Berkumis Sejak SD

Foto bersama Pak Ruben, Camat Fatuleu - Kab.Kupang.
Saat memandu acara pembukaan praktik kerja nyata (PKN) Keperawatan Komunitas Mahasiswa/i Akper Maranatha Kupang yang dilaksanakan hari ini di kantor Desa Tolnaku, saya agak khawatir begitu melihat Bapak Camat Fatuleu.

Saya berusaha untuk tidak salah ucap atau bertingkah yang dapat menyinggung beliau. Melihat kumisnya yang tebal, kesan pertama yang saya rasakan, beliau agak galak. Bahaya kalau sampai marah-marah.

Begitu diberi kesempatan berbicara atau memberi kata sambutan, ternyata apa yang saya bayangkan itu salah semuanya. Meskipun suaranya agak keras, beliau ternyata banyak memberikan joke-joke yang membuat mahasiswa dan warga Tolnaku terbahak-bahak. Saya pun sangat menikmatinya.

Semua yang disampaikan beliau sangat menarik, tapi ada beberapa hal yang saya ceritakan ulang di sini.

Namanya Pak Ruben, berasal dari Sabu dan saat ini sudah 2 tahun menjalani tugas sebagai Camat Fatuleu, Kabupaten Kupang. Beliau bercerita, pada masa beliau masih anak-anak, sekolah belum banyak dan tidak semudah sekarang.

Akibatnya, beliau baru masuk SD saat berusia sekitar 15 tahun. "Kumis sudah tumbuh baru masuk SD", katanya disambut tawa hadirin. Meski begitu, dirinya tetap semangat belajar. Entah benar atau tidak, beliau juga mengaku terpaksa beri keterangan palsu soal umur agar tetap diterima di sekolah.

Kepada warga Tolnaku dan Fatuleu pada umumnya, beliau memberi motivasi soal pentingnya pendidikan. Seperti dirinya, dulu berani merantau ke Kupang untuk melanjutkan sekolah. Orang tua berkorban menjual beberapa ekor sapi peliharaan untuk biaya sekolah.

"Tidak usah terlalu sayang binatang, sedangkan anak-anak kita tidak sekolah karena masalah biaya. Jual satu - dua ekor sapi, supaya anak bisa kuliah. Pendidikan penting untuk kehidupan yang lebih baik", terang beliau dengan penuh semangat.

Itulah bagian yang paling saya sukai dari kata sambutannya. Saya berpikir, cara berpikir pemimpin wilayah seperti ini sangat bagus dan visioner. Kalau setiap bertemu warga selalu memotivasi akan pentingnya pendidikan, bukan tidak mungkin, 5-10 tahun yang akan datang sudah banyak warga yang berkualitas sebagai pelaku atau pencetus kemajuan daerahnya.

Memang kita akui, kesuksesan tidak semata-mata ditentukan lewat sekolah atau banyaknya gelar pendidikan. Namun, lewat sekolah kita akan terbentuk menjadi seorang pembelajar sejati.

Seorang pembelajar akan terus belajar kapanpun, di manapun dan dengan siapapun untuk meningkatkan kualitas dirinya. Pembelajar tidak hanya belajar saat di lingkungan formal seperti sekolah atau lembaga kursus. Pembelajar akan belajar sepanjang waktu.

Saya yakin, semua sepakat kalau sifat pembelajar itulah penentu kehidupan yang sukses. Asalkan mau belajar, semuanya mudah dan mungkin.

Saat acara berakhir, saya langsung mendekati beliau untuk foto bersama. Saya senang berfoto dengan orang yang punya pemikiran yang maju seperti beliau. Semoga foto ini juga memungkinkan aura kesuksesan beliau, secara perlahan berpindah kepada saya. Termasuk dengan kumisnya pun, tidak apa-apa, hehehe...

Posting Komentar

0 Komentar