Anak Gelas

Gelas-gelas bernama


Beruntunglah bila kita dalam keluarga, dipilih menjadi anak gelas, anak piring, anak senduk, anak karung, anak terpal, dan sebagainya. Kemungkinan menjadi terkenal atau selalu dikenang orang, sangat terbuka lebar.

Apa maksud anak gelas, piring,..dst., itu ?

Kebiasaan ini memang tidak terjadi di semua daerah. Saya belum melakukan survei khusus, Cak Lontong lagi sibuk untuk diajak kerja sama. Sependek yang saya tahu, kebiasaan ini kayaknya hanya ada di Manggarai - Flores.

Begini, di Manggarai, kebersamaan itu selalu dilestarikan. Setiap orang membutuhkan bantuan orang lain atau setiap keluarga membutuhkan keluarga lain. Ya, seperti manusia sosial lainnya. 

Namun, ada hal yang unik dari kebersamaan tersebut. Di sana, bila ada yang mengadakan hajatan besar, maka tetangga turut membantu agar berjalan sukses. Bentuk bantuan bermacam-macam, mulai dari uang, beras, meminjamkan alat dapur (gelas, piring, senduk, dsb), tenaga, atau apa saja. Tergantung apa yang dibutuhkan untuk menyukseskan acara tersebut. 

Tidak hanya itu, banyak pula kegiatan harian yang membutuhkan bantuan orang lain. Misalnya saat musim panen tiba, kita bisa pinjam karung atau terpal milik tetangga bila persediaan sendiri belum cukup. Begitu pula sebaliknya, saat tetangga membutuhkan bantuan, kita memperbolehkan pinjam apa yang dibutuhkan. Singkatnya, pinjam-meminjam tanpa pamrih seperti itu, sudah membudaya di Manggarai, khususnya di desa.

Budaya yang baik itu terperlihara sejak lama karena sudah saling pengertian. Peminjam segera mengembalikan bila acara selesai. Bila ada barang yang rusak, peminjam melapor kepada pemiliknya dan digantikan sesuai kesepakatan bersama. 

Dalam sebuah acara, bisa jadi kita membutuhkan alat dapur yang banyak sehingga harus pinjam dari banyak keluarga. Saat penggunaan, alat dapur dari banyak rumah tadi akan digabung begitu saja. Padahal, ada bentuk alat dapur yang sama dari keluarga satu dengan yang lainnya. Kita akhirnya sulit membedakan, alat dapur itu milik siapa.

Solusi dari masalah itu ternyata telah dipikirkan oleh semua keluarga di Manggarai. Makanya di setiap gelas, piring, senduk, karung, atau barang apa saja yang berpeluang dipinjam orang, akan dituliskan nama yang permanen. Hal itu bisa kita perhatikan saat bertamu. Lihat gelas kopi yang dihidangkan, kalau bukan di badan gelas, coba cek di bagian dasar, pasti ada tulisan nama seseorang di sana. Begitu pula dengan barang lain seperti yang disebutkan di atas.

Gara-gara penulisan nama tersebut, ada 'gesekan' kecil antar anggota keluarga, khususnya anak-anak. Ada anak yang protes sama orang tuanya, gara-gara cuma nama kakaknya yang tertulis di perabot rumah tangga. Dia merasa ada diskriminasi; tidak adil; tidak ada kesetaraan anak dalam keluarga.

Keluhan seperti itu, tentu saja merepotkan bagi orang tua. Tidak tega juga rasanya bila ada anak yang berkecil hati gara-gara namanya tidak ditulis di perabot RT.

Menyiasati hal tersebut, maka ada keluarga yang membagi penamaan untuk setiap perabot. Misalnya, nama anak pertama ditulis di gelas-piring-senduk; nama anak kedua ditulis di karung; nama anak ketiga ditulis di kursi...,dst. Dari sanalah, muncul pula julukan baru anak-anak tadi. Mereka pun saling bercanda dengan memanggil saudaranya dengan sebutan: anak gelas, anak piring, anak karung, anak kursi, dan sebagainya.

Mengapa anak-anak senang bila nama mereka ditulis pada perabot rumah tangga ? Entahlah, saya belum lakukan penelitian yang serius. Tetapi, dari hasil wawancara kepada beberapa orang, mereka mengaku bangga bila dikenal banyak orang lewat media perabot rumah tangga.

Mereka menjelaskan begini: 

Bila dalam sebulan mereka menerima tamu sebanyak 10 orang yang berbeda, maka nama mereka akan dikenang oleh tamu tersebut. Hal itu bisa terjadi karena pastinya tamu tanpa sengaja, terpapar dengan nama yang tertulis di gelas, piring, dan senduk yang digunakannya. Tamu secara otomatis tahun nama anak dari keluarga yang dikunjunginya saat itu. Bila anaknya lebih dari satu, tinggal dipastikan saja dengan bertanya, "Mana yang namanya ...(sebuatkan nama yang di gelas) ?". Pasti ada salah satu di antara anak-anak tersebut.

Kalau masih belum jelas juga, hukumnya seperti pola iklan di gelas. Coba perhatikan acara talkshow di TV. Pembaca acara dan bintang tamu disuguhkan minuman menggunakan gelas yang bergambar atau bertuliskan produk tertentu. Hal itu dimaksudkan agar orang yang melihat gelas tersebut, selalu mengingat gambar atau tulisannya.

Nah, itulah alasan kenapa anak-anak melakukan protes bila nama mereka tidak ditulis pada perabot rumah tangga. Pada dasarnya, kita semua ingin terkenal; ingin dikenang oleh semua penggunanya.

Oleh karena itu, orang tua harus berperilaku adil terhadap semua anak-anak. Lakukan rembuk sederhana dengan anak-anak. Misalnya, ada nama anak yang ditulis pada perabot dapur, ada pula yang ditulis pada perabot lain seperti terpal, karung, kursi, dll.

Ada satu peringatan berkaitan dengan tulisan ini. Jangan sampai gara-gara memberi nama pada setiap perabot, Anda tidak mengindahkan program KB dari pemerintah. Bisa saja ada yang beralasan, anak senduk sudah ada; anak karung sudah ada; anak kursi sudah ada; selanjutnya kita harus ada anak lagi untuk nama piring, senduk, meja, tikar, dst. Jangan ! Jangan sampai terjadi seperti itu...

Posting Komentar

0 Komentar