Ganda Obat

Setiap Informasi Perlu Cek Kebenarannya (Dok. Pribadi)
Kemarin sore saya bertandang ke kontrakan Boros. Saya sudah kangen, cukup lama kami tidak bertemu. Rasanya ada yang kurang kalau tidak berbincang dengannya dalam seminggu.

Inginnya ngobrol berdua dengan Boros, ada banyak hal yang ingin saya konsultasikan. Namun saya kurang beruntung, di sana sudah berkumpul banyak orang. Rupanya Boros sudah menjadi pusat konsultasi semua orang, atau orang-orang itu hanya 'modus' untuk mendapatkan kopi gratis ? Entahlah...

Saya pun tidak jadi curhat, dan berubah menjadi pendengar saja. Seorang bapak yang sekiranya berumur di atas 50 tahun, berbadan gemuk, rambut kepala sudah terlihat jarang (hampir botak), mengaku sebagai tetangganya Boros, dengan mimik serius menceritakan masalahnya. Saya pun tertarik mendengarkannya. Meskipun dia lebih fokus pada seorang bapak yang lain, dimana usianya lebih tua (sekitar 70 tahun) tapi terlihat tetap bersemangat, tubuhnya ramping dan tetap lincah bergerak.

Biar mudah dipahami, Bapak yang pertama tadi kita sebut saja: Pabot, sedangkan Bapa yang kedua kita sebut dengan: Param.

"Bapa, saya ini ada sakit lah...", keluh Pabot dengan wajah memelas kepada Param.

"Ko Bapa sakit apa ?" tanya Param.

"Waduh Bapa, beta ada darah tingggi dan asam urat juga neh."

"Itu gampang sah. Ko itu hari saya punya adik ipar, minum satu paket suplemen dari C-Lonk (sensored: itu bukan nama sebenarnya), darah tinggi dan asam urat langsung sembuh".

"Wah, betul itu ko Bapa ?", Pabot bertanya dengan wajah lebih sumringah dari sebelumnya. Tampak banyak pancaran harapan dari sorot matanya.

"Ko bapa bisa sonde percaya beta neh ? Itu beta lihat langsung di adik ipar sendiri na".

"Obatnya apa, Bapa ?" tanya Pabot tidak sabar.

"Begini Bapa, nanti daftar dulu jadi saya punya anggota di C-lonk. Selanjutnya, bapa tinggal beli satu paket suplemen untuk 3 bulan. Bapa percaya saja, pasti kelihatan hasilnya", Param jelaskan dengan mimik yang sangat meyakinkan.

"Tapi, sonde ada efek samping ko, Bapa ?", Pabot tampak belum puas dengan penjelasan Param.

"Sonde usah takut dan sonde usah ragu, tidak ada efek samping. Ko ini bukan obat seperti di RS, ini hanya suplemen saja. Jadi aman sa...".

"Bapa, itu suplemen bisa sembuhkan darah tinggi, ko ?", saya pun akhirnya ikut bertanya.

"Aduh anak e, sembuh total. Jangankan darah tinggi, semua penyakit yang dokter bilang harus operasi, ternyata bisa sembuh tanpa operasi. Misalnya katarak. Cukup kita teteskan obat dari produk tadi, langsung bersih dan mata bisa terang kembali. Ko beta punya mama mantu itu hari begitu na. Sampe sekarang aman-aman saja", Param jelaskan dengan semangat.

Saya tidak bantah, hanya mengeryitkan dahi, berusaha mencerna apa yang telah dijelaskan Param. Lalu saya menoleh ke arah Boros, dia hanya mengedipkan mata berkali-kali. Kedipan itu mengandung banyak makna. Saya pun pamit duluan, berpura-pura kalau istri sudah menyuruh untuk pulang. Mereka pun memahami itu.

Sepanjang perjalanan pulang, pikiran saya berkecamuk. Banyak hal yang terlintas di kepala terkait apa yang saya dengar tadi. Dalam benak saya berpikir: "Ternyata apa yang saya pelajari selama ini sebagai perawat, banyak salahnya jika dipadukan dengan informasi Pak Param tadi. Hal yang saya tahu, hipertensi atau darah tinggi belum ada obat atau metode yang bisa menyembuhkannya. Saat ini, obat dan berbagai metode terapi hanya untuk mengontrol tekanan darah agar selalu dalam rentangan yang normal. Begitu obat atau metode itu tidak diterapkan, maka darah tinggi bisa tidak terkontrol lagi".

