Cerita Pak Gubernur

Gubernur NTT saat memberi sambutan dalam acara pelantikan IKMR

Foto di atas saya ambil saat acara pelantikan badan pengurus Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kota Kupang, 9 April lalu, di GOR Oepoi. 

Ini moment pertama saya meghadiri acara akbar orang Manggarai di Kota Kupang. Kesannya luar biasa. Ternyata ada begitu banyak orang Manggarai yang kini menjadi warga Kota Kupang. Pada umumnya sudah menunjukkan eksistensi yang baik sesuai profesi masing-masing. Mulai dari mahasiswa/i, ada yang menjadi guru, dosen, pimpinan SKPD, DPR, hingga pejabat daerah, dll.


Sudah, saya tidak membahas secara detail tentang acara pelantikan tersebut, maupun informasi tentang IKMR. Soalnya, ada banyak rangkaian acara yang dilakukan. Saya akan lelah kalau menceritakan semuanya, lalu Anda pun jenuh dan malam membacanya.

Saya hanya menceritakan satu hal yang menarik dari sekian banyak momen yang menarik dan penting lainnya. Saat itu acara dihadiri Bapak Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dan diberi kesempatan memberikan sambutan. Setiap kali saya mendengar beliau memberi sambutan, selalu diakhiri sebuah cerita. Nah, cerita dari Pak Gubernur itulah yang ingin saya bagikan sekarang, dengan penggubahan seperlunya. Inti ceritanya, tetap sama. Beliau memberi judul ceritanya, "Dua Boss Besar".
***
Pada satu kesempatan, berjumpalah dua orang boss besar. Boss besar yang dimaksud, bukan soal ukuran badannya yang besar, tapi soal kekayaannya yang berlimpah dan bisnis mereka yang berskala besar. Keduanya membicarakan banyak hal. Bisnis, politik, keluarga, hiburan, dan sebagainya.

Setelah pembicaraan serius, mereka pindah ke restoran. Memesan kopi dan penganan kesukaan masing-masing. Alunan musik yang lembut menemani suasana mereka bersantai. "Presssttt", bunyi semprotan pengarum ruangan, diikuti aroma yang memungkinkan orang lebih rileks. Keduanya tampak congkak. Duduk leyeh di sofa empuk, kaki dinaikkan di atas meja. Sesekali terdengar keduanya tertawa pongah.

Keduanya duduk menghadap ke arah luar restoran, dimana dindingnya berupa kaca transparan. Memungkinkan untuk melihat semua keadaan di luar, termasuk kedua anak buah mereka masing-masing yang setia menunggu.

"Waduh, anak buah saya itu bodoknya luar biasa", Boss pertama tiba-tiba menyinggung soal karyawannya.
"Ah, masa sih ?"
"Betulan. Saya bisa buktikan nanti".
Boss pertama tadi lantas mengangkat tangan, melambaikan tangan ke arah luar restoran. Seorang pemuda berpenampilan sederhana begegas, berdiri dan masuk. Sambil menundukkan kepala, dengan suara lembut, dia menyapa boss-nya.
"Ada apa pak ?"
"Ini uang 100 ribu, kamu belikan mobil Mercy sekarang !"
"Baik pak", seloroh pemuda tadi dengan wajah menunduk. Tangannya menggapai selembar uang merah dari tangan boss, kemudian pergi.
"Itukan...? Bodohkan..?" Boss pertama langsung berkomentar saat pemuda tadi berada di balik pintu, "hahahaha...., terlalu baingao".
Boss kedua hanya bisa tertawa. Tubuhnya banyak ditimbun lemak sampai beguncang-guncang. Saking gelinya, dia sampai mengusap-usap perutnya yang buncit. Setalah tawa keduanya reda, boss kedua menyeletuk.
"Kok bisa sama, ya ?"
"Sama apanya, Bro ?"
"Punya saya juga 'baingao' alias bego ?"
"Ah, yang benar saja. Buktikan kalau berani !"
Boss kedua melakukan hal yang hampir sama dengan boss pertama tadi. Memberi kode agar anak buahnya masuk ke restoran. Sambil membungkukan tubuhnya, sang anak buah bertanya dengan lembut:
"Ada yang bisa saya bantu, Pak ?"
"Sekarang kamu ke rumah ! Cek, apakah saya ada di rumah ?"
Mendengar nada suara yang keras dan agak membentak, sang anak buah tadi langsung bergegas.
"Baik Pak"
Begitu sudah berada di balik pintuk, kedua boss tadi langsung terbahak-bahak. Kali ini lebih hebat lagi dari yang pertama. Pengunjung restoran lain sesekali melihat keduanya.
"Itukan Pak, apa kata saya tadi. Anak buah kita sama saja".
"Ia, sama-sama gobloknya"
"Hahahahahahaaha......", keduanya sekali lagi kompak tertawa.
Di luar restoran. Di tempat parkiran mobil, kedua anak buah dari boss-boss tadi berpapasan. Keduanya tampak bingung. Seorang mangambil sebungkus rokok disaku celana. Diambilnya sebatang, kemudian segera disulut. Asap mengepul lewat mulut dan kedua lubang hidungnya. Dia menyodorkan bungkusan rokok tadi pada temannya. Keduanya pun sama-sama merokok.
Sambil meniup asap rokok yang keluar dari mulutnya dengan kencang, anak buah pertama membuka pembicaan.
"Bro, Boss saya itu bodok sekali".
"Ah, kamu jangan menghina Boss sendiri. Tidak baik lho..."
"Saya mengerti, tapi ini sudah keterlaluan".
"Memangnya ada apa ?".
"Bayangkan saja, dia menyuruh saya membeli mobil mercy. Mana ada showroom mobil yang buka hari minggu ? Itu menandakan dia bodoh, to ?"
"Hahaha, ternyata Boos kita tidak beda jauh bodohnya"
"Eh, tadi kamu bilang jangan menghina boss sendiri. Sekarang, malah kamu yang bilang dodoh lagi. Tapi, BTW, memangnya boss kamu kenapa ?".
"Aduh, saya punya boss ini malah lebih bodoh lagi. Tidak mampu lagi saya simpan cerita tentang kebodohannya".
"Masa sih ? Cerita sudah, jangan bikin tambah penasaran".
"Tadi, waktu saya dipanggil ke dalam, tau gak dia bilang apa ?",anak buah tadi berhenti sejenak. Dia menarik napas panjang, "Dia bisa suruh saya pergi ke rumah, untuk cek dia ada di rumah atau tidak ?"
"Hahahaha", temannya tertawa cengingisan.
"Itukan bodoh namanya", anak buah tadi kemudian melanjutkan, "Dia sebenarnya bisa saja ambil Hp, kemudian telepon ke rumah, lalu tanya dia di rumah atau tidak ? Beres, kan ? Tidak perlu suruh saya lagi".
"Hahahahahaha...", keduanya tertawa sampai terbatuk-batuk.
Salah seorang dari mereka meraba celana bagian selangkangan. Basah. Ternyata dia tertawa hingga terkecing. Saking lucunya mendengar kebodohan Boss mereka sendiri.
Tamat.
****
Demikian cerita Pak Gubernur. Diakhir ceritanya, beliau berpesan pada hadirian, untuk mengintrepretasikan masing-masing makna cerita tersebut.


Sama juga dengan tulisan ini, saya tidak menuangkan makna cerita tadi. Mari sama-sama merenung, mengambil makna dari cerita sederhana ini. Semoga....

Posting Komentar

0 Komentar