CATATAN PEMUDA

Kongres  pemuda Indoensia pada 28 Oktober 1928 silam, sudah menjadi peristiwa penting dan selalu dikenang. Bagaimana tidak, saat itulah kunci utama persatuan bangsa Indoensia diikrarkan. Andaikan saat itu tidak ada niat mempersatukan perbedaan, belum tentu Indoensia terbentuk sama seperti sekarang. 

Sungguh, pemuda dikala itu mempunyai pemikiran yang visioner. Gagasan persatuan itu hampir pasti diterima oleh semua kalangan, atau paling tidak oleh sebagian besar warga Indonesia. Buktinya, ajaran persatuan dari "Sumpah Pemuda" tersebut terus-menerus diajarkan pada generasi baru bangsa Indonesia. Siapa yang tidak mengenalnya ? Kalau pernah mengenyam pendidikan setingkat SD saja, pengetahuan sejarah tentang sudah diajarkan.

Sebagai generasi yang menikmati perjuangan para pahlawan muda dulu, saya sangat bersyukur menjadi bagian dari Indonesia. Saya beryukur bisa hidup dalam satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Perjuangan untuk mempersatukan Indonesia yang terdiri dari ratusan dan bahkan ribuan suku, budaya, bahasa, kepercayaan, dll., bukanlah pekerjaan yang mudah.

Kini, sebagai penerus generasi bangsa, kita masih bersusah payah mempertahankannya. Bisa disaksikan, masih terjadi pertengkaran karena alasan 'perbedaan' di beberapa wilayah Indoensia. Pembakaran rumah ibadat, pertikaian antar suku mapun antar keyakinan tertentu masih mewarnai informasi sehari-hari. Tantangan untuk menjaga rasa persatuan tersebut, masih terus berlanjut hingga kini dan masa yang akan datang.

Apa Makna Sumpah Pemuda ?

Pertanyaan di atas selalu favorit tiap kali memperingati hari sumpah pemuda. Saya kira, setiap orang termasuk Anda, memiliki jawaban yang bervariatif sesuai dengan konteks kekinian. Menurut saya, satu hal yang penting diteladani oleh pemuda masa kini dari sejarah pemuda dulu, adalah soal memberi kontribusi yang bisa kita lakukan bagi bangsa Indonesia. Apa yang kita bisa berikan ? 
***

Oh iya, tahun lalu saya pernah menulis 'asal-asalan' di dinding facebook. Tulisan tersebut saya tulis bertepatan dengan hari sumpah pemuda juga. Tadi pagi, sebagaimana biasanya, akun facebook secara otomatis mengabarkan kenangan yang pernah kita upload pada tahun sebelumnya. Saya membaca ulang tulisan tadi. Situasinya tidak terlalu berbeda dengan hari ini. Masih relevan jika dibaca sekarang. Oleh karena itu, saya 'copy-paste' lagi di sini. Tulisan tersebut, bisa dibaca pada paragraf selanjutnya.

Mangga di Kost-Ku, Buahnya tidak Selebat Milik Tentangga

Sekarang sedang musim mangga berbuah. Saya perhatikan, pohon mangga di kompleks tempat saya tinggal semuanya telah berbuah. Di kost tempat saya tinggal juga, hanya saja tidak lebih dari 10 buah. Itu pun, teman2 kost lainnya sudah menghabiskannya semua. Saya tidak kebagian, hanya mendapat cerita saja bahwa mereka sudah buatkan rujak.

Berbeda dengan kost-ku, mangga di kost sebelah menghasilkan buah yang lebat tahun ini. Lantas saya berpikir, kenapa itu bisa terjadi ? Tidak adilkah Tuhan ?

Mangga yang berbuah lebat itu milik tetangga kost
Mengapa selalu tetangga terlihat baik, sehingga sejak lama telah muncul ucapan seperti: "rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri", atau akhir2 ini kita mungkin sering mendengar lagu yang sedang hits, "selimut tetangga".
Bunga anggrek yang indah, salah satu yang disyukuri ada di kost kami


Ahh..., hidup ini tidak hanya soal mangga saja. Mungkin di sana mangga lebih lebat, tapi belum tentu ada anggrek secantik di halaman kost-ku. Saya tetap bahagia pagi ini melihat bunga anggrek yang telah mekar, cantik sekali kelihatannya. Saking indahnya, saya sudah bisa melupakan masalah mangga tadi.

Akhirnya, saya mengucapakan, selamat merayakan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2015. Anak muda, selain harus bersatu, juga harus bangga dan puas dengan apa yang dimiliki sendiri, atas upaya mandiri.

Posting Komentar

0 Komentar