Berbagai pertanyaan skeptis, muncul dalam benak saya.

"Kalau misalnya obat atau Pak Param lebih suka menyebutnya sebagai suplemen itu terbukti bisa menyembuhkan penyakit seperti hipertensi, kenapa pemerintah (Kementerian kesehatan) tidak mengakomodir suplemen tersebut sebagai obat utama di seluruh fasilitas kesehatan yang ada ? Kenapa obat/ suplemen -yang katanya- super berkhasiat itu hanya dijual oleh sales dengan metode MLM ?. Kenapa ? Masa pemerintah tidak mau menggunakan metode yang terbaik ???"

Setelah cukup lama berkontemplasi, saya pun menemukan dua metode pengobatan yang sering terjadi di sekitar kita. Tulisan ini hasil pengamatan pribadi, sangat subjektif, sehingga Anda boleh membantah kalau tidak setuju.

Pertama, metode pengobatan moderen seperti yang kita lihat di seluruh fasilitas kesehatan resmi (terakreditasi oleh pemerintah atau lembaga independen yang berwenang). Di sana, semua obat atau metode pengobatan merupakan hasil penelitian yang serius. Suatu metode diteliti, lalu hasilnya dipaparkan kepada ahli bidang tersebut. Para ahli mulai mendiskusikan sangat detail. Kalau masih ditemukan kekurangan atau keraguan, maka harus diteliti ulang. Bila perlu diteliti oleh banyak ahli untuk menghindari subjektivitas. Jadi, prosesnya kurang lebih seperti ini: teliti - diskusi: masih ragu ? - teliti lagi - diskusi: masih ragu - teliti lagi - diskusi: masih ragu ?....dst., sampai betul-betul yakin bermanfaat dan aman bagi pengguna, barulah diterapkan.

Jadi, bisa dibilang sangat terpercaya dan aman. Nah, meski mereka sudah menerapkan hasil penelitian dalam pengobatan pasien, lantas tidak gegabah mengatakan: "Semua pasien dengan sakit apa saja, bisa kami sembuhkan". Malahan kepada setiap pasien mereka katakan, "Kami berusaha memberi perawatan atau pengobatan terbaik, selebihnya kita meminta rahmat pada Tuhan". Mereka tidak pernah menjanjikan apapun.

Kedua, metode pengobatan..........., apa ya namanya ?, ah sudahlah, kita namakan saja: buram. Sengaja kita sebut begitu karena kurang jelas asal-usulnya, tapi sangat jelas dalam janji hasilnya. Nama yang mereka gunakan sangat bervasiasi, seperti pengobatan alternatif dari gua hantu, dsb.

Nah, metode buram itu justru memberi janji yang sangat menggiurkan. Janjinya kurang lebih seperti berikut ini:

"Sembuh tanpa obat"
"Sembuh total"
"Sembuh tanpa operasi"
"Langsung sembuh"
"Langsung kurus"
"Langsung kinclong"
Kalau yang lemah syahwat: "Langsung berdiri"
"Langsung punya keturunan"

Masih banyak lagi janji lainnya. Tolong bantu tambahkan di kolom komentar kalau Anda pernah mendengar atau membaca juga. Lelah saya memikirkan dan menulis semua janji-janji itu.

Sekarang, silakan Anda berpikir baik-baik. Bila perlu diawali dengan berdoa dan meditasi agar berpikir lebih jernih. Masa cuman Cak Lontong yang bisa #mikir dan #berpikirjernih, terus kita tidak bisa sama sekali ? Apa kata Sule dan Andre nantinya ???

***
Kalau di Manggarai, metode pengobatan buram di atas dinamakan "Ganda Obat". Ganda obat itu bukan berarti bisa memperbanyak atau menggandakan suatu obat. Bukan itu maknanya.

Ganda itu kurang lebih berarti berbicara banyak, tapi isinya sangat diragukan, alias bullshit, alias omong kosong, alias tipu-tipu. Konon, di Manggarai sering ada orang yang berprofesi sebagai: "Tukang Ganda Obat".

Ternyata, profesi itu masih abadi hingga kini. Kita tidak bisa menghilangkannya. Kita hanya bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat. Mikir sebelum bertindak.
Sebelum tidur semalam, saya mengirim SMS ke Boros begini:

"Bro, tolong buat janji dengan Pak Pabot, beta mau bicara empat mata".

Posting Komentar

0 Komentar