#BetaSudah28

Tampilan Cover Buku 'Desain Jiwa' dan Sunset di Bukit Baumata
 Inginya tidak tumbuh dewasa. Awet seperti anak-anak. Butuh sesuatu, tinggal merengek. Kalau tidak dipenuhi juga, pakai teknik ngambek, lama-lama akan luluh juga. Rasanya semua berjalan begitu mudah.

Tapi, itu tidak mungkin terjadi. Waktu terus berputar. Mentari terbit dan terbenam pada saatnya. Siklusnya terus berjalan. Kita pun tidak mungkin bisa statis. Kita bertambah tua seiring perjalanan waktu. Perubahan fisik sebagai salah satu penunjuk usia juga ikut berubah.

Bagaimana mungkin kita terus bermain kelereng, sementara kumis bertumbuh hampir 3 kali sehari. Subur dan menyebar hampir menutup muka. Malu sama kumis.

Karenanya, banyak yang berharap, penambahan usia diikuti dengan peningkatan level kedewasaan. Menjadi dewasa butuh usaha-usaha yang serius untuk mendapatkannya. Tidak bisa secara otomatis sebagaimana usia dan perubahan fisik yang selalu bertambah.

Kabar baiknya, saat #BetaSudah28 tahun sekarang ini, secara kebetulan dipertemukan dengan buku bagus, ‘Desain Jiwa’ karya Domi K Dheo. (Cover bukunya seperti yang terlihat di foto).

Saat merayakan ulang tahun kemarin (22 April), saya lakukan hal-hal sederhana. Saya bolos kerja hanya untuk berdiam diri di rumah. Momen  ‘me time’ ini saya gunakan untuk berdoa, berkontemplasi atau merenungi hidup yang telah lewat dan harapan masa mendatang, serta tidur-tiduran sambil membaca buku tadi.

Secara garis besar, buku tersebut membahas tentang kejiwaan. Dijelaskan bahwa, manusia terbentuk oleh 3 komponen utama yaitu tubuh, jiwa dan roh. Agar bisa menjadi pribadi yang unggul, ketiga komponen tersebut perlu dirawat terus menerus dan harus disinkronkan perannya. Bila itu berhasil dilakukan, kita bisa menjadi pribadi yang tercerahkan dan utuh sebagai manusia. Berintegritas.

Fokus utama pembahasan buku tersebut hanya soal merawat jiwa. Ternyata jiwa kita bisa didesain sesuai keinginan. Ada berbagai teknik desain jiiwa yang tertulis di sana. Semuanya bisa kita praktikkan untuk menghasilkan jiwa yang sehat.

Jiwa yang sehat ternyata berdampak besar. Meskipun jiwa itu tidak tampak wujudnya, tapi efeknya bisa diamati dan dipelajari. Jiwa yang terawat dengan baik akan mempengaruhi perilaku, mental dan fisik seseorang yang baik pula. Kalau dulu ada ungkapan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”, kini dibalikkan oleh penulis buku tersebut menjadi “Dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang sehat (In mente sano, corpus sano)”.

Menyadari betapa besarnya dampak jiwa tersebut, saya menduga, kedewasaan yang telah disinggung sebelumnya, dapat pula ditingkatkan lewat desain jiwa. Desain jiwa yang baik, akan terlihat dari tingkat kedewasaan seseorang.

Dengan demikian, keresahan saya akan kedewasaan sudah ditemukan jalan keluarnya. Saya bersyukur bisa membaca buku tersebut di awal usia 28 tahun. Selanjutnya tinggal dipraktikkan agar pertambahan usia selalu diikuti peningkatan level kedewasaan. Saya sadar kedewasaan itu bukan hadiah, melainkan rahmat yang harus diperjuangkan.


Dibalik sungut-sungut tidak jelas di atas, saya sangat mensyukuri setiap momen ulang tahun. Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi rahmat yang terbaik.

Terima kasih atas alam beserta segala isinya termasuk Anda sekalian yang sudah memberikan ucapan dan doa-doa yang baik. Semoga kita selalu diberkati dan menjadi mahkluk yang selalu berbahagia.

Saya juga bersyukur, hari ulang tahun saya didahului dan diikuti momen spesial. Sehari sebelum ulang tahun (21 April), kita merayakan hari Kartini, dimana sangat terkenal dengan quote “Habis gelap, terbitlah terang”. Itu artinya, setelah “terang”, lahirlah saya pada 22 April dalam suasana yang sudah terang. Pada saat yang sama, kita juga merayakan hari bumi tempat saya dan kita semua berpijak. Selanjutnya hari ini (23 April), kita merayakan hari buku Internasional, yang tentunya kita rayakan dengan banyak membaca. Rentetan peristiwa itu memberi kesan yang sangat spesial. Saya lahir di bumi yang sudah “terang” dan telah disediakan banyak buku. Sungguh, inilah sebuah cocokologi yang sangat menakjubkan.



Posting Komentar

0 Komentar