Hal-Hal yang Mengejutkan

Suasana 'bedah' novel Apshara di Kafe Coklat, Liliba - Kupang

Bergabung dengan Komunitas Secangkir Kopi (KSK) Kupang, itu artinya kita siap mendapat banyak kejutan. Saya beberapa merasakan kejutan itu. Tidak saya bahas semuanya saat ini. Cukup satu dulu, yaitu selalu bertemu orang baru setiap ada pertemuan atau diskusi. Hebatnya lagi orang-orang yang kita temui, hampir semuanya memiliki kepribadian yang menarik atau bolehlah kita sebut sebagai orang yang inspiratif.

Saat Pondok Diskusi Secangkir Kopi (PDSK) menghadirkan Miss Jenn sebagai bintang tamu dalam diskusi seputar beasiswa luar negeri, itulah pertama kalinya saya bertemu dengan Kak Shanti Maro Apshara.

Beliau seorang pemimpi dan optimis dengan impian-impiannya tersebut. Itulah kesan pertama yang saya rasakan saat beliau diberi kesempatan bicara. Dia katakan, hidup itu harus punya tujuan, kita mau ke mana ? Setelah tetapkan tujuan, maka kerjalah impian itu sungguh-sunggguh sambil berdoa, pasti sukses diraih.

Setelah diskusi berakhir, kami berkenalan lebih jauh. Beliau menceritakan sedikit pengalaman hidupnya. Semuanya menarik untuk didengar. Apalagi saya menyukai kisah-kisah perjuangan orang sukses.

Selama berkisah, nama "APSHARA" juga sempat disinggung. Saya pun bertanya, siapa dia ? Mereka balik bertanya, belum baca novelnya ? Tentu saja saya semakin penasaran. Beliau hanya katakan, nanti juga kamu tahu sendiri.

***
Kehadiran Najwa Shihab di NTT juga mengejutkan. Acara Mata Najwa dihentikan, lalu dia berkunjung ke NTT. Banyak asumsi yang bermunculan, tapi tidak perlu saya bahas saat ini. Intinya saya senang dengan kedatangannya.

Tentu saja saya berusaha hadir. Malam itu, saya hadir bersama gerombolan KSK. Kejutan lain menyusul, malam itu saya bertemu lagi dengan Kak Shanti Maro, orang yang saya kenal waktu diskusi di PDSK pada beberapa hari sebelumnya.

Kami bersalaman, lalu masuk ke gedung tempat acara dilangsungkan. Kak Shanti diperlakukan khusus, lalu dipersilakan duduk di area VIP oleh panitia. Sementara kami, duduk di area paling belakang. Saya mulai berpikir, orang ini istimewa.

Saya semakin terkejut, saat namanya -Shanti Maro- disebut oleh MC untuk maju ke panggung bersama tamu khusus lainnya. Mereka mendapatkan buku "Catatan Najwa", langsung dari Mbak Najwa. Mereka diberikan buku, bersalaman, dan foto bersama. Istimewa sekali. Sementara kami, selfi dari jauh dengan Mbak Najwa saja susahnya minta ampun. Saya pun geleng-geleng kepala sambil bergumam, "orang ini bukan orang biasa".

***

KSK buat kejutan lain lagi. Bersama Media Pendidikan Cakrawala NTT mengadakan Bimtek Jurnalistik untuk OMK Paroki Simon Petrus-Tarus, 16 Agustus lalu. Saat Kak Robertus Fahik memperkenalan diri sebagai penulis novel trilogi Malaka, barulah saya tahu kalau tetangga saya di perumahan Baumata Permai itu seorang novelis. Itulah kejutannya.

Kejutan lain, ternyata novel Apshara yang disinggung sebelumnya, juga ditulis oleh sastrawan NTT yang biasa disapa Kak Robby itu. Saat menerangkan proses kreatifnya, beliau katakan kalau kisah dalam novel tersebut merupakan pengalaman nyata kehidupan Kak Shanti Maro. Dialah orang yang saya kenal di PDSK malam itu, lalu bertemu lagi saat acara Mbak Najwa.

Kak Robby hanya menyampaikan kisahnya secara singkat. Saya semakin penasaran, lalu berniat membeli novelnya. Ternyata sudah habis terjual, tunggu cetakan kedua. Dalam benak saya kagum, novelnya bisa selaris itu. Pasti kisahnya menarik. Saya terbelit rasa penasaran yang panjang.

