Catatan Tentang Apshara

Catatan Tentang Apshara
Novel Apshara

Bila belum, ada baiknya Anda membaca terlebih dahulu catatan sebelumnya yang diberi judul: Hal-hal yang mengejutkan. Gampang. Buka beranda FB saya, lalu gulir ke bawah, pasti segera ditemukan. Catatan pertama soal Apshara itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan catatan ini.

Pada catatan pertama itu, saya sudah bercerita kalau banyak orang (sahabat Apshara) telah 'membedah' novel ini. Kesan atau komentar mereka sangat bervariasi. Saat itu, saya kesulitan ikut berkomentar karena belum membacanya. Pada catatan ini saya coba mengulasnya secara singkat. Saya berusaha untuk tidak membahas hal-hal yang telah dikomentari oleh sahabat Apshara lainnya seperti masalah cinta, hubungan rumah tangga, dsb.

Selain masalah tadi, bagi saya Apshara mengisahkan tentang penjual ulung. Iya, penjual hebat itu adalah Shara yang dalam hal ini merupakan representasi tokoh Kak Shanti Maro Apshara.

Kesan tersebut tersurat dan tersirat dengan jelas hampir di seluruh bagian novel tersebut. Misalnya pada bagian pertama, sangat jelas dikisahkan bagaimana Shara dan sahabatnya Apoly, bersama-sama menjual jambu air. Keduanya merupakan penjual yang gigih. Mereka tidak peduli dengan berbagai komentar atau cibiran orang lain. Beberapakali Ameu -Kakaknya Apoly- berkomentar dengan sikap sinis, "Bagaimana kabar hari ini adik-adik penjual jambu air ? Pasti laris manis ya ?" (Baca hal. 5-6).

Pada bagian dua pun, tersirat kemampuan keduanya dalam hal menjual. Bedanya, bukan lagi menjual barang atau jasa. Tapi, keduanya 'menjual' kemampuan diri mereka dalam bermain drama. Pada konteks ini, 'menjual' kita maknai sebagai kemampuan menunjukkan kebolehan tertentu kepada khalayak. Merekapun berhasil 'menjual' dengan baik, sehingga mendapat apresiasi dari penonton serta hadiah dari salah seorang pejabat pemerintah.

Hal yang sama terjadi lagi pada bagian lima. Shara -sekali lagi- memperlihatkan kemampuannya 'menjual' potensi diri. Dia tunjukkan kebolehannya dalam meresensi buku. Berulang-ulang kali dia juara. Itu menandakan kalau 'jualannya' laku. Dia tidak peduli dengan komentar atau ocehan-ocehan orang sekitar, dirinya tetap fokus meraih impian, menjadi yang terbaik (Sang juara). Dia menanggapi seperti ini kepada para pencibir, "Ah, itu masalahnya, bukan masalahku" (Hal. 40).

Kemampuan Shara sebagai penjual, makin profesional saat berpindah dari Dili ke Bali. Hal itu tergambar pada bagian delapan novel tersebut. Di Bali, dia bekerja di beberapa hotel. Pekerjaannya tidak jauh-jauh dari aktivitas 'menjual' juga. Kemampuan menawarkan fasilitas hotel kepada tamu merupakan kemampuan menjual (jasa). Hal itu diperjelas lagi dengan jabatannya saat bekerja pada salah satu hotel yang berlokasi di Denpasar, sebagai 'Assisten Marketing Communication' (Hal. 65). Saya kurang paham apa tugas dari jabatan tersebut. Tapi, kata 'marketing' menunjukkan aktivitasnya berkaitan dengan menjual juga.

Setelah "Sejenak, Lalu Kandas", Shara menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas. Lagi-lagi, aktivitasnya masih berhubungan dengan dengan aktivitas 'menjual'.

Sebagai 'Office Manager' di sekolah Prancis, tentunya ada aktivitas 'menjual' keunggulannya. Misalnya melakukan promosi tentang fasilitas atau keunggulan sekolah, sehingga makin diminati oleh masyarakat. Aktivitas itu juga menunjukkan beliau sebagai penjual profesional.

Semakin jelas lagi di bagian sebelas, dia "Terus Berjalan" meraih impiannya lewat aktivitas 'menjual'. Dia menjalankan bisnis 'network marketing' yang bernama CDI. Hmm.., lagi-lagi ada kata 'marketing'-nya, tentu saja aktivitas utamanya menjual.

Bahkan sebagai penjual yang handal, pada bagian sebelas, hampir seluruhnya berisi tentang informasi bisnis CDI tersebut. Secara tidak langsung, beliau sedang menjual produk atau jasa itu kepada pembaca (khalayak umum).

Hebatnya, dia selalu gigih dalam berusaha. Tidak heran bila dia selalu mendapatkan pengakuan berupa prestasi yang diraihnya. Tidak hanya saat mengenyam pendidikan formal (sekolah), dalam bisnis pun dia sukses menanjakkan kariernya. "Karirku di CDI mencapai puncaknya ketika aku meraih The First Presidential Club CDI Global tahun 2014", tertulis pada hal.92.

Lebih lanjut, pada bagian dua belas, Shara berpindah lagi pada bisnis barunya: biogreen. Bagian itu juga berisi informasi tentang produk tersebut. Dia sedang berusaha 'menjual' kepada pembaca.

***

Berbagai fakta yang berhasil saya rangkum di atas, menunjukkan kalau Kak Shara / Shanti Maro merupakan seorang sales sejati. Beliau penjual yang gigih dan ulung.

Kemampuannya sebagai sales itu dibiasakan dari kecil, lalu terus dilatih hingga menjadi sales profesional. Begitu pula bila kita ingin menguasai bidang apapun, kalau dibiasakan dari kecil dan dilakukan secara konsisten, pasti semakin mahir atau menjadi ahli pada bidang tersebut.

Satu hal lagi, Kak Shanti tidak pernah cepat puas. Dia selalu mengejar hal baru yang lebih menantang, lalu berusaha menaklukkannya. Hal itu tergambar dari kisahnya yang selalu pindah kerja atau melakukan bisnis baru. Dia selalu berubah. Satu saja yang tidak berubah, cintanya sama Apoly. Oh...Apoly...

(Mohon ijin kak Herman Efriyanto Tanouf, saya copy foto dari facebook).

Posting Komentar

0 Komentar