Tour de KUB

Tour de KUB
Gereja St. Simon Petrus, Tarus - Kupang

Baru-baru ini, diskusi tentang Tour de Flores (TdF) menghiasi halaman media sosial. Orang-orang ramai membahas even international tersebut. Seorang Blogger dari Manggarai pernah mengulas, ada 3 tipe reaksi orang terhadap TdF, yaitu: (1) kelompok pendukung, yang percaya TdF akan mendatangkan dampak positif; (2) kelompok yang menolak TdF, karena cuma menghabiskan anggaran tanpa manfaat berarti bagi masyarakat; dan (3) kelompok #ApaSih, yang tidak peduli dengan TdF.

Sudahlah, saya tidak mau bahas lagi itu TdF. Toh, kegiatannya sudah berakhir. Kali ini, saya justru ingin memperkenalkan jenis tour yang baru. Meski agak mirip dengan TdF, tour yang saya maksudkan ini jelaslah berbeda dari berbagai aspek. Saya tidak jelaskan secara langsung apa saja perbedaannya. Silakan baca, lalu bandingkan sendiri dengan TdF.

Tour yang saya maksudkan bernama 'Tour de KUB'. Biar tidak salah informasi, sebenarnya nama itu cuma rekaan saya sebagai penulis reportase ini. Bagi saya, nama tersebut cukup mewakili kegiatan Orang Muda Katolik (OMK) St. Simon Petrus - Tarus.

Tour de KUB itu sangatlah sederhana. Anak-anak muda itu telah bersepakat mengunjugi setiap KUB (kelompok umat basis) yang ada di Paroki Tarus secara bergilir. Sasaran kunjungan mereka pun, untuk bertemu sesama OMK. Bentuk kegiatannya mirip 'blusukan' yang dilakukan Presiden Jokowi. Mereka saling berkenalan; mendengarkan persoalan yang dialami OMK di KUB tersebut; lalu merancang kegiatan sebagai solusinya. Lewat kegiatan tersebut mereka bisa saling mengenal, membangun kekompakan, dan selanjutnya bisa menyadari tujuan mereka berorganisàsi dalam wadah OMK.

Seperti yang saya saksikan kemarin (21/7), mereka mengunjungi salah satu KUB. Pukul 17.00 mereka berkumpul di Gereja St. Simon Petrus - Tarus. Waktu tunggu anggota berkumpul, disepakati selama satu jam. Sekitar pukul 18.00, mereka tour menggunakan sepeda motor ke KUB...(lupa namanya)

Sebelum lanjut lebih jauh, perlu saya jelaskan mengapa saya berada di sana bersama mereka. FYI, saya sudah menikah (sudah jelas bukan kategori anggota OMK) dan bukan umat Paroki Tarus. Lalu, ada urusan apa di sana ?

Semuanya berawal dari kejadian berapa hari yang lalu, saat saya bergabung dengan Komunitas Secangkir Kopi / KSK (Colek Presidennya, Bung El Ro Kapitan). Saat itu pula saya dipertemukan dan berkenalan dengan teman-teman OMK Tarus. Terjalinlah sebuah kerjasama sederhana yang bersifat 'simbiosis mutualisme' antara KSK dan OMK Tarus.

Apalagi pembina OMK Tarus, Kae Richarno Gusty -Tua adat dari MPC (Media Pendidikan Cakrawala NTT dan KSK (Komunitas Secangkir Kopi)-, mengajak saya ikut dalam tour tersebut. Tentu saja saya sambut dengan senang hati. Saya ingin belajar banyak hal dari beliau dan dari berbagai aktivitas OMK. Pengalaman seperti ini, tidak akan kita dapati di kampus atau pun skripsi.

Ok, balik lagi pada kegiatan tour kemarin. Dari Gereja kami begerak menuju KUB menggunakan sepeda motor. Karena kendaraan terbatas, terpaksa ada yang GTO (goneng tiga orang). Pengendara motor bahkan harus bolak-balik 3 kali agar semua anggota bisa sampai di tempat tujuan.