***

Tadi malam, rasa penasaran itu terbayar. Di Kafe Coklat - Liliba, ada diskusi atau istilah kerennnya bedah novel, Apshara. Hadir di sana sang pemilik kisah, Kak Shanti; penulis novel, Kak Robby; Moderator, Kak Herman Efriyanto Tanouf; Pimpinan atau yang mewakili MPC NTT, Kak Richarno Gusty; Presiden dan Wapres KSK, Kak El Ro Kapitan dan Rian Seong; Sahabat Apshara, Heli LekiLoNii'sEnnie Riantobi, dkk., serta tamu lain yang tidak bisa saya absesnsi satu per satu di sini.

Oh iya, hadir pula Kak Abe, sang sutradara NTT yang sudah sangat terkenal lewat karyanya, Nokas. Film-nya sudah menjuarai beberapa festival film baik dalam maupun luar negeri. Kehadiran beliau juga dikaitkan dengan rencana novel Apshara dibuatkan versi visualnya, sebuah film.

Saya datang terlambat. Mereka tengah serius berdiskusi saat saya masuk ke bilik kafe yang terbuat dari bambu dengan atap alang-alang. Nyaman, persis suasana di desa. Lantunan musik yang lembut, semakin menambah hikmatnya suasana.

Setelah disapa dan menyapa sejenak, saya perhatikan gelas kopi mereka telah kosong. Itu menandangkan diskusi sudah berlangsung lama. Saya menyesal, banyak hal yang saya lewatkan begitu saja. Apalagi saya belum membaca novel Apshara, itu artinya semakin banyak informasi yang hilang.

Tapi mau bagaimana lagi. Waktu tidak bisa diundur lagi. Saya menikmati sisa diskusi dengan serius. Banyak pendapat yang disampaikan. Beberapa orang menyampaikan rasa kagumnya kepada Kak Shanti yang dalam novelnya bernama Shara. Ada juga yang kagum dengan tokoh Apoly, sahabat dekat Shara sedari masa kecil bahkan hingga kini. Rasa cinta yang terlanjur tumbuh dahulu, sulit dimatikan lagi.

Mereka juga mengapreasi kepiawaian Kak Robby Fahik menulis kisah. Kak Christin Anakay sampai-sampai mengakui bahwa, saat membaca novelnya, dia merasakan seperti sedang menyaksikan kejadiannya secara langsung. Kalau bukan karena kehebatan penulisnya, kesan atau komentar seperti itu tidak akan pernah ada.

Apapun itu, sanjungan dan kritikan, merupakan tradisi ilmiah yang baik. Sebuah karya yang baik ditandai dengan kegiatan 'bedah' mendalam seperti itu. Bila tidak, maka renungkan baik-baik, tulisan atau karya kita tidak berarti apa-apa bagi pembaca.

Layakkah kisah itu dibuatkan film ? Kak Abe mengatakan, dalam membuat film kita harus memikirkan apakah penonton tertarik dengan kisahnya. Tapi sebelum itu, sutradara yang harus tertarik dengan kisahnya terlebih dahulu. "Dan saya tertarik dengan kisah Apshara", katanya disambut tepuk tangan.

***

Saya lebih banyak mendengarkan semalam. Saya enggan bicara karena belum membaca lengkap Apshara. Meski begitu, ada saja kejutannya. Ka Robby selaku penulis novel meminta saya membacakan puisi yang ditulisnya dalam novel, halaman 16.

Saya terkejut dan tentu saja menolak dengan baik. Saya terakhir kali membaca puisi 'Menyesal' saat SD. Mereka terus memaksa. Saya pun membaca apa adanya. Mereka pastinya terkejut, sebab tentu saja terdengar aneh karena tanpa penjiwaan yang biasanya dicontohkan Kak Herman, penyair muda NTT.

Setelah diskusi berakhir, saya memohon kepada Kak El Ro Kapitan agar mau meminjamkan novel Apshara. Beliau tidak keberatan. Saya membawa pulang novelnya dengan gembira. Pagi ini, saya sudah membacanya hingga tuntas. Saya pun semakin mengerti kisahnya. Saya pun semakin mengenal Kak Shanti atau Shara lewat novel tersebut.

Saya ingin menuliskan kesan pribadi terkait novel tersebut. Tapi, tulisan ini terlampau panjang. Ada baiknya saya tuliskan pada catatan berikutnya. Tunggu saja. Hidup ini memang serba tidak pasti. Satu hal yang pasti, kita akan menghadapi hal-hal yang mengejutkan....

(Catatan: Tulisan diambi dari Facebook tanggal 24 Agustus 2017)

Posting Komentar

0 Komentar