GURU SEJATI, BERPULANG DENGAN GAGAH (In Memoriam Bapak Thomas Tomai)

Alm. Bapak Thomas Tomai
Kalau ditanya tentang hal yang paling diingat dari sosok beliau, tentu saja saya akan menjawab: pencerita (story teller) yang hebat. Kemampuannya dalam mengisahkan sesuatu sangat baik. Beliau piawai memasukan joke-joke dalam sebuah cerita. Semua orang dipastikan menyimak, tertawa lepas, dan tetap mengingat makna yang mungkin bisa dijadikan pedoman hidup.

Hal itulah yang membuat saya semasa SD sangat suka dengan pelajaran Pendidikan Agama. Beliau yang mengajar bidang studi tersebut. Setiap pertemuan di kelas, materi-materi pelajaran agama itu disampaikannya dalam bentuk cerita. Saya dan tentu saja teman-teman lain, sangat familiar dengan kisah-kisah di Alkitab seperti Adan dan Hawa, Kain dan Habel, Nabi Nuh, dan lain sebagainya.

Teknik bercerita yang digunakanya membuat kami antusias. Beliau biasanya berdiri, dan sesekali mengitari tempat duduk kami. Beliau sangat menjiwai dalam bercerita. Hal itu terlihat jelas dari perubahan mimik wajah dan intonasi suara sesuai dengan isi cerita. Kami merasakan seolah-olah kejadian itu begitu nyata di tempat tersebut. Kata-kata yang digunakan sangat mudah kami pahami. Bahkan, kadang-kadang beliau menggunakan bahasa daerah Manggarai atau hanya kata/kalimat tertentu yang merupakan padanan dari istilah tertentu, dimana sulit kami pahami maknanya.

Siapa yang tidak tertarik dengan metode seperti itu ? Sejauh ini, saya semakin menyadari kalau metode story telling itu sangat ampuh dalam memberi informasi kepada orang lain. Kata lainnya, kalau seorang guru bisa menggunakan teknik strory telling dengan baik, dialah guru yang hebat dan sukses. Banyak tulisan atau laporan penelitian yang telah membuktikan keampuhan metode tersebut. Bahkan dalam teknik menulispun, kemampuan menulis dengan teknik story telling lebih banyak disukai orang.

Guru yang Bededikasi Tinggi

Beliau sangat mencintai pekerjaannya sebagai guru. Hal itu terlihat dari kedisiplinan yang beliau contohkan. Selama saya menjadi muridnya, beliau tidak pernah mengabaikan tugasnya sebagai pendidik. Selalu ikut aturan sekolah seperti mengikuti upacara bendera setiap hari Senin, melaksanakan tugas sebagai guru piket, mengajar sesuai jadwal, memberi bimbingan belajar sore menjelang ujian, dan sebagainya.

Menjadi guru, bukan alasan baginya untuk tidak berkarya pada bidang lain. Banyak pula aktivitas yang beliau lakukan di rumah yang patut ditiru. Mengisi waktu senggang selepas mengajar di sekolah, beliau telaten untuk berkebun dan beternak.

Meski agak sibuk, semuanya terjadwal secara baik. Urusan sebagai pendidik di sekolah berjalan baik, begitupula urusan pribadi dan hidup bermasyarakat berjalan dengan baik. Dedikasi yang tinggi itu dibuktikan pernah dipercayakan sebagai Kepala sekolah SDI Pela, Ketua Stasi St.Benediktus – Pela, dan lainnya.

Meski hanya sebagai pendatang, kiprah beliau dalam pembangunan masyarakat atau generasi Pela patut dicatat dan dikenang. Aslinya beliau berasal dari Mbai-Nagekeo. Keinginannya mengabdi sebagai guru-lah yang membuat dia datang dan menetap di Pela.

Kalau dicatat dengan baik sejak dulu, banyak sekali yang telah beliau lakukan. Sudah sepatutnya warga Pela –khususnya saya-, bangga memiliki orang yang berdedikasi seperti beliau. Kemajuan generasi orang Pela saat ini, secara langsung maupun tidak, juga atas andil besar yang beliau lakukan.

Guru Pencerita itu Telah Pergi

Semalam saya begitu terkejut mendengar kabar duka, Bapak Thomas Tomai meninggal dunia. Beliaulah yang saya maksudkan sebagai story teller hebat dan guru yang berdidikasi tinggi.

Dari facebook anaknya yang merupakan teman sepermainan saya dulu, saya mengetahui kalau beliau tiba-tiba meninggal setelah gunting rambut. Beliau memang mengidap hipertensi (darah tinggi) sejak lama. Mungkin komplikasi penyakit itulah yang menjadi penyebabnya.

Analisa medis seperti itu bisa beraneka macam. Sebagai orang beriman, peristiwa ini lebih tepat bila dipandang sebagai peristiwa spiritual. Beliau meninggal setelah mencukur rambut. Sudah gagah dan bersih, barulah kembali kepada-Nya.

Pengalaman ini sungguh indah bila dipandang dari kacamata iman. Tuhan memanggil kembali anak-Nya dalam keadaan yang gagah sehabis cukur rambut. Sudah pasti, tempat yang layak di sisi kanan menjadi ganjarannya. Beliau sudah berbuat banyak hal baik selama di dunia.

Meskipun begitu, kepergian beliau tetap meninggalkan duka. Setelah mendapatkan kabar duka semalam, saya selalu membayangkan beliau. Saya kembali mengenang saat beliau mengajar, saat berpapasan di jalan, saat bertemu di padang sedang menggembalakan sapi, dan masih banyak lagi.

Ahh.., Bapak guru..., saya rindu dengan kenangan itu.

Selamat Jalan Bapak Guru...

Terakhir kali saya berpapasan langsung dengan beliau, kurang lebih setahun yang lalu. Saat itu saya sudah kuliah dan mulai bekerja. Beliau datang ke rumah kami, dalam rangka memberi dukungan kakak saya yang akan menikah.

Saya langsung menyalami beliau, ketika baru saja sampai di rumah. Dia tersenyum ramah. Sesekali beliau mengeluarkan joke-joke segar yang membuat kami semua terbahak-bahak.

Satu momen yang sangat mengesankan saat itu. Beliau bicara dengan mimik serius. Dia mengatakan kurang lebih seperti ini: “Kami sebagai guru sangat bangga, kalau anak didik kami bisa sukses seperti kamu dan beberapa teman lain. Kalau kamu sukses, sebenarnya kami sebagai guru inilah yang lebih sukses”.

Saya tersenyum saja saat itu sambil mengamini pernyataaan beliau. Dalam benak saya berpikir, kalimat itu sudah sangat jelas menunjukkan kualitasnya sebagai guru sejati. Itulah kalimat hebat yang pernah saya dengar langsung dari beliau.

***
Pertemuan itu, ternyata menjadi pertemuan terakhir kami. Selamat jalan Bapak Guru Sejati. Terima kasih telah mengajarkan kami dasar-dasar kehidupan ini. Terima kasih dedikasi-mu untuk kampung dan SDI Pela. Saya dan kami semua, sangat menghargainya. Salam hormat dari kami guru. Biarlah Tuhan yang membalas semua kebaikan-mu.

Kami juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberikan Ketabahan. Turut berduka buat Ibu Ti; Kae Ino,Sek.; Teman Hans Modho , Sek.,; Ase Ratno (Etno Suryatno Tomai) , Sek., dan Enu Sari (ENnu Oktavia). Teriring salam dan doa....

(Keterangan: Foto diambil dari FB Etno Suryatno Tomai)

Posting Komentar

0 Komentar