Kami berkumpul di salah satu ruang pertemuan milik kelompok tani. Sebuah ruang berukuran 6 × 6 m dengan dinding tembok berwarna putih dan berlantai keramik. Tampak beberapa lukisan menghiasi dinding ruangan. Kursi ditata berbentuk huruh 'U' dengan sebuah meja diletakkan di tengah ruangan. Sangat layak dan nyaman dijadikan tempat pertemuan.
Pak Gusty Richarno sedang mamandu diskusi bersama OMK Paroki Tarus
Sebagai pembina atau Seksi Kepemudaan Paroki Tarus, Kae Gusty membuka sekaligus memandu jalannya diskusi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mereka memiliki tradisi perkenalan diri pada awal sesi. Semua yang hadir, satu per satu menginformasikan nama lengkap dan panggilan, alamat, status pekerjaan atau kesibukan harian. Setiap orang yang telah berbicara, diberi apresiasi berupa tepuk tangan meriah. Kae Gusty selalu menekankan budaya saling mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

Selanjutnya, Kae Gusty memandu mereka untuk berpikir atau merenung, apa saja yang telah dilakukan OMK Tarus selama ini. Apa hal yang baik; apa hal yang buruk; apa yang perlu diteruskan; apa yang harus dihentikan; dan sebagainya. Peserta diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri, baik secara pribadi maupun dalam berorganisasi.

Lebih lanjut Kae Gusty menyadarkan mereka akan tujuan mereka ber-OMK. Pertanyaan reflektif bagi mereka, "Mau dibawa ke mana OMK Tarus ?". Saya pun teringat akan pidato Mark Zuckerberg tentang pentingnya menyadari tujuan dalam berkomunitas. Sadar akan tujuan merupakan ruh hidup bersama untuk menggapai impian.

Luar biasa, pertanyaan itu mamacu mereka berpikir keras. Lahirlah berbagai gagasan cemerlang. Mereka tidak mau OMK hanya sibuk urusan koor (menyanyi) melulu. Tidak semua orang suka menyanyi, bagaimana upaya agar kegemaran setiap orang bisa disalurkan.

Mereka pun sepakat menjalani berbagai kegiatan. Pertama, kegiataan koor tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan. Kedua, kegiatan tour ke KUB tetap dijadikan kegiatan reguler. Kegiatan ini nantinya bisa berkembang menjadi tour antar paroki bahkan ke luar pulau Timor. Ketiga, kegiatan berliterasi. Mereka didorong dan dibina untuk rajin membaca dan menulis. Keempat, kegiatan olahraga (volley dan futsal).

Mengenai kegiatan literasi, mereka sudah memiliki wadah yang baik. Di halaman gereja, ada majalah dinding yang berisi tulisan dan reportase kegiatan OMK. Menurut pimpinan redaksi-nya (Kak Heli Leki) dan teman-teman crew, animo OMK untuk menulis sangat tinggi. Itulah makanya mereka antusias bekerjasama dengan Komunitas Secangkir Kopi, karena bisa belajar banyak hal terkait literasi.

Demikianlah gambaran 'Tour de KUB' yang saya ikuti kemarin. Saya telah belajar banyak hal dari proses ini. Semoga bisa ikut lagi dalam diskusi selanjutnya. Terima kasih buat semua...
Foto bersama setelah berdiskusi

***
Oh iya, saya ingin curhat sebentar. Semenjak ikut KSK, saya begitu sibuk setelah pulang kerja. Saya bersyukur dengan kesibukan tersebut, sebab saya teringat ungkapan yang disampaikan Pater Oce dalam diskusi tentang literasi kemarin malam:

"Sibuklah sesibuk-sibuknya, sehingga saat setan datang menggoda, dia mendapati kita sedang sibuk".

Posting Komentar

0 Komentar