Setelah cukup lama tidak bertandang di tempat saya, sore ini Boros kembali nongol. Kali ini, dia tidak seorang diri. Ada seorang pemuda yang seusia dengannya. Sepintas dilihat, keduanya cocok bersahabat akrab.
Begitu mereka duduk, saya langsung menyalami teman Boros sambil menyebutkan nama. Dia membalas, "Beta Arak, Kaka...".
"Maaf..", saya coba memastikan lagi. "Ia kaka, beta su biasa dipanggil Arak oleh kawan-kawan".
Saya berusaha tersenyum setelah cukup lama ternganga. Boros langsung menyerobot, "Tidak usah heran Bro, sekarang nama panggilan itu mesti keren sedikit. Bosan juga kalau pakai nama: Mateus, Markus, Lukas, Yohanes, dsb. Ini sudah zaman kemajuan segala bidang. Kayaknya kaka punya nama panggilan juga perlu diganti".
Kami bertiga tertawa sejenak. Saya tidak peduli, itulah gaya-gaya pembicaraan kalau bersama Boros. Kemudian, saya memberi kode khusus kepada Boros, agar ke dapur untuk menyeduh kopi. Boros bergegas tanpa komentar apa-apa.
Sementara itu saya coba perhatikan Arak -temannya Boros tadi-, lebih detail. Perawakannya scara umum mirip dengan Boros. Benar kata orang bijak, orang baik akan berkumpul dengan orang baik pula.
Arak bertubuh kurus dan tinggi. Tampak sekali tulang rahangnya di pipinya yang tirus. Potongan rambutnya juga terbilang unik. Bagian samping kiri dan kanan rambutnya sangat tipis, sementara bagian atas dibiarkan panjang. Rambut kerinting yang tampaknya telah direbonding dan diberi warna pirang itu berdiri tegak. Mirip bulu landak disaat menghadapi musuh. Ada dua anting berwarna perak di daun telinga kiri. Pada punggung tangan kanan terlihat ada ada tatto salib.
Saya masih canggung mengajak Arak untuk bicara. Apalagi dia seriang sibuk melihat layar hp-nya. Beruntung Boros segera masuk membawa tiga gelas berisi kopi, masing-masing kami dapat satu. Nah, kehadiran Boros itulah yang membuat suasana kembali mencair. Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari persoalan pilkada, berpindah pada masalah kuliah, dan tidak lupa membicarakan cewek atau masalah cinta. Tapi tidak serius. Kami hanya mengomentari hal-hal yang menarik untuk ditertawakan. Riuh-rendah tawa kami memecah di ruang tamu yang berukuran sempit. Sampai-sampai yang sedang lewat di depan rumah, tampak menoleh perhatikan kami.
"Beta stress dengan satu cewek" Arak mulai bercerita setelah sejak tadi setia mendengarkan Boros dan saya. Kami mendegarkan dengan serius. Arak meneruskan, "Itu cewek beta su PDKT lama, sudah semenjak awal masuk kuliah. Beta selalu berusaha menarik perhatiannya. Kalau dia butuh bantuan, beta tawarkan diri untuk menolong jika memungkinkan. Jujur saja, beta hanya punya modal rajin dan tenaga yang kuat untuk disuruh apa saja".
Arak berhenting sejenak, menyeruput kopi bebrapa kali. "Terus dolo", Boros mendesak.
"Karena su lama dekat, beta akhirnya nekat mau katakan cinta", Arak meneruskan ceritanya. "Tapi, beta sonde sanggup katakan langsung. Beta rasa geli kalo omong langsung. Akhirnya beta ungkap cinta lewat sms".
"Terus-terus...", saya semakin penasaran.
"Beta ketik kalimat seromantis mungkin", Arak bercerita lebih lanjut, "Kemudian segera kirim. Setelah itu beta tunggu nada nasional khas hp Nokia. Beta was-was terus, tunggu balasan dari dia. Mungkin selang 5 menit, beta pung berbunyi. Beta pung jantung seperti mau copot. Beta buka itu sms, langsung loyo, ternyata Collect SMS".
Kami tertawa meledak. "Terus-terus....?!".
"Karena beta penasaran dengan jawabannya, terpaksa membalas YES", Lanjut Arak, "habis itu, beta tungggu sms yang tertunda itu. 5 menit berlalu, sonde ada sms masuk juga. 10 menit kemudian, hp tetap sepi. Beta semakin tidak tenang. Beta cek pulsa, ternyata nol rupiah. Sial apa e.....?"
Lagi-lagi kami tertawa dengan ekspresi kecewanya Arak. Tidak patut untuk diempati, malah buat tertawa.
Meski begitu, Arak tetap semangat bercerita. Tampaknya di juga turut bahagia bisa curhat dengan suasana gembira.
"Beta mau isi pulsa", Arak kembali bercerita, "tapi pas lagi kere waktu itu. Beta cari Boros buat pinjam uang, tapi sonde ketemu. Beta kebingungan, takut kalau waktu untuk konfirmasi Collect SMS tadi terlewati. Sementara bingung begitu, beta pung hp berbunyi. Ada telepon dari cewek yang beta incar. Beta langsung ke kamar mandi, biar dapatkan suasana yang tenang. Begitu beta terima, terdengar suara cewek, katanya...'telpon ini dibebakan kepada Anda. Kalau setuju, tekan 1...'. Beta rasa lemas memang".
Saya dan Boros terpingkal-pingkal. Arak tidak peduli, dan terus bercerita, "Setelah itu beta ke kamar kos sebelah, teman-teman sedang minum arak. Saya coba memohon pinjam uang, semua mengaku sonde ada uang. Karena stres, beta ikut minum arak. Mabuk. Begitu agak sadar, ada sms kalau Collect sms tadi sudah lewat waktunya untuk dikonfirmasi. Sejak itu, beta belum ketemu lagi sama cewek tadi. Sonde pernah tanya lewat sms juga. Entah apa jawabannya ?".
Setelah sekali mendengar Arak bercerita, saya semakin yakin, dia sangat cocok bersahabat dengan Boros. Boros juga tampak bahagia dengan Arak. Saya jadi mengerti alasan Boros yang jarang nongol ke rumah. Tidak apa-apa, asalkan mereka bahagia.
(Diambil dari catatab Facebook tgl 19 Feb 2017)
0 Komentar