Fingerspot


Mesin absensi (Fingerspot)
Kalau kita mengikuti beberapa penemuan terdahulu, namanya disesuaikan dengan nama sang penemu. Misalnya alat foto rongent (baca: ronsen) atau foto X-ray, ditemukan oleh sepsang suami - istri yang sama-sama memiliki nama belakang: Rongent. Banyak pula hasil penemuan lain yang menggunakan nama penemunya. Silakan cari sendiri kalau ingin tahu !

Kalau pola seperti itu berlaku pada gambar yang saya upload, maka mungkin saja penemunya bernama Fingerspot. Karena kata / nama itulah yang tertulis pada badan alat tersebut. Kalau mau tahu penemu aslinya, tolong bantu cari ya, kalau dapat langsung komentar di bawah.

Saya belum cari tahu secara serius siapa penemu atau pembuat alat ini pertama kali. Anggap saja namanya Fingerspot. Saya mengira, saat pertama kali membuat àlat ini, Fingerspot dielu-elukan banyak orang. Bagaimana tidak, alat ini menjadi solusi bagi karyawan yang kurang disiplin masuk kerja. Semua pemilik usaha merasa terbantu dengan alat tersebut.

Fingerspot pun langsung mendaftarkan temuannya untuk dapatkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) agar tidak ditiru atau diakui sebagai temuan orang lain. Ďia pun menerima royalti dari perusahaan yang memproduksi dan menjual barang hasil buatannya tadi.

Saya yakin, si Fingerspot sudah hidup nyaman. Dia memiliki pasive income yang stabil. Dia juga pastinya merasa bangga karena telah menghasilkan karya bagi banyak orang. Mungkin juga dia berpikir, "penemuan saya sunggguh mulia, karena mampu membentuk manusia lain menjadi lebih disiplin".

Tapi..., pernahkah si Fingerspot memikirkan dampak lainnya ?

Berikut ini merupakan efek lain -yang mungkin saja- tidak terpikirkan oleh Fingerspot saat awal pembuatannya. Apa yang saya tulis merupakan hasil observasi pribadi. Jadi, tulisan ini sangat subjektif. Tidak perlu tersinggung, ya ?!

Pertama, setiap kali karyawan datang maupun pulang dari tempat kerja, selalu mencari keberadaan Fingerspot. Tidak peduli lagi untuk menyapa orang saat berpapasan. Cuek saja dulu dengan orang lain agar segera tiba di Fingerspot. Sebab kalau terlambat, bisa-bisa gaji atau tunjangan yang jumlahnya tidak seberapa, harus dipotong sebagai sanksinya.

Kedua, kadang membuat orang telihat kurang waras. Setiap kali orang scan jarinya di Fingerspot, maka akan terdengar suara: "Terima kasih". Lalu, kita pun ikut bicara pada mesin: "Sama-sama" atau "terima kasih juga". Bicara dengan benda mati mengindikasikan terjadi halusinasi.

Ketiga, alat itu membuat karyawan fokus pada absensi, bukan lagi pada produktivitas. Gejalanya seperti ini: karyawan tersebut datang lebih awal dari jam kerja, lalu pulang ke rumah, jalan-jalan, atau berleha-leha di kantin. Begitu sudah mendekati jam pulang, dia datang lagi ke Fingerspot untuk absensi pulang. Masalah absensi beres. Kalau soal produktivitas mah, itu urusan atasan atau pemilik usaha. Hellow...?

Kelima, orang yang dipercayai sebagai operator Fingerspot ini dapat berbuat curang. Dia bisa mengatur jam masuk dan jam kekuar sesukannya atau sesuai kebutuhan. Jadi, karyawan cukup berbaik hati dengan operator (sogok) saja agar jam hadir kerja sesuai ketentuan. 

Keenam, paling berbahaya. Ada yang punya ide, jari tanganya yang biasa digunakan saat scan di Fingerspot, lebih baik dipotong dan diawetkan, lalu dititip sama teman yang rajin. Jadi, tidak perlu hadir secara utuh di tempat kerja, cukup mengutus jari tangan saja. Masalah absensi sudah teratasi.

Itulah gambaran yang terjadi paska adanya Fingerspot di berbagai tempat kerja, yang mungkin belum diketahui atau tidak terpikirkan oleh penemu barang tersebut. 

Meski begitu, kita tetap bersyukur dengan keberadaan Fingerspot. Sebab, dengan begitu pola tingkat kita semakin bervariasi. Fingerspot berhasil membentuk perilaku-perilaku baru manusia. Terima kasih Fingerspot....

"Eitsss..., sabar !!! Jangan buru-buru hentikan ceritanya. Bagian keempat tidak ada. Apakah bagian yang keempat ?"

Oh iya ya...., saya lupa memasukan bagian keempat. Bagian keempat membuat kita lupa. Maksudnya, gara-gara ingat absensi yang kurang pada Fingerspot, pikiran kita tidak fokus. Dampaknya, kita sering lupa pada hal-hal penting lainnya. Sudah ya..., semoga tidak mudah lupa lagi.

Posting Komentar

0 Komentar