Pertama, anggota KSK itu bukannya kurang kerjaan. Hampir semua anggota KSK memiliki pekerjaan tetap dengan berbagai latar belakang profesi.

Kedua, mereka juga sudah tidak butuh upaya 'cari panggung' atau sekedar narsis, sebab mereka sudah begitu populer dengan berbagai aktivitas positif yang mereka lakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

Lalu, kenapa orang-orang hebat -seperti Kak Richarno GustyEl Ro KapitanRian SeongShanti Maro ApsharaLamawato EddyElkana Ely Goro LebaYan Usnabu Kastiak, dll-, mau melakukannya ?

Bukankah mereka sudah nyaman dengan apa yang mereka peroleh sekarang ? Pencapaian mereka saat ini, saya kira sudah lebih cukup untuk hidup sejahtera. Sekali lagi, kenapa mereka mau turun ke jalan mengkampanyekan gerakan membaca ini ?

Meski saya tidak wawancarai mereka satu per satu, tapi dapat disimpulkan dari perjalanan hidup mereka masing-masing. Saya berkesimpulan, percapaian yang telah mereka raih saat ini, salah satu aspek yang menentukan adalah kebiasaan mereka membaca buku. Mereka pembaca buku yang giat, bahkan -mohon maaf- gila membaca buku.

Mereka telah mengetahui manfaat membaca buku. Itulah mengapa mereka peduli dengan kampanye membaca, supaya generasi selanjutnya bisa menikmati hasil yang sama, atau bahkan bisa hidup lebih baik lagi. Mereka menjadi generasi emas (cemerlang) nantinya kalau cinta membaca.

Selain itu, ada hal menarik lain. Dalam satu kesempatan diskusi, Kae Gusty Richarno pernah menyinggung kenapa beliau dan kawan-kawan begitu giat mengakarkan gerakan literasi di NTT.

Kae Gusty menjelaskan dengan perumpamaan yang sederhana. Dia katakan, kalau kita tidak menyiapkan generasi mendatang dengan kegiatan literasi, karakter mereka semakin buruk. Gambarannya seperti ini: mereka akan memelihara sapi milik pengusaha asing. Sapi itu mereka gembalakan di atas kuburan kita. Bayangkan, kalau sapi itu miliknya sendiri, yah...kita #Paham_pahamlah.

"Bagaimana kalau mereka dibudayakan gerakan literasi dari sekarang ?", tanya saya penasaran.

Hasilnya tentu beda. Mereka memahami kalau kuburan orang tua atau nenek moyangnya merupakan tempat terhormat. Mereka akan rutin meyalakan lilin atau menyekar kembang yang harum mewangi.

Begitulah, tampaknya konyol, tapi ada benarnya juga.

#Paham_pahamlah.., colek Kaka Muhammad Soleh Kadir, hehehe

(Catatan: Tulisan diambil dari status Facebook tanggal 19 Agustus 2017

Posting Komentar

0 Komentar