TONGKRONGAN BAPAK-BAPAK BLOK Y


Nongkrong sambil mendengarkan radio
Hari Sabtu-Minggu, waktunya ngobrol bersama tetangga. Sudah menjadi kebiasaan, meski hanya duduk di tembok pematas jalan. Kami buatkan kopi secara bergilir untuk dinikmati bersama. Sejauh yang kami pantau, kebiasaan ini hanya terjadi di RSS Baumata Blok atau Gang Y. Selain ngobrol, kami juga biasa mendengarkan radio. Media yang selalu menyediakan informasi dan hiburan.

Pagi ini kami mendengarkan Rri Kupang yang sedang siaran langsung peringatan Hari TB sedunia tingkat Prov. NTT. Hari TB (Tuberkulosis) sedunia semestinya dilaksanakan kemarin 24 Maret. Entah mengapa, kegiatan puncaknya baru dilaksanakan hari ini di NTT. Mungkin panitia ingin melibatkan banyak partisipasi masyarakat, sehingga dilaksanakan bersamaan kegiatan Car Free Day di seputaran Elatari I, yang rutin dilaksanakan tiap hari Sabtu.

Tidak diketahui jelas apa saja kegiatan yang dilakukan pada CFD kali ini yang berkaitan dengan Hari TB sedunia. Siaran langsung dari radio hanya menyiarkan dialog interaktif terkait masalah TB, khususnya yang terjadi di NTT, dan lebih khusus lagi di Kota Kupang.

Narasumber yang hadir juga sangat representatif, ada Kepala Dinkes Prov. NTT, utusan dari Sekda Prov NTT, dokter spesialis penyakit dalam, koordinator program TB di Puskesmas Sikumana, dan pasien yang berhasil sembuh dari TB.

Sepanjang siaran, kami tidak banyak ngobrol. Lebih banyak mendengarkan sambil seruput kopi panas yang nikmatnya luar biasa. Sesekali berkomentar singkat, misalnya: "Oh, begitu e.....". Semua informasi yang kami dengar tentu saja sangat bermanfaat, biar bisa mencegah atau melakukan penanganan yang benar bila dihadapkan pada masalah TB.

Mungkin diantara sahabat FB, belum sempat mendengar siaran tersebut, tidak perlu khawatir. Saya berusaha menyaripatikan lewat catatan ini, sehingga Anda juga bisa tahu. Memang, tidak semua informasi bisa diceritakan kembali secara persis. Tapi paling tidak, inti pembicaraannya masih sama.

Moderator acara mengingatkan, kalau kita di Indoensia menduduki urutan kedua dalam hal penderita TB. Informasi tersebut dilansir oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Suatu peringkat yang tentu tidak perlu dibanggakan.

Kepala Dinkes NTT menceritakan kondisi di NTT, penderita TB terus meningkat. Laporan gerakan "Ketuk Pintu" dari 9 ribu rumah yang dikunjungi secara aktif oleh petugas kesehatan, ditemukan 140 kasus TB. Kalau ditelusuri semua, angkanya dipastikan terus meningkat.

Pengelola program TB di Puskemas Sikumana, mengisahkan suka-duka melayani pasien TB. Ada pasien yang responsif dengan informasi tentang pengobatan TB, sehingga pengobatan rutin hingga tuntas dan bisa sembuh. Ada pula pasien yang enggan berobat rutin, bahkan tidak ada kabar mengenai keberadaannya. Pasien yang gagal berobat (tidak tuntas) inilah yang justru mendatangkan persoalan baru, dimana kuman TB itu sudah kebal dengan obat (antibiotik lini pertama). Kondisi tersebut dinamakan TB MDR (Multi Drugs Ressistance), kuman TB sudah kebal tehadap banyak obat. Jadi, pengobatannya semakin rumit.

Pasien yang berhasil sembuh juga mengisahkan perjalanan sakit yang dialaminya. Dia mangaku, dulu pertama kali sakit gejalanya batuk-batuk; sering berkeringat dingin meskipun tidak berkativitas malam hari, dan badan semakin hari semakin kurus. Dia langsung ke Puskemas Sikumana untuk diperiksa, dan akhirnya dinyatakan positif TB. Dia kemudian memutuskan ikut pengobatan selama 6 bulan yang disediakan gratis, sehingga sekarang bisa sembuh.

Berbagai pertanyaan dan jawaban selama dialog berlangsung, juga memberi banyak informasi yang sangat penting. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan yang berkaitan dengan TB:

Pertama, kuman TB selalu berada di sekitar kita. Dia akan menyerang bila pertahanan tubuh lemah. Makanya kita perlu menjaga kesehatan, dengan makanan yang bernutrisi, olahraga, dan istirahat yang cukup. Jangan lupa, lingkungan juga dipertahankan tetap bersih.

Kedua, jika Anda atau keluarga mengalami batuk lebih dari seminggu, sebaiknya pergi di puskesmas untuk periksa dahaknya. Lebih cepat, lebih baik. Jangan tunggu kondisi parah baru antar. Kalau sudah batuk-batuk, itu bukan karena suanggi / leu-leu / mbeko, dsb.

Ketiga, kalau misalnya terkena TB, tidak usah takut serta tidak perlu minder atau malu. Ingat, kumat TB itu bisa diobati. Asalkan mau berobat rutin saja, dan bila ada masalah segera konsultasi sama petugas di puskesmas, bisa dipatikan akan sembuh. Sebagai teman atau tetangga, kita juga perlu mendukung penderita TB. Bukan malah menguncilkan atau mengolok-olok dirinya.

Keempat, jangan lupa membawa anak-anak ke posyandu agar sejak dini sudah diberikan BCG. Inilah salah satu pencegahan dini agar generasi kita selanjutnya lebih kebal terhadap serangan kuman Tb.

Kelima, kita berupaya tidak terkena langsung percikan batuk atau bersin dari orang di sekitar kita. Pakai masker, lebih baik. Perlu diingat pakai masker bukan untuk gaya-gayaan. Masker dimaksudkan untuk menutup lubang hidung dan mulut. Tidak benar kalau masker hanya menutup mulut, apalagi kalau hanya menutupi leher. Selain itu, jangan sampai maskernya dipakai secara bergantian. Sekali pakai dalam menjalankan aktivitas, kalau sudah dibuka, ya langsung buang ke tempat sampah.

Itu saja yang bisa saya saripatikan buat Anda. Kiranya kita semua dapat memahami dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Syukur lagi kalau bisa berbagi kepada yang lain. Salam dari kami, bapak-bapak nongkrong RSS Baumata, Blok Y.

Posting Komentar

0 Komentar